7. Musim Semi

270 93 14
                                    

Dia adalah musim semi. Hangat dan dirindukan keberadaannya. Pertanda musim dingin telah berakhir.

***

Rose telah berada di tempat ini sejak satu jam yang lalu tepatnya di sebuah toko pernak-pernik dan hadiah. Bangunan ini berada di pusat kota Eleusina. Rhealla mengatakan bahwa hanya bangsawan yang terbiasa berbelanja di toko ini.

Kedatangan Rose ke tempat ini pun bukan karena tanpa tujuan yang pasti melainkan atas dasar ajakan halus dari Rhealla yang telah merengek di depan pintu kamar Rose. Istilah lain, Rose dipaksa Rhealla untuk ikut.

Rhealla menjadi salah satu tamu undangan pesta perayaan ulang tahun salah satu petinggi di Eleusina. Gadis itu bermaksud untuk membeli salah satu hadiah yang sangat pantas demi menjaga nama baik ayah dan ibu angkatnya.

Awalnya, gadis itu sempat menolak dengan sangat keras. Ia tengah berada dalam kondisi tidak sehat. Rose mengalami beberapa gangguan di malam hari sampai tidak bisa tidur nyenyak. Ia sempat mengalami demam selama dua hari.

Akhir-akhir ini banyak kejadian aneh yang mengganggu Rosabelle. Entah saat dia berada di sekolah, jalan, ataupun di rumahnya sendiri.

Rose merasa ada yang menemaninya setiap waktu. Dan beberapa kesialan juga sempat terjadi padanya. Terjatuh, tersandung, menabrak dan kejadian memalukan lainnya. Fisik dan batinnya benar-benar tidak sehat.

Namun, mengingat Rhealla adalah orang yang keras kepala, Rose meminta waktu untuk beristirahat dan pergi pada sore hari.

Rhealla melambaikan tangan dari kejauhan dan berjalan mendekat dengan sangat santai. Sedangkan Rose hanya memasang wajah masam. Wanita ini benar-benar membuatnya menunggu.

"Jangan marah Rose," kata Rhealla merayu Rosabelle yang telah ia buat menunggu selama hampir satu jam lamanya.

"Ada beberapa hal yang harus ku selesaikan bersama ibu," lanjut Rhealla tetapi masih tidak mendapatkan tanggapan dari sahabatnya.

Rose berjalan mendahului Rhealla dalam keterdiamannya. Setidaknya, Rhealla harus sadar jika waktu Rose juga sama berharganya dengan yang lain. Ia tidak boleh membuat teman yang lain menunggu tanpa kepastian seperti yang Rhealla lakukan hari ini.

"Kau masih marah?"

"Tidak," jawab Rose pelan.

Rhealla berusaha mensejajarkan langkah mereka. Kini ia telah bersisian dengan Rosabelle menuju pintu masuk toko pernak-pernik dan hadiah.

"Kau masih marah. Lihatlah! Bibirmu maju satu centi dari biasanya."

"RHE!"

Rhealla terkekeh pelan sambil meminta maaf. Ia tidak tahan dengan keterdiaman Rose.

Setelah memenuhi kebutuhan Rhealla untuk menghadiri pesta, gadis itu mengajak Rose datang ke rumahnya.

Sebuah kastil yang hampir mirip dengan bangunan pemerintahan di kota. Rose baru sadar jika saat ini Rhealla benar-benar berada di lingkungan bangsawan.

"Rumahmu sangat besar, Rhe."

"Tidak. Ini rumah kedua orang tuaku, aku hanya menumpang," kata Rhealla menarik kursi rias agar diduduki oleh sahabatnya.

"Huh? Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rose merasa bingung.

"Duduklah, Rose. Aku akan meriasmu."

Seketika mata Rose menatap tajam ke arah Rhealla.

EVANDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang