Kami berhenti saat kami merasa sudah cukup berada di tengah pantai. Ombak mulai datang dan aku langsung melakukan popping up dalam tiga detik lalu mulai menjaga keseimbanganku saat mengendarai ombak. Aku suka ini, aku merasa bebas dan adrenalinku kembali berpacu setelah sekian lama. Entah dorongan dari mana tiba-tiba saja aku berteriak melepaskan kepenatan dan kekacauan yang terjadi di dalam hidupku.

Ombak hanya mencapai 1 meter namun kondisi ini tetap aku maksimalkan dengan melakukan beberapa manuver, salah satunya adalah manuver Ariel yakni gerakan terbang di atas ombak. Selain itu aku juga melakukan Flakter dengan bergerak vertikal di atas ombak. Saat ombak mulai jatuh dan menipis aku langsung menenggelamkan papanku dan melakukan duck dive. Aku menyelam sampai ombak melewati atas kepalaku lalu kembali ke menyembulkan kepalaku dan menghirup udara segar yang penuh dengan kebebasan.

Sergio berada tak jauh dariku, dia menatapku penuh takjub dan kami kembali ke pinggir pantai. Teman-temanku sudah berdiri di sana bersama para suami mereka. Mereka terlihat kagum kepadaku, kuasumsikan mereka menyaksikan pertandingan kecil tadi.

“Wow, Green!!” seru Jess. Aku mengerling kepadanya.

Kyle masih tercengang, dia berkedip beberapa kali lalu berkata, “Green kau menakjubkan!”

Sergio menepuk pelan bahu Kyle, “Kau jurinya, katakan siapa yang menang?”

“Uh oh, kalian bertanding?”

Kami serempak mengangguk.

Kyle berpikir sejenak, dia juga berunding bersama para lelaki lalu dia datang kepada kami setelah memutuskan siapa yang berhak menang di dalam pertandingan ini, “Kupikir Green lebih banyak melakukan manuver”

Oh, sungguh? Aku tidak tahu berapa kali Sergio melakukan manuver karena aku terlalu fokus bahkan hanya untuk sekedar meliriknya.

“Ya, dia yang menang!” pekik Bianca sambil bersorak kegirangan.

“Yup, Green menang” sahut Kyle.

Para cewek bersorak dan kami saling tos.

Seatown bangga padamu, nak” kata Pat sambil terkekeh geli.

“So...” Jess menatap aku dan Sergio secara bergantian, “Apa yang kau dapatkan setelah memenangkan perlombaan ini?” tanya Jess kepadaku.

Oh ya? Kami tidak bertaruh tapi aku tidak akan menyia-nyiakan kemenanganku begitu saja, “Sergio kalah, jadi dia harus mentraktir kita semua makan seafood!”

Para cewek memekik kegirangan. Sementara itu Sergio terbelalak, “Apa-apaan?!”

Christopher tertawa geli sambil berbicara pada bayinya, “Brad kau ingin cumi, nak?”

Aku terkekeh geli melihat Sergio yang tampak jengkel, “C’mon man, don’t be pussy. Kau kalah, itu artinya kau harus memberikanku sesuatu”

Sergio akhirnya setuju, “Oke, oke!” ucapnya, menyerah.

Aku dan para cewek bersorak untuk yang ke sekian kalinya. Kami segera menuju ke restoran seafood yang berada tidak jauh dari sini, Sergio yang berjalan di belakang kami bersama para pria lainnya menggerutu, “Ada apa dengan cewek dan makanan gratis?”

***

Setelah pulang dari Havana aku kembali ke apartemenku yang penuh dengan kebosanan di setiap sudutnya. Yang kulakukan setiap hari adalah—melakukan apa yang harus kulakukan—seperti mencuci, memasak, menjemur, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Tidak, bukannya aku tidak sanggup untuk membayar seseorang seperti Bryanna atau Edward yang siap melayaniku kapan pun dan di mana pun. Aku masih punya banyak uang hasil kerja keras Franklin di tabunganku tapi aku harus mengontrol keuanganku dan kembali menjadi wanita mandiri seperti sebelumnya.

Omong-omong soal Franklin si bajingan itu, kami akan melakukan sidang perceraian sebentar lagi. Dan berita mengenai perceraian seorang pengusaha berlian menyebar luas dengan sangat cepat, belum lagi kemunculan Anne yang selalu menempel seperti gurita di samping Charlie, alhasil wanita itu menerima hujatan karena telah menjadi penyebab perceraian kami.

Aku senang, namun aku tidak terlalu peduli.

Menyalakan televisi, aku duduk di sofa bersama popcorn yang masih hangat. Aku mencari acara televisi yang dapat menghilangkan rasa bosanku yang sudah berada di stadium 4. Sebuah stasiun televisi yang menampilkan keseruan keluarga Kadarsian, The Kadarshians, tampaknya cukup menghibur. Di sana ada Kim, Khloe, dan Kourtney dengan bikini mereka sedang menikmati matahari di pinggir pantai Yunani.

Mereka punya tubuh yang wow namun aku bukan seorang lesbian yang tertarik dengan tubuh seksi ketiga saudari itu, aku lebih fokus pada background-nya. Mereka berada di Fokos Beach, Mykonos, Yunani, salah satu poster pantai yang ada di dinding apartemen kumuhku semasa kuliah dulu. Sekarang aku baru mengingatnya, aku pernah membuat daftar panjang destinasi liburan yang ingin kukunjungi saat aku sudah memiliki uang yang cukup suatu saat nanti, dan inilah saatnya!

Tabunganku juga sangat gendut, aku harus membuatnya kembali menjadi langsing. Setelah perceraian dengan Franklin beres aku akan mengurus kepergianku, mungkin aku akan menjadi wanita bohemian. Masa bodo dengan masa depan, yang kuinginkan hanyalah hidup membaur dengan alam dan jauh dari para pria yang berpotensi membuatku kembali patah hati.

Aku terkesiap saat ponsel yang kuletakkan di atas meja berdering.

Jessica calling...

Aku mengerang kesal lalu meletakkan popcorn-ku dan mengangkat panggilan itu, “Ya, Jess” sapaku dengan malas.

“Heyy kau sedang apa?” tanyanya.

“Kau tahu aku sedang apa”

Jess tertawa di seberang sana lalu berkata, “Oh well biar kutebak, kau sedang duduk di sofa sambil menonton The Kadarshians, benar bukan?”

Sial, bagaimana dia bisa tahu acara TV apa yang sedang kusaksikan saat ini!

“Volume TV-mu terlalu keras Green, aku dapat mendengar teriakan Khloe dari sini”

Oh.

“Apa yang kau inginkan?” tanyaku, malas berbasa-basi.

“Datanglah ke rumahku, aku dan Christian akan memasak makanan laut kami baru saja pulang dari pasar pike dan mendapatkan salmon yang besar”  

“Makanan laut tidak akan berhasil, kalian akan terus saling mencium sampai salmonnya kembali hidup!” cetusku. Jess tertawa lepas seperti aku sedang melemparkan lelucon yang sangat lucu kepadanya, padahal aku serius, aku benar-benar jenuh setiap kali dia dan suaminya yang clingy itu memamerkan keromantisan mereka di hadapanku.

“Datanglah Green, aku berjanji yang kau takutkan tidak akan terjadi. Lagi pula ada Sergio di sini, Christian tidak suka menciumku di depan pria lain” kata Jess mencoba meyakinkanku.

Aku tahu apa yang dia katakan adalah omong kosong, hell bibir Jess dan Christian terus menempel saat kami berkumpul di pernikahannya Bianca, ingat? Tapi aku akan tetap datang untuk menghilangkan rasa bosanku,  lagi pula di sana ada Sergio mungkin kami bisa mengobrol dan  mengabaikan Jess yang terus menerus menempel pada suaminya.

“Baiklah, aku akan tiba di rumahmu dalam 15 menit” kataku. Jess bersorak riang lalu mematikan sambungan panggilan kami setelah melemparkan kecupan yang menjijikkan kepadaku.

Aku mendesah pelan, mengambil remote lalu mematikan televisiku. Mungkin jalan-jalan ke rumah Jess memang ide yang sempurna, rumahnya berada di tepi pantai sehingga aku bisa menjernihkan pikiranku di sana.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Friends With Benefits (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora