Panji berlari kecil memutari kompleks perumahan warga. Perasaannya masih amburadul akibat keinginannya untuk pulang. Belum lagi dia harus menghadapi Pak Sajiman dulu sebelum pulang.
Pak Sajiman sendiri dikenal sebagai orang yang ramah namun kejam. Lhoh? Karena ia tak segan-segan menyiksa dan memberi peringatan orang-orang yang dibencinya. Seakan semua orangnya di PM Disney hanyalah peliharaannya. Hal itu Panji dengar dari kawan-kawannya yang telah menjadi anak buah Sajiman sejak beberapa tahun lalu.
***
Satu tahun yang lalu, saat Panji belum mendapat pekerjaan memadai untuk menyambung hidup, keadaannya sangat sulit. Sering kali ia kelaparan karena tidak punya rupiah sepeserpun. Bahkan timbul niat juga untuk mencuri demi mengisi perut.
Di suatu pagi Panji membuka matanya. Yang ia harapkan tak terbuka lagi karena harus menghadapi hari yang sulit 'lagi'. Satu hari saja susah payah Panji melaluinya. Malam tadi ia tidur di teras terminal bersama tunawisma lainnya. Untungnya dia bukan anak kecil yang dimanfaatkan para preman untuk mencari rupiah demi kesenangan preman itu sendiri.
Hari beranjak siang. Perut Panji mulai keroncongan minta diisi. Selesai mandi di sebuah masjid dan menunggu kaos yang satunya kering, karena Panji hanya punya dua kaos ganti, Panji meniti jalan raya dan berjalan menuju arah danau. Disana ada sebuah lapangan yang dikabarkan ada pasar malam. Siapa tahu disana Panji menemukan rezeki.
Seorang pria tambun berkemeja hitam dan celana jeans biru asyik menelepon. Dia bersandar di mobil vannya yang terparkir dipinggir jalan. Dompetnya terselip disaku belakang dan terlihat tebal. amat menggiurkan. Sudah terlihat dari penampilan si pria bahwa ia macam bos yang mungkin sedang menunggui proses pemasangan wahana-wahana di lapangan untuk pasar malam.
Keadaan disekitar sepi. Hanya ada Panji dan si pria. Duh apa ini rejeki nomplok?? Batin Panji. Entah kenapa Panji tergerak mengambil dompet si pria yang sedang lengah. Satu demi satu langkah ia mendekati pria yang memunggunginya.
Rasanya deg-degan luar biasa. Melakukan pencurian yang sama sekali belum pernah Panji lakukan. Karena notabene jalan hidup Panji adalah jalan yang lurus. Melanggar peraturan bukanlah gaya Panji Seka.
Set!!
Secepat kilat Panji mencabut dompetnya lalu berlari sekuat tenaga. Namun si pria cepat menyadari bahwa ada copet yang merampas dompetnya.
"COPEEEEEEEET?!!!!" teriak pria itu.
Beberapa pegawai yang mendengar segera mengejar Panji. Satu dua mengambil jalan pintas untuk memotong lari Panji. Alhasil Panji saat itu terkepung dan tidak ada celah melarikan diri.
Salah satu orang menyerang Panji. Perkelahian yang tidak seimbang itu tak dapat dihindari. Tak butuh waktu lama Panji menjadi korban pengeroyokan masa yang sudah lama nggak main tinju-tinjuan sama manusia.
"Hentikan! Hentikan!! " pria itu menyibak kerumunan. "Gawat kalo orang ini mati disini. Kita bisa hancur. Lebih baik kita bawa dia! Jangan ada yang panggil polisi!!"
"Tapi Bos. .."
"Sudah cepat! " Panji diseret dan dimasukkan kedalam Van milik bos.
Sang Bos menyuruh sopir jalan hingga tiba disebuah rumah yang cukup sepi. Beberapa penjaga rumah membuka pintu untuk bos mereka yang baru datang."Turunkan orang yang di mobil itu. Bawa ke ruanganku ya.. " Bos memberi perintah. Rokoknya yang menyelip ditelinganya ia sulut dan ia sesap.
"Baik bos!! "
Saat itu Panji Seka yang babak belur dipaksa menghadap sang bos. Entah apa lagi yang akan dilakukan Bos pada Panji karena perbuatan nekadnya di siang bolong?.
Ruangan rumah itu dihiasi dengan ornamen kepala banteng dan hewan reptil seperti iguana yang diawetkan. Pernak-pernik hewan menjadi dominan hiasan di ruang tamu. Panji terus dibawa masuk kedalam, keruangan yang berbau rokok dan~anyir?.
Isi ruangan itu hanya Sofa-sofa panjang, kursi dan dua rantai yang menjulur dari langit-langat.
Macam tempat penyiksaan saja.
"Dudukkan sini. " Bos menunjuk sofa.
Panji didudukkan disana."Ambilkan sepiring nasi dan lauk pauknya!! " perintah Bos lagi. Salah satu anak buah beranjak pergi, sedang satunya masih siaga memegangi pundak Panji.
Sesaat kemudian anak buah yang lain datang dengan membawa nasi dengan lauknya. Nasi dengan lauk ayam goreng, sosis, dan nuget. Tampak menggugah selera.
"Nah, makanlah! " Bos menyodorkan piring itu pada Panji yang masih bingung. Seharusnya Bos marah kan? Kenapa malah berrindak sebaliknya begini???
"Ayolah. Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, asal kau juga mau membuat kesepakatan denganku. Kalau kau bisa menjadi keuntunganku, maka aku pun bisa memberi apapun yang kau perlukan untuk tetap hidup." kata Bos dengan tenangnya. Ekspresi wajahnya meyakinkan.
Sudahlah. Akal sehat Panji pasti sudah gila kalau menolak sepiring makanan yang sudah tersedia didepan matanya. Tanpa banyak ba bi bu lagi, Panji melahap isi piringnya dengan kalap. Laper berat. Hingga isi piringnya tandas.
"Heh. Mana minumannya??! " bentak bos.
Si anak buah segera mengambil segelas air untuk Panji.
"Maaf ya, kalau nggak disuruh mereka itu sukanya lupa. " kata Bos sambil tertawa renyah.
Minuman yang sudah datang ditenggak Panji sampai habis. "Kesepakatan apa yang bapak berikan? " Panji membuka topik pembicaraan. Bagaimanapun setelah membuang harga dirinya dan melahap makanan dari si Bos, Panji mau tidak mau harus mengikuti alur yang diberikan Bos padanya. Suka atau tidak suka.
"Entah kenapa, pertama kali melihatmu aku langsung tertarik. Bergabunglah si Disney Crew. Dan menjadi anak buahku. Tenang saja. Untuk pemula paling cuma disuruh jaga disel. Bukan disuruh mutar Ombak atau main tong setan.. " kata Bos.
"Benarkah? Saya bergabung dengan PM anda?? "
"Tentu saja. Saya selalu Menerima orang yang saya pilih dengan baik. "
Sajiman tersenyum penuh arti. Kalau orang ini ditempa dengan benar dan terarah pasti bisa menjadi aset yang lumayan. Lagipula untuk menarik pelanggan tidak melulu mengenai wahananya tapi penjaga wahananya. Hehehe...
Iqbal indra setyawan
Makasar, Oktober 2016Entah apakah ada pemilik PM kejam seperti itu. Tyrant yang berani menyiksa pegawainya.. 😨
YOU ARE READING
PANJI (Completed)
SpiritualBagaimana rasanya saat hidup hanya dihantui dosa besar? Dosa itu bahkan menjadi penyebab ia harus putus kuliah. Dosa itulah yang membuat ia pergi jauh dari keluarganya, dan menjalani kehidupan di jalan dengan terlunta-lunta. Dosa itu tak terhapuskan...