Chapter 28 : Halu

90 7 19
                                    

Iqbal mengamati anak berusia enam tahun itu yang pucat pasi. Bibir anak lelaki itu bergetar menahan dingin.

"Dia ibumu? "

Anak itu mengangguk. Wanita yang berdiri ikut jongkok dan baru menyadari keanehan pada putranya.

"Agiii..  Kamu sakit? " katanya panik. Anak kecil itu menggeleng. Namun fisiknya tidak dapat berdusta. Ia limbung saat itu juga yang ditangkap sigap oleh Iqbal. Anak sakit begini, kenapa ibunya nggak sadar sedari tadi?

"Ke rumah sakit mbak! " seru Iqbal yang menangkap tubuh Agi yang limbung. Si wanita mengejarnya di belakang panik.

"Mas, mas!  anak saya mau dibawa kemana? " tanya wanita itu panik.

"Dibelokan sana ada puskesmas. Setidaknya dia harus diberi pertolongan pertama kan sebelum dirujuk ke rumah sakit? " Iqbal setengah berlari menuju puskesmas diikuti si wanita. Perasaannya sekarang sedang kacau. Ia butuh apapun untuk mengalihkan sakitnya. Dan rasa khawatir pada bocah lelaki digendongannya membuat ia sedikit lupa rasa sesak didadanya.

Ia dan sang ibu dari si bocah duduk di kursi tunggu. "Mbak mau kemana? "

"Mencari kenalan saya mas. " jawab wanita cantik itu.

Iqbal tertarik membahas nama yang tertera dalam surat kesehatan, data yang dimasukkan si wanita.

"Namanya A Gift For Rana mbak? "

Wanita itu mengangguk.

"Kalau arti nama itu hanya menimbulkan luka, lebih baik diganti mbak. Karena nama adalah doa orang tua untuk anaknya.."

Rani menatap lelaki di sebelahnya haru. Lelaki itu tidak balas menatapnya. Pandangannya selalu tertunduk dan menghindari bersirabak mata dengannya. Menjaga betul pandangannya yang hanya untuk wanita yang dicintainya saja. Aih, siapa wanita beruntung yang bisa menangkap pandangan tajam yang meleleh itu? Rani jadi halu sendiri.

"Memang mas punya usulan? "

"Taqi, " nada lelaki itu bergetar saat mengucapkannya. Seakan terluka.  "Al-Taqi Mustofainal Akhyar. Artinya orang yang taqwa, terpilih dari yang dipilih. "

Rani terdiam. Ia jujur, terharu. Namun saat ini ia masih istri sah Juna. Akan jadi masalah kalau ia mengganti nama Agi begitu saja. Lagipula Agi adalah putranya dengan Juna. Maka ia harus menjaga itu.

"Terimakasih mas. Saya sangat terharu anda memperhatikan nama anak saya ."

Iqbal berdeham menyadari ia mulai ikut campur lebih jauh dan jadi terbawa perasaan. Ia memutuskan untuk pamit saja.

"Nama mas siapa? "

"Saya permisi dulu mbak, " bukannya menjawab Iqbal malah pergi meninggalkan Rani. "Insyaallah kita bertemu lagi kalau ada qodarnya. "

Iqbal beranjak dan pergi secepatnya. Sesampainya si depan halaman puskesmas, Iqbal merasakan tarikan dibelakang jaketnya. Ia berbalik.

"Mbak? "

"Ma- maaf mas. Ini..  Tolong hubungi saya jika anda mengenal orang ini. " si wanita menyerahkan selembar foto dari acara kampus mereka terdahulu. Foto kenangan berisi ia, Juna, Mantan pacarnya Rian, dan Panji Seka.

Iqbal bisa melihat senyum cemerlang itu. Lesung pipi di salah satu sudut bibirnya membuat daya tarik tersendiri yang memikat. "Yang mana mbak? "

"Yang paling pinggir. Pakai Hoodie putih. "

Foto itu. Dan orang yang ditunjuk Rani membuat Iqbal terpaku. Menimang apa hubungan kakaknya dengan wanita pelarian dari suaminya ini. Iqbal pun menyerahkan kembali selembar foto itu pada pemiliknya.

