Chapter 21 : Zemblanity

61 6 0
                                    

Rencana Tuhan tiada yang tahu.
Meskipun kita memulainya,
Tuhanlah yang akan menentukan akhirnya.

🌹🌹🌹

Harapan sudah didepan mata. Gadis yang selama ini dicintainya, dan ia yakini juga mencintainya akan dilamar kakaknya. Rasanya sangat menyakitkan. Namun seorang Iqbal, dengan bodohnya, urung memperlihatkan rasa sakitnya didepan orang-orang. Ia memilih diam dan mengikuti keputusan yang Panji buat.

Keluarga pak Riski sudah membicarakan semuanya. Tentang perasaanya, Panji, dan juga Lina yang pasti akan kebingungan. Tetapi Iqbal tahu kakaknya lebih membutuhkan Lina. Dia mengalami keterpurukan yang membuat jati diri Sang Panji menjadi berubah.

Beruntungnya putra Riski yang satu ini adalah tipe orang yang bisa mengontrol diri dan perasaannya.

Hari Jum'at sesuai solat Jum'at, Panji, Pak Riski, dan Arum menemui keluarga Abi Darsoni.

Riski sudah bersikap ramah seperti sedia kala. Menutupi rasa bersalahnya pada anaknya Iqbal. Kekejaman macam apa ini?

Jelas-jelas Iqbal yang mencintai Lina lebih dulu. Dan Lina juga tampak meresponnya.

Namun, ia malah meminang gadis manis tersebut bukan untuk putranya Iqbal.

"Kalau keputusan seperti ini saya serahkan pada putriku Lina saja. Bagaimana nduk? "

Abi menatap putrinya yang terlihat menderita. Kemarin Riski mengabarkan akan melamar putrinya. Ia sungguh sangat bahagia mendengar kabar dari Riski sahabatnya. Namun keterpanaan juga menyertai tatkala tahu siapalah yang akan mengkhitbah putri tunggalnya.

Semalaman putrinya menangis memikirkan jawaban apa yang akan ia lontarkan. Membuat hati kebapakannya tersayat dan ikut sakit akan kebimbangan yang dialami putrinya.

Gadis itu menggigit bibir. Perlahan, ia menatap Panji sebentar. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Seakan ada serangan listrik ratusan volt yang menjalari tubuhnya. Perasaan yang ia rasakan bersama Panji, nyaman. Karisma yang dimiliki Panji juga membuat seorang Lina bertekuk lutut dengan mudahnya. Tapi Lina takut. Ia takut melukai seseorang yang amat mengharapkannya. Tetapi, berita seperti ini bukankah orang itu mengetahuinya? Tetapi kenapa?

Kenapa Akhinya tidak mencegah lamaran ini dan memilih diam? Kenapa Akhi pasrah saja? Apakah Lina tidak sebegitu berarti baginya?

"Nduk Lina. Mereka menunggu jawaban kamu.. " Abi menegur Lina. Umi menggenggam tangan Lina yang dingin. Ia tahu putrinya sangat gugup.

"Bismillahirohmanirrohim. Saya menerima Akhi Panji Bi. "

Semua yang ada di ruangan tersebut terkejut. Bahkan Panji sendiri menatap melongo mata belok Lina yang terlihat yakin, walau tersirat luka di dalamnya. Gadis ini, begitu berani mengambil keputusan sebesar ini. Apakah tidak apa-apa? Apakah Lina terpaksa?

"Alhamdulillaah.. " Riski menangkupkan tangan di wajah. Perasaannya kacau antara senang dan sedih. Berbeda dengan putranya yang bak menemukan mentari hidupnya.

"Kapan penentuan hari H nya? " Riski bertanya lagi.

"Bagaimana kalau seminggu dari sekarang? Saya akan mengurus semua surat-suratnya dulu? " Panji memberikan saran.

Orangtua Lina hanya bisa pasrah. Tak disangka menantu yang mereka kira adalah Iqbal malah orang lain.

"Silahkan saja nak Panji. " jawab Abi Dar.

"Silahkan dimakan dulu camilannya. Saya tadi buat bolu kukus juga. " Umi menyilakan keluarga Riski memakan hidangan yang disajikan.

Panji bersikap sangat ramah. Ia melayani orangtuanya dan juga calon mertuanya. Sikapnya yang ringan disertai tawa di sela selanya, entah kenapa, membuat orang disekitarnya merasa nyaman juga.

Bahkan tingkah laku Panji sesopan ini. Ia begitu perhatian dan energik. Energi positifnya juga menyebar di sekitar membuat perasaan baru orang-orang disekelilingnya.

Arum sangat bahagia diantara mereka setelah Panji. Putranya dulu telah kembali. Seorang Panji yang memiliki hal yang membuat ia begitu mudah dicintai telah kembali.

Senyum Arum terus mengembang. Panji terus menawari ini itu. Tisu atau menanyai hal yang walau sepele, membuat wanita paruh baya itu sangat bahagia. Panji sudah perhatian seperti dulu lagi. Ia senang diperhatikan oleh orang yang menyenangkan seperi Panji.

Kedua keluarga itu mengobrol hingga tak terasa waktu solat ashar menjelang. Adzan berkumandang.

"Alhamdulillah. Solat yuk Pak Ris! " ajak Abi Dar.

"Ayo! " Riski beranjak dari duduknya. Mengikuti Abi Dar ke tempat wudu masjid bagian putra. Beberapa santriwan menyapa dan mencium tangan mereka.

Umi dan Arum membersihkan piring kosong dan gelas-gelas didapur. Hanya tertinggal Panji dan Lina.

"Lin. "

Gadis itu mendongak menatap manik hitam Panji. "Iya? "

"Panji mencintai Lina karena Allah. Karena Panji ingin melengkapi agama Panji yang masih setengah. Linalah sosok yang muncul saat Panji butuh. Saat Panji dulu hancur. Panji nggak bisa lihat wanita lain selain Lina ini. Panji akan berusaha, keputusan yang Lina buat bukan keputusan yang salah. " Panji mengatakan semua itu dengan tegas. Tidak ada penyesalan sedikit pun.

"Insyaallah. Lina juga akan mencintai karena Allah. " Lina tertunduk. Jantungnya kembali berdebar keras. Juga.. Sesak.

"Panji ke masjid ya? " lembut, Panji bertanya.

"Iya Mas. Hati-hati. " aneh. Ke masjid saja Lina memberi wejangan hati-hati.
Aneh. Ia begitu mudah menjatuhkan keputusan yang begitu penting ini.

"Iya. Cium jauh jangan? " Panji meniru dialog film yang dulu pernah ditontonnya.

"Jangan! Belum muhrim!!! " Bu Arum yang menjawabnya. Ia mencubit lengan Panji pelan. "sudah sana wudu dan solat sunah! Adzan sudah lama selesai, tapi kalian masih saja ngobrol? "

"Habis jauh sebentar sudah rindu Bu.. "

Panji menggombal yang membuat hati Lina membuncah.

"Dasar gombal. Ke masjid sana! "

Panji terkekeh saat terus dicubiti ibunya. Ia keluar dari rumah Abi, menyerah. Ia akan menunggu waktu yang tepat dan panjang untuk mereka berdua 'pacaran'. Apalagi kalau sudah pacar halal. Tidak akan ada orang yang bisa mengganggu mereka berdua. Siapapun itu!!








Terimakasih. Sudah mencapai klimaks dan tamat. Tapi masih nyari banyak nutrisi.. 🤓😅😅😅😅😅😅

Jangan lupa komen dan vote ya..

(Hm, chapter ini galau lagi. Saya mau coba revisi, tapi masih bingung apa yang mau diubah. Lanjut chapter selanjutnya deh. 26-8-2020).

PANJI  (Completed) Where stories live. Discover now