6. Time Machine

269 90 10
                                    

Ketika langit tak lagi memihak
Ketika bumi mengasingkan
Lantas, kemana aku boleh pergi?

***

Eusturia, 2002

Seorang anak kecil tengah menangis tersedu-sedu sambil berjongkok di sebuah taman pertengahan kota dalam kondisi sepi. Hanya ada semilir angin yang ikut menerbangkan helaian rambut panjangnya meski tidak terlalu begitu ia pedulikan.

Tak ada siapapun di sana, ia memegang dadanya dengan begitu kuat.

Sesak.

Itulah yang ia rasakan. Mengapa semua orang pergi meninggalkannya? Bahkan ayah dan ibunya. Kesalahan sebesar apa yang pernah ia lakukan di masa lalu sampai membuatnya terlahir kembali tanpa kasih sayang dari orang lain?

Ia di sini. Di kota terpencil yang terkenal sangat maju. Kota yang di asingkan tetapi terlihat paling sejahtera. Kota yang bahkan di dalam peta pun kau takkan dapat melihatnya.

Kota misterius yang dipenuhi dengan hal unik dan aneh, yang takkan ditemui di mana pun. Kota Eusturia. Satu-satunya kota yang menghilang dari radar bola dunia.

Gadis itu memilih untuk pulang. Ia kembali kepada kewarasan yang telah membawanya tumbuh sampai sebesar ini. Ia tidak bisa menjadi gila, itu bukanlah pilihan yang bagus untuknya dan juga tidak akan membalas kasih sayang penuh dari sang kakek.

Bola mata berwarna abu itu menjadikan dirinya ditolak secara terang-terangan oleh orang sekitar. Meski ia berusaha mengendalikan diri, apa daya, semua anak melihat perubahan auranya. Hal yang selalu disinggung oleh sang kakek kala mentari pagi menyapa.

Ia tidak memiliki seorang teman.

Anak itu berjalan di atas hamparan rerumputan kering yang mulai berguguran dan terjatuh di atas tanah dan juga mengotori jalan utama. Anginnya cukup kencang, menerbangkan dedaunan hingga membuat beberapa helai daun kecil menempel di sela rambut panjangnya.

Tangannya bergerak ke atas kepala, membersihkan sisa daun yang menempel di sana.

Jarak dari taman sampai ke tempat tinggalnya hanya terpaut sekitar sepuluh sampai lima belas meter. Keduanya terpisah oleh pematang sawah yang cukup luas dan panjang sampai kaki kecil gadis itu mulai merasa kelelahan.

Ini adalah kali ketiga ia berpindah rumah dengan satu alasan yang sama. Sepertinya sang kakek tidak mau merasa repot dalam berpikir. Ia terus menerus mengatakan hal yang sama di saat dirinya diperintahkan untuk berkemas.

"Demi keselamatan dan kedamaian makhluk hidup di alam semesta."

Anak itu mendengus kesal. Apa hubungan kedamaian dunia dengan ia dan juga kakeknya?

Hari pertama yang sangat tidak menarik.

Awalnya, ia merasa bosan karena harus menetap di rumahnya selama hampir dua hari penuh sejak mereka menginjakkan kakinya di tanah Eusturia.

Sampai akhirnya ia menemuka sekelompok anak tengah asik bermain di taman. Hal yang membuat gadis itu tertarik dan mendekat. Meski harus berakhir dalam kepedihan.

Ia bermaksud kembali sebelum kakek pulang. Bagaimanapun juga ia pergi tanpa se izin beliau. Mau tidak mau ia harus menjadi anak baik jika tak mau mendapatkan ceramah hingga kupingnya memanas atau pegal-pegal karena harus menghafal kosa kata selama enam jam. Kejam sekali memang.

EVANDSWhere stories live. Discover now