“Greena maafkan aku” katanya sambil menatapku penuh rasa bersalah.

Oke Greena, untuk menang kau harus punya kesabaran yang extra.

Charlie menghembuskan nafas pelan, “Kita akan bercerai” kalimat itu meluncur dengan mulus dari mulut sialannya. Jess dan Christian yang duduk di sampingku menahan nafas mereka karena terkejut.

Sambil menguatkan hatiku aku menatap Charlie dengan dingin dan berkata, “Ya, seharusnya itu bagianku Charlie, aku ingin kita bercerai!”

Dia menunduk dengan wajah yang lesu. Ada sedikit rasa kasihan yang muncul di dalam benakku melihat wajahnya muram seperti itu, namun saat aku mengingat kembali pengkhianatannya, rasa kasihan yang mendadak muncul hilang begitu saja.

“Dia Anne...” kata Charlie, tanpa kutanya.
Aku mengangkat kedua bahuku acuh, “Aku tidak tanya siapa nama jalang itu”

Charlie mengetatkan rahangnya, terlihat dengan jelas ada kilatan amarah yang membakar kedua bola matanya saat aku mengatai kekasih gelapnya ‘jalang’, namun Charlie berusaha mengendalikan amarah itu, dia mengusap wajahnya dengan kasar lalu berkata, “Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat menyesal karena terburu-buru menikahimu, maafkan aku Greena”

Nafasku tersentak. Apa tadi katanya? Menyesal? Dia menyesal karena kami terlalu cepat memutuskan untuk menikah? Aku menelan sesuatu yang mengganjal di tenggorokanku, terasa sangat perih.
Mata Charlie beralih kepada Christian dan Jess, “Bisakah kami bicara berdua, please?”

“No!” sahutku, cepat.

Jess menatapku lalu berbisik,  “Biarkan dia mengatakan apa yang ingin dia katakan Green, setelah itu kau bisa memberinya pelajaran”

Charlie diam menunggu keputusanku. Akhirnya dengan penuh pertimbangan aku pun  mengangguk, “Baiklah...” kataku. Biar bagaimana pun aku harus mendengarkan penjelasannya, alasan mengapa ia berselingkuh dan menyesali pernikahan kami.
Jess dan Christian pergi meninggalkan kami, tapi sebelum pergi Christian melayangkan ancaman yang nyata kepada Charlie, “Jangan sakiti dia, aku tidak main-main!”

Charlie mengangguk.

Saat Jess dan Christian sudah pergi Charlie hendak menghampiriku untuk di sampingku namun aku langsung menginterupsinya, “Tetap di tempatmu!”

Dia pun bertahan di tempatnya.

“Anne adalah mantan tunanganku” oh, sialan ini baru dimulai tapi rasanya aku sudah ingin meledak saja, “Dia meninggalkanku setelah mengalami keguguran dan depresi yang cukup berat hingga, aku berusaha mencarinya tapi dia menghilang begitu saja”

Batinku mencelus, bukankah itu bagus?

“Malam di mana kita bertemu adalah hari ulang tahun Anne dan aku kembali melihat sosoknya di dalam dirimu, kalian mirip, wajah yang manis dan kepribadian yang ceria, aku tertarik padamu”

Aku meremas pinggiran sofa dengan erat.
“Lalu sekarang dia tiba-tiba saja muncul lagi dan aku...” Charlie menghembuskan nafas berat, “Aku tidak bisa menolaknya, aku sadar bahwa aku masih sangat mencintainya”

Oh.

Air mataku meluncur begitu saja, aku segera menghapusnya dengan kasar sebelum Charlie dapat melihatnya, “Apakah pernah sekali saja kau melihatku sebagai diriku sendiri?”
Charlie menatapku dengan kedua bola matanya yang berlinang air mata lalu dia tertunduk dan mendesah, “Maaf Green....”

Oke bagus, dia mengelabuiku selama ini.

“Charlie bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya?” tanyaku dengan sedih. Charlie tertegun tapi kemudian dengan ragu dia mengangguk. Aku pun menghampirinya saat Charlie bangkit dari sofa, aku langsung memeluknya sambil berbisik, “Ceraikan aku secepatnya dan besok aku akan datang untuk mengambil barang-barangku”

Friends With Benefits (Completed)Where stories live. Discover now