dua belas

768 153 53
                                    

"Kak! Kakak!" Ivan kembali muncul sembari menarik-narik lengan Bara.

Lelaki yang tengah melamun itu pun jelas lansung menoleh ke arahnya dengan alis bertautan. Masih enggan bersuara.

"Ikut aku yuk, Kak!" Ajak Ivan.

"Kemana?!" Akhirnya mulut itu berucap setelah membungkam selama lebih dari dua jam. Namun suaranya terdengar serak dan parau.

"Ikut aja." Ivan memaksa dengan menarik lengan kakaknya.

Sesaat Bara menatap tampilan adiknya itu kini dari atas hingga bawah. Begitu terlihat rapi meskipun santai. Pun harum parfume yang dipakainya sampai tercium ke hidung Bara. Hingga ia menyimpulkan jika anak itu sudah bersiap untuk pergi kesuatu tempat. Hanya saja Ivan tidak menyebutkan tempat apa yang akan ditujunya.

Bara menggeleng. Ia menolak untuk ikut. Masih terlalu nyaman dari tempatnya kini duduk. Dengan hembusan pelan angin sore yang bertiup jelas membuatnya enggan beranjak. Padahal kakinya yang sedari tadi di dalam air mulai mengeriput karena kedinginan.

Tapi Ivan terus memaksa. Berulang kali ia menarik lengan Bara seraya mengajaknya berdiri dan keluar dari kolam renang hanya untuk membuat sang kakak ikut dengannya.

"Kemana sih?!" Nada 'malas ikut'  jelas terdengar dari mulut yang lebih tua itu.

"Pokonya ikut aja! Nanti juga tau kita kemana." Titah yang lebih muda.

Bara masih tak bergeming. Ia malah melempar pandangan ke langit sore yang nampak cerah dengan awan berarakan.

"Ya ampun, Kak! Langitnya gak bakalan ilang! Gak usah diliatin terus gitu. Ayok bangun. Masa sih harus aku seret badan Kakak biar mau ikut sama aku?!!" Ancamnya.

"Hhhh... iya, iya. Ini juga mau bangun." Jawab Bara dengan malas-malasan.

"Ayo dong! Jangan iya, iya doang!"

Dengan hembusan napas berat akhirnya Bara mengalah. Ia bangun dari tempatnya duduk dan menarik tungkainya dari dalam air. Masih dengan wajah malas.

"Ayo, sekarang mandi! Pake baju yang rapi, pake minyak wangi biar gak bau cuka lagi!"

"Ya ampun, Van! Bawel amat sih?! Emang kita mau kondangan ke rumah siapa?!" Bara malah meracau tidak jelas.

"Siapa yang mau kondangan?!" Jawab Ivan sembari mendorong tubuh kakaknya agar lekas masuk ke dalam wc. Tak lupa ia juga memberikan bathrobe pada lelaki berkulit pucat itu.

"Ya terus kita mau kemana emang?!" Bara malah merentangkan tangannya di pintu, menahan agar tubuhnya tidak masuk ke dalam sepetak ruangan tersebut.

"Gimana Kakak mau tau, kalo dari tadi aja susah banget diajakinnya?!" Omel si bungsu.

Lagi-lagi si sulung menghembuskan napas berat sebelum akhirnya menuruti perintah yang lebih muda untuk mandi.

Tapi ternyata tidak hanya sampai disitu. Bara kembali membuat Ivan geram karena ia sudah menghabiskan waktu lebih dari 45 menit hanya untuk mandi. Itu pun bisa saja lebih lama jika bukan karena pintu wc tersebut digedor-gedor dari luar oleh adiknya.

"Elah! Kakak teh mandi apa molor sih di dalem wc?! Lama banget sumpah!!" Teriak Ivan dari luar.

"Bawel!" Bentak Bara dari dalam.

"CEPETAN!!! KALO GAK KELUAR-KELUAR JUGA, GUE LEMPAR KOREK API NIH KE DALEM!!" Ivan mulai mengancam, terbukti dari bahasanya yang berubah menjadi gue, bukan lagi aku.

"HEH!! AWAS AJA LO YA, KALO BERANI NGELAKUIN ITU!!" bentak yang ada di balik pintu tak kalah kencang.

"MAKANYA CEPETAN!!"

About My Brother ✔ [Banginho]Where stories live. Discover now