Aku ga butuh Mama

19.8K 2.6K 269
                                    

Maaf jika belum bisa up setiap hari. Masih harus bolak balik Sby MLg. Semoga masih banyak yang suka ya

Happy Reading

Sinar matahari pagi mulai menerpa permukaan kulit wajahku. Cahayanya yang hangat seakan menyentuh relung kalbu yang terdalam. Kuedarkan pandanganku, melihat sekeliling tempatku berada saat ini. Deretan tanaman hias dan gemericik air dari kolam di sampingku, membuat hatiku sedikit tentram. Ingin rasanya kupijakkan kaki di atas rumput, namun kedua kakiku masih saja belum bisa untuk bergerak. 

Perlahan, aku menggerakkan telapak tanganku untuk menggerakan kursi rodaku. Meski masih belum terbiasa, namun aku berusaha untuk mendekati salah satu tanaman yang menarik perhatianku. 

"Nduk..."

"Bude..."

Wanita berhati malaikat yang sangat kusesali mengapa bukan dia yang menjadi ibu kandungku, kini mendekatiku dan mengusap pelan pucuk kepalaku

"Kamu butuh apa, Nduk? Kok ga nunggu Bude?"

"Arini cuma kangen suasana di luar Bude. Kan Arini sudah lama ga bangun"

Aku melihat Bude Ratih tersenyum dan memilih duduk di sampingku. Tak ada hal penting yang kami bicarakan. Namun aku sangat menikmati ketika Bude Ratih bercerita tentang masa kecilku dan Arjuna. Hembusan angin pagi itu tetap membuat suasana hatiku menghangat meski tak dapat kupungkiri, kabut kesedihan tak henti menggelayuti hari hariku.

Bude Ratih terus bercerita sembari menyuapiku dengan makanan yang berada di atas pangkuannya. Sesekali aku menciumi punggung tangannya dan dia membalas dengan kembali menyentuh pucuk kepalaku. Aku bisa merasakan jika Bude Ratih tengah menyembunyikan sesuatu yang tentu saja jika aku mengetahuinya, akan sangat menyakiti hatiku

"Jangan ada yang Bude sembunyikan. Katakan saja Bude semuanya"

Sesuai dengan apa yang aku perkirakan, Bude Ratih tak bisa lagi menahan rasa sedihnya. Air mata yang telah ia tahan dua minggu sejak aku sadar dari tidur panjangku, tak mampu lagi dia bendung. Bude Ratih memelukku cukup erat dan telapak tangannya mengusap perlahan punggungku yang aku rasakan mulai mengurus.

"Putramu...namanya Ardhana. Damar yang beri nama. Inisial nama kalian berdua namun punya arti lelaki pemberani. Tapi, kita semua belum diijinkan melihat keberaniannya , Nduk"

"Kapan aku bisa melihat kuburannya?"

Bude Ratih kembali terisak keras. Suaranya terasa sangat berat hingga tubuhnya pun ikut bergetar hebat. Dia berusaha merangkai beberapa kalimat untuk mengatakan hal lain yang tentu saja jauh lebih menyakitkan.

"Damar...suamimu itu sudah tidak pernah menjengukmu lagi, Nduk"

Aku menghela nafas begitu panjang. Kedua telapak tangannya tiba-tiba meremas kuat pegangan kursi roda. Aku tak ingin munafik. Kabar itu seakan sangat meruntuhkan hatiku. tak perlu banyak bicara lagi, apa yang dilakukan Mas Damar sudah membuktikan bahwa lelaki itu tak ingin aku ada di sampingnya.

"Kalau nanti  sudah boleh pulang, Arini numpang di rumah Bude dulu ya. Paling tidak sampai Arini sembuh"

"Jangan bilang numpang, Nduk. Rumah dan semua yang ada di Bude, adalah punyamu. Usaha yang Bude jalankan adalah amanah Titi dan semua sudah diwariskan atas nama kamu. Berkat kamu, Bude bisa membesarkan Mbak Sinta hingga jadi pengacara hebat seperti sekarang. Bisa membuat Mas Rama jadi seorang hakim yang luar biasa"

"Kenapa titi menyerahkan semuanya ke Arini, Bude? Apa sepupu sepupu Arini ga iri?"

"Sekarang Bude tanya ke kamu, apakah Mbak Sinta, Mas Rama, Mas Yudis,Mas Galih, Mbak Ratna pernah menunjukkan rasa iri ke kamu?"

JANJI SETIA UNTUK ARINIWhere stories live. Discover now