Ia berbalik menatap punggung Hasna yang terus melangkah menuju kamarnya. Ada rasa aneh saat mendapat perlakuan tak acuh Hasna kali ini. Ingin sekali Yusuf menyusulnya lalu bertanya ada apa. Apa mungkin dia sudah melakukan kesalahan padanya hari ini? Ia bahkan mencoba mengingat-ngingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat pada Hasna seharian ini.

Ragu, Yusuf langkahkan kakinya ke meja makan. Menata satu persatu kursi dengan pelan. Tapi tetap saja, bunyi decit itu sesekali terdengar.

Setelah di rasa cukup untuk tubuhnya. Yusuf pun siap mengambil posisi untuk rebah. Namun, belum sempat ia merebahkan tubuhnya, sebuah suara mengejutkannya.

"Mau tidur di kamarku?"

Yusuf menoleh ke asal suara. Hasna?

Benar, Hasna kini berdiri di bingkai pintu, menatap Yusuf dalam remang. Langkahnya terhenti saat mendengar bunyi decitan dari arah dapur. Gelas di tangannya juga masih ada.

Yusuf menelan salifanya. Netranya mengerjap gugup. Beberapa detik lalu, ia merasa Hasna mengabaikannya. Lalu sekarang, tiba-tiba mengajaknya tidur di kamar? Bersama?

"Jangan salah paham! Aku tau kamu gak bakal mau tidur di kamar bersamaku. Aku juga gak ada niat buat ngerayu kamu. Jadi jangan khawatir! Nanti aku tidur di kamar orang tuaku."

Aku? Kamu?

Batinnya. Sejak kapan Hasna berbicara dengan sebutan itu padanya? Wah, sepertinya dia memang harus berfikir keras tentang kesalahannya kali ini.

"Mau gak?" tanya Hasna lagi.

Yusuf tampak menimang.

"Kalau gak mau ya sudah."

Hasna berbalik, membelakangi Yusuf.

"Sebentar!"

Kembali Hasna memutar tubuhnya.

"Masih mau mikir?" tanyanya ketus.

Yusuf beranjak dari duduknya, "ayo!" jawabnya kemudian.

Hasna menggigit bibirnya perlahan. Ia tak menyangka Yusuf akan menyetujui usulannya. Kini hatinya kembali berdebar. Berjalan sejajar dengan Yusuf menuju kamarnya.

Hasna membuka pintu kamar, Yusuf mengekor di belakangnya. Ia meletakkan gelasnya di atas nakas yang terletak di samping tempat tidur. Berdampingan dengan lampu tidur berbentuk jamur.

Ia menyibak selimut dan merapikan bantal yang tadi sempat di tidurinya. Mengambil salah satunya yang terkena linangan air matanya.

"Kamu tidur di sini saja!" tunjuknya ke arah tempat tidur seraya memeluk bantalnya menghampiri Yusuf yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan.

Yusuf mematung. Menatap Hasna yang sama sekali tak terlihat gugup bersamanya. Padahal mereka berdua tengah di kamar. Dengan status baru mereka sebagai suami istri, harusnya Hasna sedikit lebih gugup dibanding dirinya.

Yusuf menyipitkan matanya saat Hasna lebih dekat dengannya.

"Mata kamu kenapa?" tanyanya setelah sadar dengan perubahan mata Hasna.

Hasna memalingkan wajahnya dan terus berjalan melewati Yusuf ke arah pintu.

"Kamu mau kemana?" tanya Yusuf menghentikan langkah Hasna.

"Ke kamar Bunda," jawab Hasna tanpa menoleh.

"Tidur di sini saja!"
Yusuf meringis seraya menggigit bibirnya. Menyayangkan kata-kata yang baru saja meluncur dari mulutnya.

Bodoh, kenapa harus berkata seperti ini?
Rutuknya dalam hati.

Hasna yang juga terkejut dengan ucapan Yusuf sontak berbalik menatap Yusuf tak percaya. Wajah Yusuf sudah berubah datar kembali saat Hasna berbalik. Yusuf masih berfikir jawaban apa yang tepat untuk menutupi rasa malunya.

"Sofa, aku bisa tidur di sofa. Kamu tidur di kasur."

Akhirnya Yusuf punya juga elakan saat melihat sofa di pojok ruangan. Hasna masih berdiri di tempatnya, bingung.

Apa yang ada di pikiran orang ini sekarang? Padahal tadi dia jelas-jelas bilang bahwa dia hanya ingin memanfaatkanku, batinnya.

Tak enak dengan tatapan Hasna, Yusuf lantas mendekatinya lalu merampas bantal yang ada di pelukan Hasna. Ia bergegas menuju sofa, lalu rebah di sana. Cepat Hasna menarik kembali bantal yang sudah ada di bawah kepala Yusuf.

"Astaghfirullah ...!" Yusuf mengaduh saat kepalany terantuk sofa.

Hasna menukar bantalnya dengan bantal lain yang ia ambil dari dipan. Lalu melemparkannya pada Yusuf yang sudah menatapnya dengan alis bertaut.
Hasna menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Menyembunyikan wajah malu sekaligus gugupnya di sana.

Yusuf akhirnya menarik sudut bibirnya, tersenyum melihat tingkah Hasna. Ia ikut rebah kembali di sofa. Menyilangkan lengan di depan dada sambil menatap Hasna di depannya.

Hasna menurunkan selimutnya perlahan, mengintip jarum jam di dinding kamar. Hampir tiga puluh menit dia bersembunyi di sana. Sudah tak ada suara lagi, ia simpulkan si Ucup pasti sudah tidur.

Benar saja, mata Yusuf sudah terpejam. Wajahnya menghadap tepat ke ke tempat tidurnya. Hasna bangkit dari tidurnya. Menarik selimut lalu melangkah perlahan ke arah Yusuf.

Ragu, ia bentangkan selimutnya hingga menutupi tubuh Yusuf. Hasna berhenti membenarkan selimut saat Yusuf bergerak mengubah posisi. Nafas yang semula tertahan, ia lepas perlahan ketika melihat Yusuf masih tampak lelap dalam tidurnya.

Namun tak berapa lama, saat Hasna berusaha menutupi tubuh Yusuf di bagian dadanya, Yusuf malah membuka matanya. Mata Hasna membulat, terkejut karena Yusuf tiba-tiba terjaga. Mata mereka beradu sementara tangan Hasna masih bertengger di dada Yusuf.

😱😱😱😱😱😱

Ahlan wasahlan Ya Rosulullah..
Bonus untuk hari kelahiran Nabi Muhammad sudah sya penuhi

Maafkan jika ada salah kata saat saya membalas komentar reader

Salam sayang dari saya 😘😘
Jangan lupa koment untuk part ini bagaimana ya..

Kalau sempet insyaallah nanti malam saya tambah lagi partnya, asal vote dan koment hi hi hi..

Gak ikhlas😂😂

Rahasia [Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