Chapter 20 : Panji Seka

89 8 4
                                    

Motor CBR hitam itu membelah lalu lintas kota Malang yang cukuo ramai. Pengendaran muda berparas manis itu beberapa kali menghentikan laju motornya di beberapa tempat yang nyaman. Di pinggir kali, alun-alun, atau di dekat hutan yang sepi. Namun belum juga menjernihkan pikirannya.

Ia butuh teman bicara. Yang ia bebas mengungkapkan dirinya. Tapi siapa? Semua keluarganya terasa canggung dengannya. Apalagi saat ia mengatakan akan melamar Lina. Semua seolah menolak keinginannya.

Saat akan memakai helm-nya, Panji teringat suatu tempat. Barangkali tempat itu ada orang. Atau seseorang yang bisa diajaknya bicara. Apapun. Siapapun.

Angannya terbang lagi. Memikirkan enam tahun lalu. Saat ia masih menjabat menjadi Ketua Osis SMU Umja. Segalanya berjalan penuh liku.

Beasiswa di Universitas Trisakti yang hilang.

Teman-teman yang dulu ia bangga dengan mereka. Yang selalu mengelilinginya untuk meminta pendapatnya atau sekedar curhat, beberapa surat dari pengagum rahasia.

Panji Seka tersenyum mengingatnya. Setidaknya ia pernah bahagia. Pernah merasakan kejayaannya. Kali ini ia hanya sedang diuji kesabarannya. Oleh karena itu, ia harus ekstra sabar.

Panji memasuki parkiran yang dinaungi gedung diatasnya. Didepan parkiran ada gedung utama seluas 50 * 20 meter. Langit-langit besinya setinggi 15 meter. Tanpa tiang penyangga satu pun. Cat keemasan dan gorden emas yang menutupi jendela menambah kesan megah pada gedung dojo tersebut.

Ada seseorang yang sedang berguling-guling diatas matras. Melatih gerakan salto. Lalu kembali dengan ban truk dibelakangnya kemudian salto lagi. Berhenti saat mendengar suara langkah Panji dilantai kayunya yang menggema.

Seorang paruh baya itu menyipitkan matanya. Wajahnya sangat mirip Bapak Riski. Bahkan kepribadian mereka hampir sama. Ya. Karena lelaki peruh baya itu adalah kakak ayah Panji Seka. Salah satu guru pembimbing Dojo Singa. Memberi pelatihan beladiri aliran ilmu karate.

Gedung ini pun adalah jerih payahnya. Membangunnya dengan dana ratusan juta.

"Siapa nih? " lelaki itu tersenyum sumringah saat melihat kedatangan Panji. "Cowok perantauan rupanya. "

"Pagi Pakdhe. " Panji mencium tangan Pakdhenya. Senyumnya juga mengembang. Bahkan disertai tawa yang begitu ringan. "Latihan terus biar badannya bagus ya Pakdhe? "

"Tentu saja. Gimana? Pakdhe sudah seperti anak dua puluhan belum? " Pakdhe Panji bernama Zafran. Memamerkan otot lengannya yang liat.

"Sudah kok Pakdhe. " Panji tertawa.

"Kalo gitu panggil Zafran saja. Jangan Pakdhe!" Zafran mulai nyeleneh.

"Mana boleh? Kalau didenger orang dikira keponakan nggak sopan!?"

"Ya kalau kita lagi berdua kayak gini aja. Ya!! "

"Iya deh. Pa- eh Fran. "

Zafran tertawa puas. Panji pun juga ikut tertawa dengan kekonyolan pakdhenya. Ada-ada saja. Keponakan sendiri malah diajari njangkar. (bersikap tidak pada sepatutnya).

"Haduuh.. Nyoto aja yuk Ji. Laper nih! " Zafran memegangi perutnya yang geli dan mulutnya yang kebas karena banyak tertawa. Ia lalu mengajak Panji makan soto di warung depan gedung. Sotonya Mbak Unyil yang terkenal enak dan murah.

"Nji, muncak yuk? " ajak Zafran sambil menyendok sotonya.

