Kerikil

19.8K 2.2K 222
                                    

mohon maaf belum bisa update setiap hari karena migrain akut sejak hari selasa. Bisa update bab ini, sungguh penuh perjuangan. 1800 an kata. Semoga cukup mengobati rindu temen temen semua ya.

Happy reading

Sinar terik mentari pagi di kota metropolitan Singapura, menerpa wajahku hingga mau tak mau, aku segera beranjak dari peradauan. Suara dering ponsel menjadi yang pertama menyapa kedua indera pendengaranku. Tanpa perlu mengetahui siapa pemilik nomor yang menghubungiku, aku sudah bisa memastikan, istrikulah yang saat ini tengah cemas karena aku belum menjawab semua panggilannya.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, segera kuusap bulatan hijau dan beberapa detik kemudian muncul wajah istriku yang sedang memajukan bibirnya. Jika kami tak terbentang jarak, sudah pasti aku akan melahap habis birai merahnya.

"Ih...lama banget sih, Mas. Pasti baru bangun kan?"

Aku terkekeh pelan dan menggaruk rambutku. Aku pandangi wajah cantiknya. Senyumannya selalu membuat hariku menjadi lebih istimewa. Terasa berat jika aku bangun dan kemudian menyadari tak ada dia di sampingku. Namun akan jauh lebih berat lagi, jika aku melihat wajah sedihnya saat dia harus berpisah dengan mimpi juga kegemarannya.

"Maafkan aku istriku. Mas ketiduran, semalam lembur"

"Pulang jam berapa?"

"Jam 2 pagi. Setelah lembur, ada acara ulang tahun temen satu ruangan. Jadinya ya gitu"

"Mas mabuk? Terus ada ceweknya? Dugem pasti kan?"

Tanpa sadar, aku tertawa keras melihat wajah cemburunya. Jelitaku sangat cantik ketika dia sedang kesal terutama saat aku pergi dengan perempuan yang tak ia kenal. Demi apapun, semenjak kami menikah, aku sudah tak berkeinginan untuk mengenal wanita lain selain rekan kerja. Di mataku, hanyalah dialah wanita tercantik dan paling sempurna.

"Ada cewek. Tapi Mas ga macem macem kok. Mas minum sedikit. Ga enak kan kalau ga ikutan. Setelah itu Mas pulang. Mau telpon kamu, takut istriku sudah tidur"

"Lain kali jangan gitu lagi ya."

"Iya istriku ,Sayang. Baju semuanya sudah siap kan? "

"Udah, Mas. Nanti aku naik last ferry. Mas ga usah jemput. Kita langsung ketemu di sana aja ya. Kuncinya titip di receptionist aja. Mau dibawain apa dari sini?"

"Masih ada waktu ga kalau Mas minta teri jengkol balado buatanmu, Sayang?"

"Bisa kok. Tadi aku titip Lisda, teri sama jengkol. Cuma itu aja?"

"Iya. Di kapan nanti Hati hati ya?"

"Emang aku mau ngapain di kapal, Mas. Eh, Mas. Beneran kita mau nginep yang di Nongsa itu. Kenapa ga jadi satu dengan tempat acara sih? Nongsa - Engku Putri lumayan jauh lho"

"Acara yang Mas ikuti sampai besok malam aja. Jadi kita nginep semalam di sini. Selanjutnya terserah mau ikut atau enggak. Daripada di sini banyak orang, mending kita nginep di resort yang ada di Nongsa"

"Mas, pesanan untuk temen temen KBRI cuma itu aja kan?"

"Iya. Khusus untuk ibu dubes, harus kamu lho yang ngrajut. Bu Dubes mau kasih cinderamata untuk Bu wapres."

"Wow, serius Mas? Semoga Bu Wapres suka ya Mas"

"Aku malah senang kalau kamu serius di bidang ini, Sayang. Aku ga masalah kalau kamu mau punya Galeri sendiri. Nanti kan bisa di bantu dari kementrian terkait juga. Rajutan kamu selalu dapat pujian dari tamu tamu negara lain lho, Sayang"

"Itu rencana jangka panjang, Mas. Kalau...."

"Kalau apa? Kenapa muka istriku jadi merah gitu sih..."

JANJI SETIA UNTUK ARINIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt