[kelewat] Albara & Chiko

284 54 10
                                    

Intinya aku masih ngerjain buku ini, tapi cuma ngisi yang pernah ke skip sama aku. Update gak nentu & ending juga gak tau gimana jadinya.

Happy reading.
_______________^






"Tan, aku pamit dulu ya."
"... assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, makasih banyak ya, Chik udah mau nengok."

"Iya, Tan. Sama-sama. Om cepet sembuh ya, Om."

"Makasih, Chiko."

Setelah mencium punggung tangan kedua pasutri yang diduga masih keluarganya itu, Chiko pun pergi keluar.

Kasian Om Eddy, kena DBD ampe turun banget trombositnya. Gumam Chiko dalam hati sembari terus berjalan menyusuri koridor di rumah sakit tersebut.

Langkahnya tegas karena setelah kunjungan ini ia harus segera meluncur ke Road Not Taken untuk melakukan pekerjaannya sebagai bartender disana.

Namun baru beberapa langkah, dari salah satu ruangan didepannya terbuka dan disusul dengan munculnya seorang lelaki yang cukup dikenalnya.

"Loh? Itu bukan si Ivan ya? Ngapain dia di rumah sakit?" Monolog Chiko pelan.

Sepertinya Ivan saat itu tak menyadari kehadiran Chiko disana karena telinganya tersumpal airpads dan ia jelas berjalan mendahului di depan.

Karena penasaran, Chiko pun mendekati pintu dimana bocah lelaki itu tadi keluar. Dan betapa terkejutnya ia saat membaca siapa nama pasien yang dirawat disana pada depan pintunya.

Nama pasien:
Bintang Albara Mahesa.
Dokter:
Mochammad Ridwan.

"Bara? ... kok dia dirawat? Emang dia sakit apa?" Gumamnya sembari terus menatap tulisan tersebut.

"Permisi, Mas." Mendadak seorang suster berparas keibuan muncul disana setelah pintu tersebut terbuka dan membuyarkan lamunan Chiko seketika.

Suster itu muncul dengan papan jalan dalam dekapannya, baru saja keluar dari ruangan tempat Bara dirawat. Dan saat itulah Chiko mengeluarkan suaranya.

"Maaf, Sus." Tahannya. Ada jeda sesaat karena ia terus menimbang-nimbang apakah harus bertanya atau tidak.

"Iya? Kenapa, Mas?"

"Anu, kalo boleh tau, pasien yang dirawat disini sakit apa ya?"

"Ooh." Koor sang suster dan ia pun memberitahu Chiko dengan segera.

Demi Tuhan! Saat itu juga manik gelap Chiko membulat kaget mendengarnya. Bak disambar petir disiang hari, ia mematung didepan pintu tersebut. Bahkan saat suster itu pergi pun ia masih membeku disana.

"K-kanker otak?" Gemuruh dalam dadanya seketika memuncak menyebutkan dua kata yang amat menakutkan tersebut.

🍁🍁🍁

Tes!

Tes!

Tes!

Tetesan air dari kantung infus itu terus berjatuhan dalam sebuah tabung kecil sebelum dialirkan lewat selang tipis yang tersemat ke punggung tangan pucat seorang pasien yang sejak tadi nampak tertidur dengan tenang.

Disinilah Chiko sekarang, menfuduki sebuah kursi kecil disisi ranjang dengan pandangan sendu menatap sosok yang terbaring lemah didepannya.

Terdiam dengan tatapan terus terpusat pada wajah pucat yang semakin tirus itu. Melihat setiap inci dari pahatan Tuhan yang nampak sempurna namun kini tak ada bedanya dengan sebuah boneka.

About My Brother ✔ [Banginho]Where stories live. Discover now