"Males ah. Capek! " tolak Panji. Panji sendiri memang tidak menyukai aktifitas yang menguras tenaga. Apalagi kini dia divonis radang lambung dan tifus. Keram perut sedikit bisa merembet kemana-mana. Telat makan atau kecapekan sedikit saja sudah cukup menyiksa raganya lagi.

"Kalo capek ya istirahatlah. Kalo perlu sepuluh langkah sekali istirahat. Aku juga yang bawa logistiknya! "

"Nggaaaaak! Tetep nggak Zafraaan.. Lagian apa yang mau didaki? Mahameru? G. Bromo? Apa ya nggak bosen? "

"Nggak Nji. Mendaki itu nggak ngebosenin. Capek kita dibayar dengan pemandangan spektakuler yang dijamin bikin merinding dan ketagihan! Dan kita jadi lebih mengagungkan kekuasaan Allah SWT. Pokoknya pemandangannya bagus banget Ji. Dapet temen juga dari berbagai daerah. " Zafran bercerita menggebu-gebu.

"Inget umur Fraan. Istri, anak, sama anak didik dikemanain? Tanggung jawab dong! " Panji menasehati Zafran.

Zafran terkekeh mendengar omelan Panji. Ia selidiki keponakannya ini teliti. "Jadi, selama pengembaraanmu ini, kau jatuhkan hatimu pada siapa akhirnya?"

Uhuk.. "Eh? " Panji meminum tehnya. Ternyata Zafran lebih cepat menebak. "Ada Fran. Dia cewek sini. "

"What? Pergi kemana-mana cuma dapet yang lokal?"

"Mau gimana lagi? Kalo jodohnya dapetnya disini? " Panji menjawab cuek. "Fran, dengar kabar nggak mengenakan tentang aku nggak? "

Zafran kembali memakan sotonya sebelum menjawab. "Dengar. "

"Apa? " Panji sangat penasaran.

"Tentang kau yang di DO karena perbuatan asusila kan? "

Panji mengerjap. Namun pakdhenya mengatakan itu dengan santai. Tidak menghakimi atau menyalahkannya.

"Pakdhe tau? "

"Tau. "

"Semua tahu? "

"Nji! Apa kamu merasa salah? " Zafran malah balik bertanya.

Panji mengangguk.

"Salah apa? Kamu sengaja? Kamu sadar melakukannya? " suara Zafran melirih.

Panji menggeleng.

"Berarti apa yang kamu lakukan adalah dosa diluar kehendakmu. Kau tidak berniat melakukannya. Sementara niat itu penting. Ada didalam hatimu Ji. Dan itu nggak bisa orang lain rebut dengan cara apapun! Ingat, kamu itu Panji Seka. Pria dengan perasaan keadilan yang memiliki kelebihan pesona dan karisma!"

"Tapi nama baikku sudah tercoreng Fran.. "

"Kau masih memikirkan cemoohan? Lebih mudah kamu pandang yang positif saja. Nggak perlu mikirin orang yang nggak suka. Cukup melakukan yang terbaik untuk hari ini dan seterusnya. Karena hidup ini berjalan maju. Bukan mundur Ji!"

Terdiam. Panji mencerna omongan Zafran. Perlahan, ia mulai menerima. Bahwa masalalunya hanyalah ketidak sengajaan.

"Yang terpenting adalah, motif apa yang membuat temenmu itu menjebakmu hingga seperti itu? Apa kesalahan yang mungkin kamu lupakan? "

Benar. Mata Panji membelalak. Selama ini dia tak pernah berfikir motif Reni menjebaknya. Kenapa? Apakah Arjuna juga terlibat? Arjuna.. Yang selama ini menjadi rivalnya??





















Terimakasih para readers.. Mohon apresiasinya yaa.. Karena Author butuh vitamin nih 🍊🍋🤓🌟🎸🎸

Setelah up chapter ini author nyobain sendiri ndaki gunung. Sebagai pemula dan perdana emang superduper capek. Tapi solidaritas dan pemandangan gunung membangun energi dari capek itu.. Wak 😆

Mt Lawu 3265 .. Lokasi perbatasan Jateng Jatim ya, kuy mampir sini..  😜

PANJI  (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang