22 Trauma

679 80 15
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 2 pagi. Dengan tergesa-gesa, junmyeon memasang coat cokelatnya, wajahnya yang masih mengantuk kini memunculkan raut kekhawatiran, memikirkan gadisnya yang kini ketakutan. Berharap joohyun-nya baik2 saja.

Sepanjang perjalanan, umpatan dalam benaknya muncul membayangkan pria gila yang terobsesi pada gadisnya itu sampai berlaku di luar batas, membuat gadisnya ketakutan. Bayangan bagaimana gadis itu disekap oleh seorang pelatih psikopat dan dirinya yang dipukul bertubi-tubi membuat seluruh badannya bergidik ngeri. Ya, junmyeon masih merasakan trauma bagaimana ia sekarat demi gadis yang ia cintai.

Keringat dinginnya mulai bercucuran di balik setir mobil itu yang kini melaju dengan cepat. Sesampainya di dorm itu, ia pun berlari sekencang mungkin menuju tempat gadisnya yang sedang menantinya.

Dalam lift, ia menghubungi nomor ponsel joohyun, untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...
Sambungan telpon masih berbunyi.

"Ayolah joohyun angkat telponnya." Ucapnya dengan panik.

Ting. Pintu lift terbuka dan dengan tergesa-gesa junmyeon menuju dorm gadisnya. Karena tidak fokus, Ia tidak sengaja menabrak bahu seseorang yang baru masuk ke lift itu.

Junmyeon hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda maaf lalu segera beranjak tanpa memperhatikan orang asing itu karena fokusnya adalah tiba di kediaman joohyun secepat mungkin.

Tibalah ia di depan kamar apartemen joohyun. Ditekannya Bel pintu itu.
Ting tong...

Ceklek... Pintu itu akhirnya terbuka, membuat junmyeon merasa lega namun raut junmyeon berubah menjadi khawatir, melihat wajah gadis itu basah karena air Mata.

"Junmyeon ah." Ucap gadis itu dengan lirih.

Junmyeon dengan segera memeluk gadis itu. Mendekap kepalanya ke dadanya yang bidang itu, membelai lembut rambutnya lalu dikecupnya puncak kepala gadisnya itu yang kini terisak-isak.

"Aku di sini. Jangan takut."

Setelah joohyun mulai tenang, junmyeon melepaskan pelukannya lalu menatap teduh wajah joohyun sambil mengusap air mata pada kedua pipinya dengan ibu jari.

"Apa kau baik2 saja?  di mana pria gila itu?"

"tadi dia berdiri di depan pintu dormku. aku hanya mengacuhkannya, lalu tak lama dia sudah pergi." ucap joohyun pelan.

"seperti apa perawakannya?"

"aku tak melihat terlalu jelas karena ia mengenakan topi hitam dan masker, lalu baju berwarna putih."

Junmyeon membulatkan matanya ketika mendengar ciri-ciri pria itu. 

"shit... jangan-jangan pria yang kutabrak tadi di elevator." gumamnya dalam hati.

Joohyun terlihat lemas dan pucat, keringat dingin bercucuran di dahinya, namun pipinya memerah. Junmyeon yang menyadarinya, menatapnya khawatir.

"Tubuhmu panas, joohyun-ah. Sepertinya kau demam." Ucap junmyeon sambil menyentuh kedua pipi gadis itu.

"Berbaringlah di kasurmu. Aku akan ambilkan kompres dan obat demam."

Joohyun hanya mengangguk dan berjalan dengan lunglai menuju kamarnya, diikuti junmyeon yang memegang kedua pundak gadis itu. Setibanya di kamar, junmyeon dengan sigap membantu joohyun membaringkan diri, memposisikan bantal agar gadisnya merasa nyaman lalu ia menyelimutinya dengan selimut yang cukup tebal. Joohyun memperhatikan dengan mata yang berbinar, bagaimana seorang junmyeon memperlakukannya dengan begitu perhatian.

my introvert girlWhere stories live. Discover now