Ice Cream

86 24 5
                                    

Hari senin. Jika biasanya ini adalah hari yang dibenci oleh hampir semua murid, berbeda dengan Ace. Pemuda itu bahkan tak sabar menunggu hari ini. Semalaman ia nyaris tak tidur sangking senangnya. Mata sipitnya berkeliling meneliti pemandangan yang sudah lama dia impikan.

Akhirnya, setelah terkurung beberapa bulan di rumah sakit, dia bisa kembali ke sekolah. Atau lebih tepatnya, ini adalah hari pertamanya dia menjadi anak SMA.
"Itu siapa? Anak baru?"

"Aku nggak pernah liat dia sebelumnya."

Ace tersenyum singkat dan sedikit menunduk pada kumpulan siswi yang berbisik dan menatap ke arahnya. Ace masih belum kenal siapa pun, jadi, bisa saja siswi tadi adalah kakak kelasnya. Ada baiknya dia tetap bersikap sopan, bukan?

Tanpa dia ketahui, sikapnya itu justru semakin memancing rasa penasaran para siswi. Begitu juga dengan beberapa siswa yang berada di dekatnya. Sayang, seperti lelaki pada umumnya, Ace tidak peka.

"Kelasku di mana, ya?" bisiknya pada dirinya sendiri. Dia membaca setiap papan nama yang terpasang di atas ruangan.

Setelah melihat kalimat Kelas IPA X-1, Ace tersenyum simpul. Kakinya terhenti sejenak di depan pintu. Mengatur segala rencana untuk menyambut teman sekelasnya itu. Setelah yakin, tangannya terulur hendak memutar knop.

Namun, dia kalah cepat. Seseorang dari dalam sudah membukakan pintu.

"Oh? Cari siapa?" Gadis itu tersenyum lebar setelah sebelumnya terkejut. Senyuman yang membuat Ace tertegun. Harinya baru saja di mulai, tapi dia sudah menjumpai sosok bidadari di depan matanya.

Oke, sepertinya Ace terlalu berlebihan. Pemuda itu menggelengkan kepala mencoba mengambil alih kesadarannya kembali.

"Bukan, aku anak kelas sini."

Dahi gadis itu terlipat. Dia hendak menengok ke dalam kelas, tapi ucapan Ace membuatnya urung. "Di data presensi ada yang namanya Ace Cream, bukan? Nah, itu aku."

"Astaga! Kau yang namanya Ace?! Kudengar kau sakit selama ini. Sekarang kau sudah sembuh?"

Ace terkekeh dengan wajah kaget gadis di depannya itu. "Kalau aku masih sakit, mana mungkin aku di sini sekarang," katanya.
"Kau benar. Ya sudah, ayo aku kenalkan dengan yang lain!"

Ace tertegun sejenak sebelum tubuhnya diseret masuk oleh sang gadis. Gadis cantik itu dengan lihai meminta orang-orang yang awalnya berisik itu untuk mendengarkan ucapannya. Senyumnya mengembang sempurna saat memperkenalkan Ace di depan tanpa melepaskan genggaman tangan.

Semua orang sontak heboh. Mereka mengerubungi Ace dengan tatapan senang dan melemparkan banyak pertanyaan. Kerumunan itu semakin sesak dan tanpa Ace sadari, genggaman mereka sudah terlepas. Kerumunan itu berhasil di bubarkan karena sang guru sudah berdiri tepat di daun pintu.

Pelajaran pertama Ace sebagai murid SMA, dimulai.

***

"Selama ini kupikir kamu hantu, lho! Hahaha!"

"Nggak salah juga sih. Udah satu semester baru masuk, gimana nggak curiga coba? Mana info dari sekolah nggak jelas gitu. Kayak ditutup-tutupi. Ya udah, sekarang hantunya gentayangan kan."

Ace menimpuk kedua lelaki di depannya dengan buku tulisnya. Memasukkan kertas yang dia remas ke arah siswa bertubuh kekar yang masih mengangga karena tertawa. Sedangkan yang berkacamata hanya meringis tanpa dosa.

"Laknat bener dah. Aku gentayangin beneran baru tahu rasa!"

Dragon melempar kertas yang benar-benar masuk ke dalam mulutnya. Beruntung, teman sebangkunya berhasil menghindarinya. Meski dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

"Emang kamu sakit apaan, sih? Kok sampai lama banget dirawat. Katanya dari liburan kelulusan? Kita-kita juga dilarang jenguk. Aneh banget," cerocos Mike, siswa yang mendapat predikat culun yang cerewet oleh Ace. Rasa penasarannya sudah melebihi tinggi monas.

Ace memutar bola matanya. "Nggak penting. Aku udah sehat kok. Kalian tenang aja. Lagian aku udah muak sama rumah sakit. Jangan sampai aku masuk ke sana lagi," cebiknya.

Dragon dan Mike bertukar pandang. Namun, mereka tak bisa memaksa. Lebih baik mengganti topik untuk mengisi jam kosong ini.

"Nih, sini. Aku kenalin sama cewek aja mau nggak? Kamu maunya yang gimana? Galak tapi malu-malu? Muka biasa tapi hati malaikat? Apa bar-bar kek setan?" tawar Dragon menyapu pandangan ke arah kelasnya. Tempat duduk mereka yang di pojok belakang memudahnya memandangi kelas bercat putih tersebut.

"Cewek sini mana dia lirik, Dra. Lebih cantik suster-suster rumah sakit. Ya nggak?"

"Anjir. Bener juga."

Keduanya lantas tertawa. Sedangkan Ace hanya tersenyum datar. Mata sipitnya berhasil menangkap sosok gadis yang sedang lewat. Tersenyum ramah padanya-- ah bukan, pada mereka bertiga pastinya.

"Eh, eh, itu siapa sih?" tanya Ace setengah berbisik.

"Lah. Ketua kelasmu loh, masa nggak kenal?" Dragon menatapnya tak percaya.

"Nggak sempet kenalan, Dra. Keburu dirubung orang tadi."

Ketiganya lalu kompak menatap gadis yang menguncir rambutnya yang masih menutupi punggungnya itu. Terlihat tertawa bersama teman perempuannya. Wajahnya ayu dan ramah pada siapa saja.

"Namanya Nafa Chocochips. Termasuk ke dalam keluarga kaya di sekolah ini. Cantik, sifatnya baik, pinter lagi. Udahlah, terlalu sempurna dia mah. Kayaknya dia bukan orang deh. Tapi, kalau tertarik, mending mundur deh. Dia dilarang pacaran sama orang tuanya. Toh, mau fokus sekolah, katanya," jelas Dragon mengangkat tangannya seolah menyerah.

Mike mencebik. "Fokus sekolah apaan dah. Ujian seratus terus. Nggak ada olahraga yang dia nggak bisa. Aktif organisasi. Ada ya manusia kayak dia? Ngambis amat."

"Iri bilang, Bos," sindir Dragon yang berujung berdebatan.

Ace terdiam. Meskipun kedua temannya itu benar, masalah hati tak bisa terhindarkan. Setidaknya, Ace berjuang. Perkara hasil itu belakangan. Prinsip hidup yang mudah, bukan?

Pemuda berambut hitam ikal itu tersenyum miring. Otaknya baru saja menyusun rencana sempurna untuk mendekati gadis 'sempurna'. Bel istirahat berbunyi, saatnya mengisi perut sebelum beraksi.

Ace menegakkan punggung. Mengajak teman barunya itu menuju kantin yang belum dia ketahui tempatnya.

"Lho? Bukannya kamu tadi dipanggil ke ruang guru?" tanya Mike bingung.
Ace ikut mengernyit.

Mike berdiri. "Kan kamu udah lama nggak masuk. Disuruh laporan atau apa gitu. Masa lupa sih? Nggak tahu tempatnya? Yuk, kuantar."

Dragon ikut berdiri dan berjalan sejajar dengan Mike. Keduanya berjalan terlebih dahulu. Ace baru ingat tentang perkataan wali kelas di jam pertama tadi. Sial, rencananya harus dimundur lain waktu.

"Tungguin, woe!"

**

Btw ini nggak sempet aku revisi. Tulisan pertama dan yah, gitu deh.

Siap untuk makanan selanjutnya?

I Want To Stop Being Nafa [END MASIH KOMPLIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang