Rousquilles

17 4 0
                                    

Dessert dari Prancis nih!
Ada yang udah coba?

***

"Yang paling penting adalah kau tetap menjadi dirimu sendiri."

Jari ramping tanpa cat kuku itu terangkat ke atas. Menggapai ikatan rambut yang menyangga helaian hitam selama seharian. Memberikan kebebasan pada rambut untuk menari-nari.

Tatapan gadis itu lurus ke arah cermin. Dia cantik, orang lain mengakuinya, dan dia sendiri pula. Namun, senyuman tak pernah terukir ketika dia mengaca pada dirinya sendiri. Hanya ada ratapan sendu bercampur kegundahan yang tak kunjung rampung. Tubuhnya diam, tapi batinnya terombang-ambing dalam lautan pikiran.

"Yang paling penting adalah kau tetap menjadi dirimu sendiri."

Lagi, perkataan pemuda yang mencari pacarnya beberapa minggu yang lalu terputar dalam benaknya. Senyum manis yang biasa dia nikmati terasa hambar kala itu.

Tangan Nafa menyentuh kaca. Mengusap bayangan dirinya dengan penuh tanda tanya.

"Memangnya, siapa aku? Aku bahkan bukan Nafa."

Ace memintanya untuk tetap menjadi dirinya sendiri. Namun, Ace tak tahu, jika gadis itu bahkan belum mengetahui siapa dirinya. Terlampau banyak topeng yang dia gunakan, hingga lupa dengan topeng aslinya.

Atau mungkin, memang sejatinya begitulah identitas seorang Nafa?

Ting!

Usai membersihkan diri, perhatian Nafa teralihkan. Menggeser layar ponsel putihnya, gadis itu mendapati banyak pesan. Sebagian besar dari teman-temannya yang meminta bantuan. Membalas pesan itu singkat, atensi Nafa kembali tertuju pada salah satu pesan yang sempat dia abaikan.

Lapor! Ace yang manis sudah sampai di rumah:) Tapi, es krimnya terasa hambar karena tak mendapati perasa cokelat yang tak memberi kabar:(

Nafa terkekeh sejenak melihat pesan menyindir itu. Sebelum dia mengetik, sebuah pesan kembali muncul. Sebuah pesan yang membuatnya tersadar akan hubungan mereka selama ini. Nafa terlalu terlena hingga nyaris lupa dengan tujuan utamanya.

Sabtu ada waktu, Naf? Kencan yuk!

***

Baju pramuka, pakaian serba cokelat yang khas dipakai di hari jumat. Hari yang cukup membuat siswa jengkel karena ada kegiatan wajib pramuka. Terlebih, seragam pramuka hanya dipakai sekali dalam satu minggu. Sungguh tanggung. Pagi hari selalu diawali dengan drama hilangnya kaos kaki hitam yang terselip entah ke mana. Atau setangan leher yang berganti ring berwarna kuning tanda status di pramuka menjadi penegak.

Namun, tidak untuk Lily. Bukan hanya karena dia sudah kelas tiga -yang terbebas dari kegiatan wajib pramuka--, tapi karena paginya harus diawali dengan jadwal bertemu dengan petinggi sekolah. Guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, kepala sekolah.

"Lilyana, kau paham kenapa bapak panggil, bukan?"

Gadis dengan gaya rambut invisible layer yang panjangnya hingga ke punggung itu mengangguk. Bibir mungilnya kembali bersua dan menerangkan beberapa poin penting di pagi itu.

Termasuk perihal Linda.

"Nak Lily, kau tahu sekolah tak bisa memberhentikan guru semudah itu. Ditambah, bukti-bukti masihlah kurang," terang sang kepsek setelah memijat keningnya. Sudah biasa menerima permintaan aneh dari ketos itu, tapi sepertinya ini yang paling aneh.

Memberhentikan bahkan mengeluarkannya? Memangnya sekolah itu organisasi asal-asalan?

"Ck."

"Kau tak sedang berdecak di depan gurumu, kan?" tanya sang kepsek yang jelas mendengar suara yang keluar dari mulut Lily.
Lily hanya memajukan bibir sambil mengalihkan pandangan. Berpura-pura polos.

I Want To Stop Being Nafa [END MASIH KOMPLIT]Where stories live. Discover now