tujuh belas

791 148 66
                                    

"Pagi Mas Ivan, Mas Bara." Sapa Lukman saat melihat kedua saudara itu tengah sibuk dengan sarapan mereka masing-masing.

Ivan menjawab dengan sapaan serupa, tapi sebaliknya dengan sang kakak--Bara yang hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas karena maniknya sibuk menatap layar ponselnya. Hal yang selalu sama dengan yang ia lakukan setiap pagi. Mengecek room chat dan menjawab beberapa pesan masuk--sekiranya penting dan harus untuk dijawabnya.

Tak lupa, Lukman juga menyapa kedua majikannya yang lain--Anika dan Rama sebelum pergi keluar rumah untuk mencuci mobil yang akan digunakannya nanti mengantar satu persatu dari mereka ke tempat tujuan seperti biasanya.

"Lukman." Panggil Anika sedikit menaikan nada suaranya karena yang punya nama tersebut sedang ada di luar rumah.

Namun bukan Lukman namanya jika tidak bertelinga tajam. Karena dengan sekali menyebutkan namanya saja, lelaki muda itu sudah langsung mendekat.

"Iya, Bu." Jawabnya sembari mengelap tangan yang basah pada kaus yang ia kenakan.

"Hari ini kamu gak perlu anterin saya." Titah sang majikan.

"Kanapa, Bu?" Tanyanya penasaran.

"Saya lagi pengen nyetir sendiri."

"Ooh..." koor Lukman seketika yang kemudian disusul dengan anggukan mengerti sebelum kembali lagi ke aktifitasnya tadi.

Jadi jadwal si supir tampan itu kini hanya mengantar majikan kecilnya ke sekolah, setelah itu mengantar Rama ke kantor saja, dan akan kembali menjemput mereka lagi nanti sore. Tak begitu padat karena ia tidak perlu mengantar ke lain tempat.

🍁🍁🍁

Rumah besar itu kembali sepi jika waktu sudah menunjukan pukul 9 pagi lewat. Ya, tentu saja. Sebab hampir seluruh penghuninya sudah pada kegiatannya masing-masing di tempat masing-masingnya juga.

Seperti saat ini. Yang tersisa di rumah tersebut hanyalah Lukman. Karena Bi Uyun juga sedang pergi ke pasar untuk berbelanja. Dan satu-satunya hal yang biasa Lukman lakukan jika ada waktu kosong seperti ini hanyalah menonton Tv atau sekedar berbenah--membantu pekerjaan rumah Bi Uyun yang sekiranya perlu ia bantu. Seperti mencuci piring, menyapu atau mengepel.

Lukman memang anak yang rajin. Kehadirannya disana pun membawa berkah tersendiri untuk para penghuni lainnya. Tak terkecuali asisten rumah tangga tersebut.

Oh, tapi hari ini Bara sedang tidak pergi ke kampusnya karena memang sedang tidak ada kelas. Dan sejak pertemuan mereka saat sarapan tadi, Bara masih setia di kamarnya, belum lagi keluar ataupun sekedar turun dari lantai dua rumah tersebut.

"Laper." Lirih Lukman disela-sela tontonannya.

Oh, jangan ditanya apa yang sedang dilihat dari anak itu pada layar kaca yang ada di hadapannya kini. Yang jelas bukan tontonan untuk orang seusianya. Ya tentu saja dikatakan seperti itu jika saja setiap kali dipergoki, Lukman sedang asik menonton kartun. Katanya jauh lebih enak dilihat karena ringan, dibanding sinetron yang tidak jelas arahan ceritanya kemana.

Dan selagi masih iklan, ia pun beranjak mendekati meja makan untuk mengambil sehelai roti tawar sebelum mengoleskan selai coklat ataupun strawberi kesukaannya. Meskipun begitu Lukman masih setia menatap layar Tv di dapur tersebut dengan tangan yang bergerak--membuka toples selai coklat.

Hingga dering telepon rumah menghentikan pergerakannya. Dengan sediki suara mendengus kesal dari hidungnya, ia pun berjalan menuju ruang tengah dimana telepon itu berada.

"Halo?" Jawabnya saat gagang benda itu sudah menempel dengan telinganya.

Hening. Tak ada jawaban dan jelas membuat Lukman menautkan alisnya.

About My Brother ✔ [Banginho]Where stories live. Discover now