Aku langsung turun, menutup pintu dan langsung berbalik badan, berniat langsung masuk tanpa menunggu Jaehyun pergi. Tapi baru saja aku melangkah seseorang memanggilku dengan panggilan yang tidak biasa.

"Hey little girl!" aku kenal suara ini. Aku menoleh dengan cepat.

"Ten!!!" Aku berlari kearah Ten -orang yang memanggilku tadi- dan langsung menghambur memeluknya.

Aku sudah pernah cerita tentang Ten belum? Kurasa belum ya?

Jadi Ten ini adalah teman atau mungkin bisa disebut sahabat (?) karena memang ya dia temanku yang walaupun busuk tapi paling baik hatinya.

Aduh aku ngomong apa sih?

Jadi Ten sebenarnya adalah seniorku di kampus, satu tingkat di atasku. Entah bagaimana awal mulanya, banyak hal terjadi dan selama itu kami menjadi lebih dekat, dia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.

Ngomong-ngomong, jangan tanya nama aslinya siapa, aku tidak tahu, tidak ingat, dan mungkin tidak akan pernah hafal. Ten itu orang Thailand, tau sendiri kan nama orang sana itu panjang dan susah diucapkan. Yang kuingat dari nama asli Ten hanya Chittaphon.

"Kapan kau pulang? Tidak pernah mengabari lagi, hm?" aku memukul lengannya bertubi-tubi membuat Ten mengaduh sambil berusaha menghindar.

"Tadi sore, I wanna give you a surprise, tapi kau tidak ada di rumah. Ya sudah kutunggu sampai pulang saja." Ten menjelaskan setelah aku sudah tenang.

"Tahu dari mana? Kau tadi ke rumah? Kenapa tidak menunggu di dalam?"

"Tidak, saat aku sampai tadi aku melihat ibumu sendirian jalan ke rumah sambil membawa keranjang belanja. Kan tidak mungkin kalau kau ada di rumah lalu membiarkan ibumu pergi sendiri?" Aku mengangguk paham.

"Atau kau sekarang jadi anak yang durhaka ya?" aku segera mencubit lengan Ten.

"Enak saja, kalau tidak ada acara aku juga tidak pergi!" aku membela diri tidak terima.

"Acara apa? Kencan?" Ten menatapku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Detik berikutnya dia memiringkan kepala sambil melipat tangan di dada.

"Kau berhutang banyak cerita denganku. Ayo masuk!" Ten memutar tubuhku lalu mendorongnya dari belakang, jadi terlihat seperti main kereta-keretaan.

"Ten, kau tidak lupa oleh-oleh untukku kan?"

"Tentu saja tidak." Aku melompat kecil setelah mendengar jawaban Ten, tapi selanjutnya Ten memiting kepalaku.

"Ini makan ketekku." pemuda itu tertawa setelah mengibaskan kemejanya yang bau itu.

Sungguh tidak beradab!


🍑🍑🍑


"So, tell me. How's life?"

Aku hampir tertidur saat Ten mendudukkan dirinya di sampingku sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Malam ini Ten menginap di rumahku, masih rindu katanya. Tapi aku yakin tujuan sesungguhnya hanya untuk kepo tentang Jaehyun.

Saat tadi masuk rumah kami memang belum sempat mengobrol lagi karena ibu langsung menyuruh kami mandi. Tentu saja tidak bersamaan mandinya, aku duluan baru kemudian Ten. Asal tahu saja, Ten itu sebenarnya paling malas disuruh mandi, tapi mana berani dia menolak perintah ibu. Bisa-bisa dia diusir dan tidak boleh ke sini lagi.

Eh tidak-tidak, ibuku tidak sekejam itu. Ibu paling akan terus menceramahi Ten sampai pemuda itu mau menuruti perkataan ibu.

"Yah, hidupku masih begini-begini saja, tidak ada yang spesial karena tidak pakai telur." Ten memutar matanya mendengar jawabanku yang sepertinya tidak memuaskan untuknya.

Affected [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя