Wedding Preparation

26.6K 2.3K 138
                                    

Mohon maaf lama updatenya ya. Seminggu kemarin masih sibuka UAS dan sekarang posisinya sudah mudik. Otomatis waktunya untuk anak dan suami tercinta. Jadi harap maklum ya

Malam itu jadi malam yang tak terlupakan bagi kami. Aku begitu dekat dengan Jelitaku. Aku bisa bebas memegang jemari tangannya dan sesekali mencium lembut punggung tangannya. Wajahnya yang merona merah menahan malu membuatku tak berdaya untuk memberikan kecupan di kedua pipinya. Jelitaku tak menolak meski aku bisa merasakan tubuhnya masih sangat kaku menerima perlakuanku.

Saat mataku terbuka di pagi hari, aku bisa mencium aroma masakan yang entah dari mana datangnya. Ketika kesadaranku sepenuhnya telah kembali, aku memutuskan untuk segera mandi dan mencari keberadaan calon istriku. Kuat dugaanku dia ada di dapur karena seingatku, hanya kami berdua di rumah ini.

Dan benar saja, ketika aku mendekati dapur, kulihat dia bersenandung dengan kedua tangan asyik menaik turunkan pisau. Dia bersenandung lirih. Selain itu pagi ini dia begitu cantik. Jelitaku mengenakan daster batik seperti kepunyaan Mama. Tak lupa rambutnya digelung ke atas. Tak ada lagi make up yang menempel di wajahnya.
Andai kami telah halal, sudah kupastikan saat ini dia sudah ada di bawah kungkunganku.

"Morning, my sunshine"

Entah mengapa, tanganku begitu nyaman melingkari pinggang rampingnya. Leher putih mulusnya seolah jadi telaga di saat pagi. Begitu nyamannya lidahku menyusuri kulit mulus lehernya hingga Jelitaku harus berpegangan erat di tepian meja.

"Mas...udah..."

"Sstt....kalau kamu banyak bergerak, malam pengantin kita aku percepat pagi ini"

"Mas...kamu ga lapar? Udah jam brapa ini?"

"Masih jam brapa sih. Udah diem aja, Sayang"

Jelitaku akhirnya hanya bisa pasrah. Entah mengapa aku begitu tergila-gila kepadanya. Cinta masa kecil yang terus tumbuh hingga kini membuatku semakin tak ingin melepasnya. Aku agak sedikit kecewa karena tadi malam dia bercerita harus segera kembali ke tempatnya bekerja. Dan baru akan kembali beberapa hari sebelum acara pernikahan kami akan digelar.

Tempatnya yang jauh dan harus ditempuh dengan perjalanan darat , laut serta udara, membuatku ingin segera membawa dia pindah bersamaku. Dengan memanfaatkan nama calon mertuaku, orang tuaku serta banyak kenalanku di kementrian tempatnya sekarang mengabdi, aku yakin dalam waktu kurang dari satu bulan, Jelitaku akan bisa bersamaku setiap harinya.

Namun Jelitaku bukanlah gadis yang memanfaatkan nama besar orangtuanya. Dan itu yang membuatku bangga setengah mati. Jadi ketika dia dengan halus menolak bantuanku, aku pun hanya bisa pasrah. Aku harus mulai mengatur strategi agar bisa bertemu dengannya setiap akhir pekan. Tak masalah berapa banyak uang yang aku keluarkan, asal bisa bersamanya sesering mungkin, nilai uang itu tak ada gunanya.

"Jadi berangkat besok?"

Setelah berhasil membuatnya tersipu malu, kini kami berdua duduk di meja makan. Dia melayaniku dengan sangat luwes. Masakannya sederhana, namun sangat lezat dan pas di lidahku.

"Jadi, Mas. Dianter sopirnya Papa"

"No!!aku yang antar"

"Tapi..."

"No Sweety. Selama kamu ada di sampingku, hanya aku yang boleh antar jemput kamu"

Jelitaku hanya mengangguk patuh. Aku hanya tidak ingin lelaki lain menyentuhnya. Dia milikku hanya milikku. Aku pandangi wajah cantiknya. Begitu mempesona meski penampilannya tak mencerminkan latar belakang keluarganya.

"Mas ga sabar pingin liat tempat tinggal kamu di sana?"

"Beneran Mas ga keberatan?. Disana ga kaya di Jawa lho, Mas."

JANJI SETIA UNTUK ARINIWhere stories live. Discover now