Mochi

12 4 0
                                    

"Mike! Lu dapet berapa?" tanya Dragon menahan senyum di wajahnya.

Pemuda berkacamata itu menatapnya malas. "Yang pasti lebih besar daripada punyamu."

"Yakin?"

Lirikan mata yang malas itu berubah menjadi tatapan yang melotot. Mike sampai melepas kacamata bulatnya karena tak percaya dengan apa yang dia lihat. Tak cukup sampai di situ, dia juga merampas selembar kertas itu lantas menelitinya lebih lanjut.

"I-ini pasti bohong!" elaknya pada kenyataan.

Dragon akhirnya melebarkan senyum sombongnya. "Halah! Iri aja kau kan? Nggak percaya kalau si Naga Bonar ini dapet seratus? Muhaha!" tawanya sambil membusungkan dada.

Mike menggeram. Dilemparnya asal kertas itu dan terus menggerutu, "Hilih! Ini pasti Bu Linda ngelantur. Jawaban ngawur gitu masa dapet seratus?"

Dragon tak acuh. Dia tetap tertawa dan membanggakan diri.

"Si Es Krim ke mana? Gue mau pamer," katanya mencari sosok pemuda yang tidak ada dalam jangkauan pandangannya. Mike yang ikut mencari menunjuk ke arah pintu.

"Anjir! Malah ngebucin di depan kelas. Maksudnya apa coba?"

"Tunggu, Dra," cegah Mike sebelum Dragon meledak, "Lihat itu, Nafa menangis."

Bukan hanya Dragon, beberapa penghuni kelas yang awalnya fokus pada nilai di lembar ulangan mereka ikut terkejut. Mereka berbondong-bondong mendekati pasangan yang masih berpelukan itu.

"Nafa kenapa?"

"Ada apa?"

Gadis dalam dekapan itu akhirnya tersadar. Dengan cepat, dia melepaskan diri dan mencoba menghalau air matanya. Memaksakan senyum, Nafa berkata, "Oh? Nggak! Aku nggak apa-apa. Aku kelilipan tadi."

Akibat sapuan tangan yang kasar, selembar kertas di genggamannya terlepas. Hal itu menarik perhatian yang lain dan memungutnya. Ikut melebarkan mata, persis ketika Nafa mendapati kertas itu untuk pertama kalinya.

"Nafa yang biasanya juara, dapat nilai nol?" Desus pertama.

"Eh, anjir. Jawaban ini bener weh!" Desus kedua dan di susul yang lainnya. Mereka saling membandingkan jawaban di kertas mereka dan menemukan fakta yang mencengangkan.

Mike yang terakhir memegang kertas itu mengernyit heran. "Ini jawabannya bener semua kenapa malah nol nilainya?"

Ace berdecak. "Kenapa lagi? Ini udah si bule gadungan itulah! Ngeselin banget!"

“Bu Melinda? Emang sih, akhir-akhir ini beliau kayak punya dendam sama Nafa.” Seorang siswa menanggapinya.

“Oh, kemarin dia ditanyain habis-habisan, kan? Untung pinter. Coba aku yang ditanyain, pasti nggak bisa jawab,” tangis seorang siswi mengingat kapasitas kepalanya yang tak seberapa.

Mike ikut memangku dagu, “Emang lagi aneh sih. Kayaknya nilai Nafa sama Dragon dituker deh. Soalnya nggak mungkin si Naga Bonar itu dapet seratus. Bahkan keberuntungan aja nggak pernah.”

Tak lama, Mike mengaduh karena pukulan tak terima dari Dragon.

Beberapa diantara mereka terkekeh. Namun, saat kembali melihat raut wajah Nafa yang merenung, tawa itu memudar. Melihat keheningan yang dia ciptakan, Nafa langsung mendongak kepala dan merebut kembali kertas miliknya.

“Ah, pasti perasaan kalian aja. Mungkin emang akunya yang kurang belajar,” katanya dengan senyum yang dipaksakan. Sebuah garis yang tentu saja tak Ace suka. Diambilnya paksa kertas ulangan milik Nafa dan menatap sang pacar dengan geram. Sudah sejauh ini, kenapa sang gadis tetap saja tak marah?

I Want To Stop Being Nafa [END MASIH KOMPLIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin