32. Love

137 16 15
                                    

***

Rose baru saja sampai di mansion untuk memenuhi panggilan dari tuan Evander yang disampaikan melalui Aruna.

Sejak kejadian dimana Aruna melanggar peraturan tingkat tinggi, perempuan itu harus rajin menghadap kepada tuan Richie yang berstatus sebagai pimpinan pasukan tertinggi, satu tingkat di bawah Ritz.

Sebenarnya, Rose belum siap untuk datang ke tempat ini. Selain mengingatkan dirinya pada kenangan yang buruk, Rose juga belum siap untuk bertemu dengan Ritz.

Oh! Menyebutkan namanya saja membuat jantung Rose berdegup kencang.

Bagaimana bisa ia melupakan pengakuan cinta dari sosok Evander paling dihormati di Eleusina?

Langkah kakinya memelan saat ia merasakan bahwa ada orang lain yang tengah berjalan di dekatnya. Ia berbalik dengan cepat tetapi tetap menjaga jarak.

Seorang pria dengan seragam serba hitam menundukkan kepalanya, menyambut kedatangan Rosabelle.

"Selamat datang, Nona. Saya Ariel."

"Saya adalah orang yang diutus oleh kepala pelayan. Kedatangan anda sudah diberitahukan oleh pimpinan kami sebelumnya."

"Terimakasih."

"Mari masuk."

Rose tersenyum penuh rasa canggung. Meski berkali-kali ia telah datang ke mansion utama Evander, Rose masih belum terbiasa diperlakukan seperti seseorang yang memiliki jabatan tinggi.

"Tuan."

"Ya, Nona?"

"Apakah Ritz ada di mansion?"

Meski ragu, Rose harus mempersiapkan diri sebelum bertatap dengan Ritz.

"Tuan Ritz sedang menjalankan misi diperbatasan. Mungkin akan kembali esok hari."

Terdengar helaan napas lega dari Rose setelah mendengar jawaban dari pelayan di depannya itu.

"Untung saja," bisiknya pelan. Ia kembali melangkahkan kakinya mengikuti pelayan.

"Bisa mati kutu aku jika berhadapan dengannya sekarang."

Tak lama kemudian, Rose melihat sebuah cahaya berwarna kemerahan melewatinya sebelum ia sampai ke ruang khusus untuk menyambut tamu.

Rose menghentikan langkahnya, memperhatikan cahaya merah itu yang mengelilingi kepalanya.

"Tanda minta tolong?" bisik Rose pelan. "Milik siapa?"

Ia tidak mengerti mengapa cahaya ini justru berhenti di hadapannya. Siapa yang meminta tolong pada Rose.

Tanpa pelayan itu sadari, Rose malah berlari mengejar cahaya kemerahan itu ke arah yang sebaliknya. Ia mempercepat langkahnya sampai melewati dua pintu keluar.

Rose belum pernah ke tempat ini tetapi ia melihat beberapa orang mengenakan seragam berwarna putih seperti para healer.

Apakah ini wilayah rumah sakit?

Rose membuang rasa penasarannya lalu berlari dan fokus untuk mengejar cahaya biru yang kini memasuki lorong gelap dan nampak sepi pengunjung. Padahal, di depan sana banyak healer saling bercengkrama.

EVANDSWhere stories live. Discover now