"Hm, " jawab Iqbal sambil mengangguk samar. Tanpa berminat bertanya lebih jauh dan setelah menerima nomor telepon si wanita, Iqbal pergi tanpa kata lagi. Kembali pada dirinya yang menutupi apapun.

🌠🌠🌠

Iqbal berjalan keluar dari rumahnya menuju kampus dengan lesu.  Sejujurnya ia berniat pergi dari rumah. Setelah menyelesaikan skripsi dan tugas akhirnya ia ingin hidup mandiri sambil mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya. Alasan yang kuat ia pergi adalah tak kuat menelan biji kaloco yang sering kali tersangkut di tenggorokannya setiap kali melihat Panji dan Lina. Pandangannya kadang mengabur dan halu, pikirannya kacau membuat ia tak fokus.

Entahlah kenapa ia jadi bucin dengan Lin Padahal ia lelaki berusia 24 tahun yang sehat dan memiliki banyak peluang untuk mendapatkan wanita lain selain Lina.

Di dunia ini ada berapa Lina? Malah itu pertanyaan konyol yang sering hinggap dalam halu Iqbal. Seandainya ini di dalam drama korea mungkin ia akan meminum soju sampai ia lupa pada rasa sakit hatinya dan berjalan sempoyongan menikmati rasa mabuknya.

Fikiran konyol itu segera membentuk senyum miring darinya. Dia kan anaknya guru pondok. Apa kata masyarakat kalau anak seorang guru pondok mabuk-mabukan?  Keluarga mereka pasti akan terserang badai seperti saat peristiwa Panji dulu.

"Bal. Udah dapet dosen pembimbing? " pertanyaan temannya itu tak digagas oleh si pemilik nama. Jangankan pertanyaan demi pertanyaan temannya, Mie ayam yang sedari tadi di depan Iqbal hampir tidak tersentuh. Hanya diputar-putar sampai jadi gulungan mie.

"Bal!!  Woi!  Udah halu nya!! " Teman Iqbal mulai menyentak. Ia kesal sahabatnya ini jadi kacau gara-gara jadi bucin. Padahal hamba Allah tidak boleh putus asa seperti ini. Sampai lupa dunia dan lupa pada tugas-tugas lainnya. Ia jadi kasian sendiri kalau sobatnya ini gagal sidang gara-gara sibuk menggalau.

"Apa? " pertanyaan Iqbal tanpa rasa terkejut sedikit pun. Pandangannya juga masih setengah kosong.

"Lu kenapa si?  Mau lulus nggak?  Sampe kapan lu jadi bucin gini?  Ikhlasin woi!! " sobatnya Iqbal, yang bernama Ali itu mulai berceramah.

"Ikhlasin apa? " lhah.. Ali menepuk jidatnya. Sahabatnya ini mungkin sudah masuk dalam taraf bego internasional. Tentu saja cinta yang kandas. Kenapa Iqbal malah bertanya lagi??

"Jodoh, maut, rejeki, sehat, itu Allah yang ngatur. Tapi skripsi, sidang, lulus, kerja, itu elo sendiri yang harus ngatur. Nggak bisa tau-tau lo lulus gitu aja. Hidup tinggal merem terus beres.  Terus sampai kapan mie ayam itu lo makan satu helai satu helai gitu? Gua sibuk. Nggak bisa nungguin lo makan sampai habis. "

Iqbal meletakkan sendoknya. "Hhhh.  bener juga. Lulus! lulus!" ia meninggalkan makanannya dan Ali yang melongo.

"Hah..  Apa-apaan dia? Mana belum dibayar lagi!! " terpaksa Ali membayar double untuknya dan Iqbal. Lama-lama ia akan bawa Iqbal terjun bebas atau main wahana tsunami biar Iqbal kembali ke dunia nyata.

















Jangan lupa komen dan vote nya..  Dan, selamat berkenalan dengan Ali sang tokoh baruuu..
⭐️🌟🤓

PANJI  (Completed) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon