#40 BERKAT SEBUAH IDE

56 16 3
                                    

Shi Kyung masih berdiri di tempatnya sejak kepergian Ji Yeon. Semuanya terjadi begitu cepat sekali. Rasanya baru saja kemarin mereka berkencan dan hari ini ia mendapatkan tamparan keras bahwa hubungannya harus berakhir dengan cara yang menyakitkan, lagi.

Shi Kyung tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Bahkan, jika ia mengejar Ji Yeon, itu sepertinya tak bisa mrngubah apa-apa lagi. Rasanya ia menjadi pecundang. Tidak! Rasanya ia menjadi pria terbrengsek yang pernah ada didunia ini untuk Ji Yeon. Ia tak pernah melihat Ji Yeon terluka seperti itu, tak pernah.

Ingin rasanya ia mengambil luka itu dari Ji Yeon. Ingin rasanya ia mengambil beban agar Ji Yeon tak terluka lagi. Ia tak ingin lagi gadis itu terluka. Sudah banyak hal yang membuatnya terluka dan yang paling membuatnya sakit orang itu adalah dirinya sendiri.

Semua ucapan Ji Yeon memang benar adanya. Jika saja dia memikirkan juga bagaimana perasaan Ji Yeon... Jika saja dia tak terus-terusan meminta waktu... Jika saja dia lebih peka dengan keadaan, mungkin akan ada yang berubah walau itu hanya sedikit. Ini semua salahnya! Ini semua.... Semuanya benar-benar seperti mengkritik Shi Kyung dan menyadarkan apa kesalahan yang ia lakukan pada Ji Yeon. Ia terlalu lama berpikir! Ia terlalu lama memilah, apakah ia mencintai Ji Yeon atau kah masih mencintai Kim Bom.

Bahkan terakhir kali pun sebelum Ji Yeon berada di rumah sakit, ia masih meminta waktu pada Ji Yeon untuk menunggunya. Betapa jahatnya dia. Seharusnya ia lebih berani dan mengatakan pada Ji Yeon kalau masa lalu hanya lah masa lalu, tidak akan ada yang berubah dengan itu. Hatinya sepenuhnya sudah di penuhi oleh gadis itu Ahn Ji Yeon.

Tapi, seberapa keras pun Shi Kyung menyalahkan dirinya akan semua itu, ia masih tak sanggup membayangkan bagaimana kesakitan yang dialami oleh Ji Yeon.

Ini tidak sebanding dengan apa yang ia rasakan. Bahkan, sekarang pun ia masih mencemaskan gadis itu.

*****

Hye Ri masih sesekali melamun atas perpisahannya dengan Jae Han dan tak luput juga air matanya terus jatuh bebas setiap kali ia mengingatnya. Ia sebenarnya tak merelakannya tapi entah kenapa ia juga tidak bisa menggenggam Jae Han terus-terusan.

Suasana cafe hari ini cukup sunyi. Sejak tadi, baru terhitung lima orang pengunjung termasuk dia. Ini terkadang membuatnya larut dalam lamunannya.

Sekali lagi, Hye Ri menyesap kopi panasnya. Ia memejamkan matanya menikmati hangatnya kopi dan sensasi agak pahit dari kopi seduhnya. Hye Ri menyukai kopi seduh seperti ini. Namun, saat ia membuka matanya keluar dari sensasi itu, di depannya kini tengah ada Shi Kyung yang menatapnya entah tatapan yang sulit Hye Ri artikan. Entah itu marah, sedih, kecewa, atau pun lainnyam Hye Ri tak mengerti dengan itu. Tapi satu hal yang bisa Hye Ri pastikan adalah maksud kedatangan Shi Kyung disini yang tanpa di undang.

Mimik wajah Hye Ri perlahan menjadi dingin, namun sebisa dan semanis mungkin ia menarik perlahan sudut bibirnya ke atas memhuat suatu lengkungan disana.

"Eoh! Bernard-ah... Apa yang membawamu kemari? Bagaimana kau tahu aku disini?" Hye Ri benar-benar tampak seperti menyambutnya dengan baik.

"Kurasa aku tidak perlu menjelaskannya, bukan?" Tepis ShinKyung dengan dingin.

"Duduklah... Pembicaraan kita akan sedikit panjang. Aku akan memesan satu untukmu."

Shi Kyung duduk bukan berarti ia melakukannya hanya karena mendengar permintaan Hye Ri yang terdengar seperti memerintahkan, tapi ia menyetujui dengan apa yang di katakannya. Mungkin ini akan memerlukan waktu sedikit lebih lama.

Hye Ri memanggil seorang wanita sebagai salah satu pekerja disana. Ia kemudian memberitahukan pada pelayan itu membawakan minuman untuk Shi Kyung juga.

ANDANTE 2Where stories live. Discover now