Semua Tak Sama Lagi

17.8K 2K 341
                                    

Masih ada yang bangun?? Tiba tiba iseng nulis ehh lumayan dapat satu part

Maafkan jika cerita ini terlalu sedih atau tak sesuai ekspektasi temen temen. Semoga masih ada yang suka

Happy Reading

Langit ibukota hari itu begitu cerah. Sinar matahari memancar begitu terik. Hembusan angin sepoi-sepoi menyapa dedaunan yang menari di siang itu. Namun cerahnya hari itu tak bisa mengusir mendung di wajah Damar. Pesawat yang membawa Damar terbang kembali ke Indonesia baru mendarat sekitar jam satu siang. Tak menunggu lebih lama lagi, Damar segera masuk ke dalam mobil penjemput untuk langsung menuju rumah sakit. 

Butuh waktu sekitar satu jam untuk Damar tiba di rumah sakit. Ingin sekali lelaki itu mengumpat para pengendara di jalan karena tidak memberikannya akses untuk melaju kencang. Ada rasa sesal dalam dirinya karena menolak tawaran untuk menggunakan pengawalan dari aparat keamanan

"Mas..."

Hera adalah orang pertama yang mengetahui keberadaan putra kandungnya. Di sana, sudah ada keluarga besar Arini dan juga Damar. Hera memeluk erat putra kandungnya itu. Air mata tiada henti keluar dari kedua netra tuanya.

"Istriku mana, Ma?"

"Di ruang operasi, Mas. Arini pendarahan hebat. Dia ngotot mau melahirkan normal sambil nunggu kamu datang. Dua kali induksi tapi tetap ga bisa sempurna. Ga lama setelah itu, dia pendarahan , Mas"

"Mantu Mama itu terus cari kamu, Mas. Dia panggil nama kamu"

Kedua kaki yang menopang tubuhnya, serasa tak memiliki daya lagi untuk berdiri kokoh. Damar seketika jatuh terduduk di lantai. Himawan dan Ratih pun menghampiri Damar yang terlihat sangat berduka. Ratih sendiri segera memeluk suami dari keponakannya itu.

"Maafkan Damar, Bude. Damar ga bisa jaga Jelita"

"Bukan salah kamu, Mas. Mas sudah buat keponakan Bude bahagia. Bude dan Mama kamu yang temani dia selama proses induksi. Sekarang kita berdoa semoga mereka berdua selamat ya"

"Damar bisa masuk kan Pa?"

"Ga bisa Mas. Kondisi istri kamu kritis. Jadi kami dilarang untuk mendampingi proses operasi"

Damar memilih berdiri di depan kamar operasi, menumpukkan kepalanya di dinding yang ada di samping pintu masuk ruangan di mana nyawa anak dan istrinya dipertaruhkan. Berkali kali ia mengusap kasar wajahnya yang kini basah oleh air mata. Suara isak tangis terus terdengar, kali ini berasal dari ibu mertuanya. 

"Kamu sudah ingkar untuk jaga putri kami.."

Suara Rakai kini nampak bergetar dengan kedua tangan yang masih memeluk erat Savitri. Berkali kali ia berusaha menahan buliran air mata karena harus menguatkan diri agar istrinya tidak terlampau terpukul

"Kamu dulu janji...untuk menjaga dia. Tidak menyakiti dia lagi....Tapi sekarang....dia harus meregang nyawa untuk melahirkan cucu kami"

Damar masih terduduk di tempatnya. Berkali kali ia menarik anakan rambutnya. Ingin sekali ia menyanggah tuduhan kejam mertuanya namun apa yang akan ia lakukan tak serta merta membantu istrinya melewati masa masa membahayakan.

"Kalau kamu memang tidak bisa jaga putri saya, dengan senang hati kami akan ambil dia dan cucu kami...."

"RAKAI"

Damar akhirnya mendongakkan wajahnya dan menegakkan tubuhnya. Sosok Ratih sudah berdiri di depan ayah mertuanya itu dengan tatapan menghunus tajam. Jari telunjuk kanannya sudah terulur tepat di depan Rakai yang sekali lagi harus beradu kata dengan kakak kandungnya.

JANJI SETIA UNTUK ARINIWhere stories live. Discover now