Cerita di masa sulit (1)

24.6K 2.7K 464
                                    

Jujur, rasanya ingin sekali segera menamatkan cerita ini. Tapi apalah daya, kondisi hamil tua yang betul betul merusak mood saya. Jadi mohon dimaafkan ya. Semoga bisa update tiap hari ditengah kesibukan jadi ibu dari dua orang putra dan putri. Rasanya sedih jika ada yang mengirim pesan yang isinya marah marah karena tidak kunjung update cerita ini.
Doakan saya semoga segera bisa menamatkan cerita ini

Dulu sekali, saat Andanu kecil, dia hanya punya impian ingin menjadi orang yang sukses. Membahagiakan kedua orang tua dan tentu saja, adik kecilnya Andini. Tetapi itu dulu...semua berubah ketika ia bertemu dengan bidadari cintanya. Belasan tahun yang lalu, dia bertemu dengan seorang wanita yang jadi alasannya untuk meraih semua impiannya.

Andanu pernah menggambarkan keluarga impiannya bersama wanita itu. Mempunyai rumah di tepian pantai, lengkap dengan ayunan dan perosotan. Dia akan bersama anak anaknya, dan wanita pujaan hatinya itu, tentu saja akan sibuk meracik bahan makanan yang akan siap setelah mereka puas bermain dengan pasir pantai.

Bahkan Andanu pernah bermimpi, dia akan menjadi nelayan dengan pemandangan wanita itu, beserta anak anaknya,. yang akan melepas kepergiannya ketengah lautan di kala mentari belum menyapa. Tentu saja, senyuman mereka juga akan menyambutnya kala senja mulai hadir.

Indah bukan??

Tetapi Andanu harus kalah dengan takdir. Andanu kalah dengan status keluarganya. Andanu kalah sebelum mulai berjuang. Dia harus merelakan belahan jiwanya itu dimiliki oleh orang lain. Kenyataan yang memaksa dirinya untuk meninggalkan tanah air tercinta. Bahkan Andanu sempat berucap janji setia dengan wanita lain yang ia kira menjadi perhentian terakhirnya. Namun sayang, takdir Tuhan tidak sesederhana itu. Ikatan itu berakhir di tahun kedua karena sebuah pengkhianatan yang menyakitkan.

Andanu menjuntaikan kakinya di atas lantai bambu. Perlahan ia turun agar seseorang bidadari yang kini terlelap di sampingnya, tak terusik. Andanu mengutas sebuah senyuman. Bidadari tercantik dalam hidupnya, kini ada di sampingnya, berada di peraduan yang sama. Jangan lupakan, helaian kain yang telah lepas sedari malam tadi. Selimut tipis yang menutupi tubuh indahnya Pemandangan indah untuk awal hari ini, bukan?

Andanu menyesap kopi panas yang ia buat. Deru ombak pantai di tepian kota Kalabahi memang sangat memukau jika dinikmati jelang shubuh. Meski kelam sejauh mata memandang, ombak yang menari datang perlahan dengan suara teduh menentramkan jiwanya.

Kembali, manik mata Andanu mengamati sosok bidadari yang masih terlelap. Ingin rasanya ia menyesap kembali setiap jengkal kulit tubuhnya namun dia sendiri tak sampai hati untuk melakukannya. Apalagi panggilan video call dari adik dan juga adik iparnya, membuatnya harus turun menapaki anak tangga dari bambu. Dia tak ingin mengusik mimpi indah sang bidadari.

"Lama amat sih, Mas..."

"Ooooo....pantes....bikin anak lagi ya? Kakakku mana ini?"

Andanu hanya bisa tersenyum kala di layar ponselnya terpampang wajah dua orang terdekatnya. Mereka bertiga berbeda benua, namun hati mereka seolah menyatu. Apalagi kalau bukan karena bidadari cantik yang kini masih terlelap di atas sana.

"Lita masih tidur. Dia sehat kok"

Terdengar suara tawa dari kedua adiknya itu.

"Kakakku ga akan mungkin tertidur jam segini, Bang. Berapa ronde kalian berdua?"

"Mania kamu, Mas. Ckckck. Inget, istrimu itu sudah ga boleh lagi hamil. Dia sudah hamil empat kali."

Andanu membiarkan keduanya tertawa lepas. Adik dan adik iparnya justru saling melempar candaan dan sindiran yang sama sekali tak membuatnya marah.

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang