1. Start Different

2.2K 311 17
                                    

Author POV

Suasana kampus masih sepi begitu Prilly duduk di salah satu bangku panjang yang ada di taman. Pagi ini ia sengaja berangkat jauh dari jadwal mata kuliahnya yang masih sekitar dua jam lagi dimulai. Entahlah, sangat banyak sekali hal yang dihindari dari suatu tempat bernama rumah. Jika dulu ia begitu betah di rumah, tapi tidak dalam beberapa bulan belakangan ini. Ia selalu merasa tertekan berada di dalamnya.

Semilir angin begitu beruntung karena pagi ini sudah berkontak langsung dengan pemilik mata indah itu. Matanya terpejam sesaat merasakan kesesakan yang hilir mudik masuk ke dalam dadanya.

Ia menghembuskan nafasnya pelan, sebelum kemudian ia menyandang tas selempang berisi binder dan beberapa kebutuhan perempuan seperti tissue, pelembab bibir dan bedak bayi. Ia memang bukan tipe perempuan yang ribet yang menjadikan tas sebagai meja rias berjalan.

Ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk.
Hm, sudah ia duga, pasti akan mengundang telepon darinya setelah ini. Ia tak jadi beranjak dari sana, kembali duduk dan mengangkat panggilan masuk.

"Hallo?" Prilly menyapa lebih dulu.

"Pagi, Fi ... lagi ngapain?"

"Pagi ... lagi duduk," balas Prilly pelan.

"Kamu nggak buru-buru, kan? Aku jemputnya satu jam lagi gak apa-apa? Agak mager hari ini."

"Aku udah di kampus, Ali."

"Haaa?! Kok gak nungguin aku?Bukannya kelas kamu masih 2 jam lagi samaan kayak aku?"

Bisa Prilly bayangkan bagaimana ekspresi shock juga wajah bangun tidur dari seseorang di seberang telepon sana.

"Maaf, jadwal mata kuliah aku di majuin. Aku buru-buru banget dan langsung pergi karena takut telat." dusta Prilly. Jadwal mata kuliahnya tak berubah sama sekali.

"Harusnya, kan kamu telepon aku biar kita berangkat bareng."

Prilly tersenyum kecil. "Pasti baru bangun, kan?" Tanpa menimpali ucapan tunangannya itu, Prilly justru mengalihkan pembicaraan. Ya, Ali yang meneleponnya.

"Ya iyaa, tapi aku pasti bangun kok kalau kamu telepon."

"Kasihan kamu, pasti tidur malem, kan? Begadang lagi main PS?"

"Kamu ngeledek banget. Aku ngerjain tugas asal kamu tau, yaa walaupun nggak lanjut tidur terus main PS sampe subuh."

Prilly tersenyum kecil tak mempermasalahkan, kemudian kembali berujar, "gih siap-siap, jangan mager-mager gitu ah. Bawa buku mata kuliah. Awas ya aku marah kalo tas kamu kosong!"

"Iya, Fi, iya ... aku go-food-in makanan, mau? Pasti belum sarapan, kan?"

"Nggak usah. Aku lagi pengin makan nasi bakar kang Asep sama kamu."

"Ya udah, kalo gitu aku berangkat sekarang ya? See you, Fi. Love you."

"Hati-hati, ya. Love you too."

Sambungan terputus.

Setelahnya pandangannya gadis itu kini terfokus menatap sesuatu yang tak terlihat di langit yang murung pagi menjelang siang ini. Sepertinya langit pun ikut merasakan apa yang sedang Prilly rasakan saat perempuan itu sendiri tak mampu menjelaskannya.

"Tumben udah di sini?"

Prilly hampir meloncat karena kaget saat seseorang duduk diikuti teguran yang sudah sangat familiar di telinganya.

"Ih Satya! Ngagetin deh," gerutu Prilly.

"Ali mana?" tanyanya santai.

"Belum dateng."

Powerpoint in Love 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang