Epilog

19.1K 516 3
                                    

Assalamualaikum, disitu ada prolog berarti disini ada epilog kan?,... selamat membaca...

jangan lupa vote coment ya...

*  *  *

Rintikan hujan menyapa pemakaman umum yang dipadati oleh orang-orang yang akan menguburkan sebuah jenazah, disana seorang perempuan menatap tubuh yang dibungkus kain kafan putih dengan tangis histerisnya. Disebelahnya seorang perempuan berusaha menenangkan tangisan histeris dari perempuan itu dengan memeluknya memberikan sebuah ketenangan kala perlahan-lahan tubuh kaku dan tak bernyawa itu diletakkan ditempat peristirahatan terakhirnya.

Tangisan perempuan itu semakin histeris ketika beberapa orang menutup lubang itu menggunakan papan-papan yang telah disiapkan, kemudian menutupnya dengan hamparan tanah hingga membentuk sebuah gundukan. Tak lupa sebuah batu nisan yang terpajang dipinggirnya.

"Kak kenapa lo pergi, sekarang siapa yang bakalan ngejaga gue." Perempuan yang sedari tadi menangis histeris itu adalah Meysa, ia menatap nanar sebuah gundukan yang tertera nama Fando Kurniawan. Ya yang meninggal adalah Fando, polisi yang memang mengikuti Aby menuju restoran tak sengaja menembak organ vital Fando hingga mengakibatkan kematiannya. Nafasnya berembus terakhir kali disebuah rumah sakit setelah dokter mengatakan bahwa tak ada yang sanggup untuk mengobati lukanya yang sangat serius dan parah.

Asa menepuk bahu Meysa mencoba memberikan ketenangan kepada Meysa, sedangkan Aby hanya menatap kedua perempuan itu kemudian ia menatap gundukan dan nisan Fando. Aby menghela nafas, ia tak menyangkan bahwa laki-laki itu akan meninggal. Ia memang tak menyukai laki-laki itu namun ia tak sejahat itu untuk berbahagia atas kematiannya.

Semoga Allah menerima amal ibadahnya.

Ia hanya bisa berdoa semoga Allah dapat mengampuni seluruh dosa yang telah Fando lakukan semasa hidupnya, ia tak akan menyimpan dendam terhadap seseorang yang telah tiada. Sebelum laki-laki itu meminta maaf ia sudah memaafkannya terlebih dahulu.

"Tenangin diri lo Meysa, dia udah tenang di alam sana. Lo harus sabar, ikhlasin kepergiannya." Meysa menyeka air matanya lalu menatap Aby dan Asa tajam.

"Semua ini karena lo berdua, gue gak akan pernah maafin kalian. Gue akan buat perhitungan sama kalian, lihat aja nanti." Setelah mengatakan itu semua Meysa meninggalkan Aby dan Asa yang terpaku melihat punggung Meysa yang kian menjauh.

Asa menghela nafasnya, ia menatap Aby yang juga tengah menatapnya.

"Semua ini salah aku, hiks, hiks, hiks." Aby langsung membawa Asa kedalam pelukannya.

"Semua bukan salah kamu, ini semua takdir dari Allah."

"Coba aja Fando gak kenal aku, dia pasti masih hidup."

"Udah semua bukan salah kamu, lebih baik kita pulang. Gak baik berlama-lama dipemakaman." Aby menggiring Asa, memeluk bahunya mengajak Asa menuju mobilnya yang terparkir.

Ia mengemudikan mobilnya menuju apartemen mereka, sesekali ia melihat Asa yang sekarang tertidur sambil menyender dibahunya. Sepertinya istrinya sangat kelelahan, ia mengusap kepala Asa yang selalu tertutup hijab lalu kembali fokus kepada jalanan.

*  *  *

Aby menggendong Asa menuju kamar, ia meletakkan Asa dengan hati-hati diatas kasur mereka. Dipandanginya wajah kelelahan sang istri, dielusnya lembut kepala Asa dengan sayang.

"Maaf selama ini aku gak tau apa-apa, Maaf selama ini hanya kamu yang ngerasain semua beban seberat ini sedangkan aku kayak orang bodoh yang gak tau apa-apa." Aby menghela nafasnya lalu berjalan menuju dapur, kali ini ia akan memasak untuk istrinya itu.

Imamku BerondongWhere stories live. Discover now