Kedua alisku terangkat saat aku bertanya, “Lalu apa masalahnya?”

Jess memasang wajah sedih, “Masalahnya Jean tidak ada yang menjaga”

Oh, otakku mulai menangkap maksudnya!

“Titipkan saja Jean kepada orang tuamu”

Jess mengerang, “Itu masalahnya! Mom dan Dad berada di Birminghum dalam sebulan ini”

Oh, sialan.

“Bagaimana dengan orang tua Christian?”

“Samantha sudah menitipkan Braden di sana” jawab Christian, “Please Green, Sergio akan membantumu. Aku tidak mau Jess kecewa”

Aku menghembuskan nafas pelan lalu melirik  Sergio, pemuda itu jelas mengisyaratkan bahwa aku harus menolak keinginan Jess dan Christian. Sekarang aku merasa frustrasi, aku kembali menatap Jess dan Chris yang duduk di seberangku lalu berkata, “Kalian tahu ‘kan kalau aku sudah merencanakan untuk bepergian setelah perceraianku beres?”

Jess mengangguk, “Aku tahu. Tapi Green aku hanya membutuhkanmu dalam satu minggu setelah itu kau bebas bepergian ke mana pun, entah itu bertemu ikan piranha di sungai Amazon atau mencium pantat gajah putih di Thailand”

Oh, aku tahu Jess tidak akan pernah menyerah sampai aku mengatakan ‘Ya’ kepadanya.

“Hanya satu minggu, janji?”

Jess mengangguk cepat dengan mata yang berbinar, “Janji!” serunya.

“Oh, well apa artinya itu?” tanya Sergio dengan wajah yang tertekuk sebal.

“Ayolah Sergio, mereka akan memberikan keponakan baru yang lucu untuk kita” kataku membujuk Sergio.

Sergio mendengus.

“Biarkan saja jika dia menolakku dia akan tahu akibatnya” sahut Christian.

Sergio menegang kaku di sampingku sementara itu aku dan Jess kebingungan. Saat Jess hendak menanyakan apa maksud dari ancaman itu, Sergio lebih dulu menyelanya, “Oke fuck! Oke!”

Christian dan Jess tersenyum lebar sementara itu Sergio bangkit dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan penuh kekesalan. Jess menatapku sambil menyengir seperti orang tolol lalu berkata, “Terima kasih Green, aku mencintaimu” dia memeluk Christian dengan erat dan mereka mulai saling mengecup satu sama lain.

Sialan.

 
***

Menjaga Jean Mckenzie tidaklah semudah yang aku kira, bayi itu  berusaha menunjukkan eksistensinya di rumah ini. Dia tidak berhenti membuat keributan dan sialan Sergio Mckenzie, pamannya yang tercinta, sama sekali tidak membantu! Ketika Jean menangis Sergio justru menyuruhnya diam seperti bayi itu mengerti saja apa yang ia katakan, aku harus mengadukan hal ini saat Jess pulang nanti. Lihat saja!

Aku juga bingung ada apa dengan Jean? Aku menyayanginya dan dia tidak pernah bersikap menyebalkan saat Jess ada bersamanya, apa mungkin dia merindukan ibunya yang sedang sibuk berbulan madu?

"Demi tuhan Green, di mana susunya? Kenapa kau lama sekali!" jerit Sergio dari ruang tengah. Aku menutup botol susu lalu berlari terburu-buru menghampiri Sergio yang berusaha menenangkan Jean yang terus saja menangis. Saat sudah sampai aku langsung mengarahkan dot itu ke mulut Jean dan bayi mungil itu langsung menghisapnya dengan rakus sambil memejamkan mata.

"Dia kelaparan" ucap Sergio, “Padahal dia baru saja minum susu tiga puluh menit yang lalu”

"Ini hal yang wajar, asi lebih mengenyangkan daripada susu formula" kataku.

Sergio mengangguk paham sambil memperhatikan wajah Jean dengan penuh rasa penasaran, aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya, mungkin saja dia sedang memperhatikan kecepatan Jean dalam menghabiskan susunya.

"Bisakah kita duduk? Kakiku pegal" kataku, mengeluh.

Sergio mengangguk lalu kami berjalan perlahan menuju ke sofa dan duduk  di sana dengan hati-hati agar Jean tidak kembali terbangun.

"Dia tidur namun mulutnya tidak pernah berhenti menghisap” ucap Sergio dengan geli.

Aku ikut tertawa, “Semua bayi memang seperti itu, Sergio"

"Kau punya bayi?" tanyanya. Tubuhku menegang kaku, Sergio menatapku dan aku memalingkan wajahku melihat Jean yang mulai melepaskan dot dari mulutnya yang kecil.

"Tidak" sahutku, “Aku dan Charlie berpikir untuk tidak memiliki anak dalam tahun ini”

“Kenapa kalian berpikir seperti itu?”

Aku mengangkat kedua bahuku secara bersamaan, “Entahlah, aku hanya menurutinya saja”

Ya, kalau dipikir-pikir kenapa Charlie tidak menginginkan anak dalam waktu dekat? Apa dia tidak mengharapkan anak dariku karena dia hanya menganggapku sebagai Anne palsunya? Sialan.

Aku membuang Charlie dari pikiranku dan mengalihkan pembicaraan, “Dia sudah tidur, sini biar kubawa Jean ke kamar"

Sergio mengangguk lalu menyerahkan Jean ke dalam gendonganku dengan hati-hati, ia mengecup pipi keponakannya yang cantik itu kemudian berbisik lembut, “Tidur yang nyenyak, Princess”

Oh, Sergio tampak menakjubkan di saat-saat seperti ini, wajahnya yang tampan berseri-seri dan matanya menyorot penuh kasih sayang ketika dia menatap Jean. Dia sempurna untuk berkeluarga tapi kenapa teman-temanku menyebutnya sebagai bajingan? Sergio rasanya tidak pantas disebut seperti itu.

Oke, jangan menilai tanpa tahu apa pun Green!

 — TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

 

 

Friends With Benefits (Completed)Where stories live. Discover now