kita buat sama

17.9K 2.3K 513
                                    

Part ini dibuat di atas kereta sby malang Hari ini terpaksa harus pulang mendadak karena ada yang sakit.

Sedikt curhat, beberapa waktu lalu, saya mendapatkan tawaran melalui email dari platform penyedia cerita novel berbayar. Singkat cerita kami saling balas pesan melalui email (pake bhs inggris pula). Awalnya tertarik sih. Cuma setelah saya pikir sekali lagi, kok saya berat ya. Karena nanti pembaca harus bayar. Alhasil, saya memutuskan untuk menolak tawaran. Alasan utama sebenarnya adalah deadline penyelesaian thesis. Alasan lain adalah kasian dengan pembaca setia saya yg harus mengeluarkan uang untuk membaca karya tulis saya. So sya putuskan untuk tetap di Wattpad dengan nanti menerbitkan ebook (tambahan part dan ekstra part yg jauh lebih banyak)yang bisa memuaskan banyak pihak

Itu saja sih curhatan saya. Semoga masih suka dengan cerita saya..

Happy Reading

Setitik sinar mentari masih belum mau unjuk diri. Bentangan warna pekat masih juga belum beranjak dari hamparan langit. Suara binatang malam masih terdengar bersahutan. Udara dingin juga masih enggan untuk berhenti berhembus. Sama sepertiku yang tiba tiba saja terjaga padahal jam di atas nakas masih menunjukkan pukul dua pagi. Kedua mataku seolah tak mampu terpejam meski permainan panas kami baru berakhir dua jam sebelumnya.

Aku melihat ke arah samping. Ada Jelita yang sudah tertidur pulas dengan tubuh polosnya yang tertutup selimut tebal. Aku hanya bisa tersenyum puas karena selama sepuluh hari ini, dia sangat patuh kepadaku. Liburan yang kurencanakan selama seminggu, harus mundur hingga sepuluh hari karena aku ingin menyembuhkan kedua kakinya.

Dan benar saja, berkat kegigihannya, hari kelima kami berada di sini, Jelita sudah mampu menopang tubuhnya meski tetap harus memakai tongkat. Aku yang membantunya untuk berjalan di atas rumput yang basah karena embun pagi. Tetasan embun pagi, dipercaya dapat menyembuhkan kaki yang kesusahan berjalan akibat pelemahan otot.

Perlahan, aku turun dari ranjang kami karena aku tidak mau mengganggu tidur nyenyaknya. Aku juga tidak ingin menerkamnya lagi karena Jelita sudah terlalu payah untuk melayaniku. Aku meraih celana panjang dan juga kaosku. Setelahnya aku memilih duduk di sofa yang ada di samping jendela.

Selama sepuluh hari ini, kami menutup akses dari dunia luar. Pekerjaanku telah kuselesaikan dan aku hanya berkirim email saja dengan bawahanku. Entah mengapa, malam ini aku ingin membuka kedua ponselku yang sudah sepuluh hari ini tidak aktif.

Benar saja, ketika beberapa detik setelah aku menyalakan ponsel, ribuan pesan memenuhi layar ponselku. Ketika aku sibuk membalas satu persatu pesan, Mama menghubungiku dan karena tak ingin mengganggu Jelita yang sedang tertidur, aku segera keluar dari kamar menuju teras belakang.

"Hallo Mas. Kamu kemana aja sih. Ga ada kabar sama sekali. Katanya cuma sehari di rumahmu. Sepuluh hari ini ga ada kabar. Kamu juga ga ngantor. Jangan buat Mama cemas, Mas"

"Satu satu, Ma. Aku baik baik aja. Lagi cuti sih. Besok malam pulang"

"Jangan bilang kamu sama Arini. Iya Mas?"

"Iya Ma. Kenapa?"

"Kamu lupa dengan apa yang dia lakukan?"

"Iya Ma. Aku ingat. Mama tenang aja."

"Kenapa sih kamu ga pisah aja. Dia sudah bohongin kamu dari awal. Ingat Mas, banyak wanita yang lebih baik dari Arini. Mama bisa carikan kok"

"Tidak ada perceraian, Ma. Mama tenang saja, aku akan banyak habiskan waktu di rumah Papa dan Mama. Aku janji."

"Lusa kamu harus sudah pulang. Jangan buat Mama dan Papa kecewa ya, Sayang"

"Iya, Ma. Sudah dulu ya. Damar ngantuk"

JANJI SETIA UNTUK ARINIWhere stories live. Discover now