Bab 27 | Mulai Menerima

16.9K 633 5
                                    

Assalamualaikum semua, selamat malam. Maaf ya beberapa hari ini author gak bisa update, soalnya waktu hari raya ke-2 author terkena demam, kepalanya pusing banget terus badan lemes. Jangankan buat update, megang handphone aja author enggak sama sekali. Jadi Maaf ya....

Pada kangen sama siapa kaliaan??

Aby dan Asa?

Fahri dan Anan?

Iza, Fara dan Aya?

Meysa?

atau

Author??;)

* * *

'yang aku perlukan bukan maaf darimu, namun kamu yang bisa menerima nafkah dariku.'

Aby...

* * *


Asa menatap Aby yang sedang serius menyetir, setelah tadi ia dan Aby mencicipi makanan yang katanya menu baru di restoran Aby dan laki-laki itu telah menyelesaikan sedikit pekerjaannya, Asa mengajak Aby pulang karena ia lupa ternyata ada tugas kuliah yang belum ia selesaikan. Asa mulai membuka suaranya, ia penasaran bagaimana bisa Aby yang masih belum memasuki awal dua puluh sudah bisa mendirikan sebuah restoran yang cukup terkenal, meskipun ia tak pernah mampir namun ia sesekali sering melihat dan teman-temannya pun terkadang membicarakan restoran milik Aby.

"Aby, kamu kok bisa bangun restoran sebesar itu, aku gak nyangka loh." Aby tertawa, ia melirik Asa sekilas lalu kembali memfokuskan pandangannya ke jalanan.

"gak nyangka gimana?." tanyanya tanpa menatap Asa.

"umur kamu kan baru eem mungkin 19 tahun tapi kamu kok udah bisa mengelola restoran itu hingga terkenal."

"gak ada yang gak mungkin sayang." Aby mencubit hidung Asa gemas membuat si empunya mendengus sebal.

"ya ceritain geh awal mulanya kamu bangun restoran itu." Asa bersedekap dada seraya memandang Aby kesal, yang dipandang hanya menggelengkan kepalanya pelan. Heran melihat tingkah kekanakkan istrinya yang usianya lebih tua dari dirinya.

"baik nyonya Aby yang terhormat." Asa mencubit lengan Aby.

Aby meringis seraya tertawa. "oke-oke, aku bangun restoran itu waktu aku masih SMA. Dulu waktu kelulusan SMP, Mama sama Papa nanya aku minta apa buat hadiah kelulusan. Nah aku pikir panjang masa depan aku, jadinya aku minta Papa ngebangunin restoran dengan syarat ketika dapat penghasilan lebih dari restoran uangnya aku tabung buat ganti modal usaha yang Papa keluarin buat bangun restoran. Intinya sih aku pinjem modal dari Papa, tapi sekarang alhamdulillah utang aku udah lunas."

"terus beberapa restoran cabang yang lain, kamu minjem lagi modal dari Papa?."

"ya enggaklah sayang, aku buka cabang restoran itu murni dari hasil penghasilan restoran aku setelah bayar lunas utang aku ke Papa."

Asa menggelengkan kepalanya seraya bertepuk tangan kagum terhadap pencapaian Aby yang tergolong sangat banyak, ia saja masih bergantung kepada orang tua tetapi suami berondongnya ini yang ia selalu berburuk sangka bahwa laki-laki ini selalu merepotkan orangtua nya malah sebaliknya.

Imamku BerondongWhere stories live. Discover now