32. Meninggalkan.

109 11 3
                                    

Ika mengintip dari jendela kamarnya. Masih terlihat jelas Raon berdiri di tempatnya semula, tersenyum. Memasuki mobilnya. Menghilang dari pandangan Ika.

"Sekali lagi tuhan hanya mempertemukan tanpa menyatukan, dan aku harap kamu yang terakhir setelah dia." Air mata Ika yang menggenang telah meluncur begitu saja.

Ika mengeluarkan Ponselnya, mengetik pesan untuk di kirimkan kepada nomor Raon yang telah mati.

"Jalan terbaik? Mungkin terbaik untukmu tapi tidak untuk ku. Kamu pergi dengan cara manis. Tetapi bagiku kamu tetap sama, datang seperti pejuang pergi seperti lelaki terpayah."



🌸🌸🌸


Raon menepikan mobilnya di jalan dekat taman.

"Maafin Aku, Kaa. Itu adalah pertemuan terakhir kita. Pelukan terkhir kita, Aku akan pergi untuk selamanya dalam hidup kamu. Aku tau kamu kehilangan, kehilangan teman. Aku gak bisa terus sama kamu dalam hujud pertemanan, Aku nggak bisa terus bertahan di samping kamu saat kamu udah dimiliki sama yang lain. Sekeras apapun aku perjuangin kamu, pada kenyataanya kamu bukan untuk aku miliki." Raon menatap foto Ika yang terletak di mobil.

"Percayalah, Kaa. Di sini aku juga terluka. Tuhan akan mempertemukan kita lagi suatu saat bila kita memang diizinkan untuk bertemu."



🌸🌸🌸



Ika memasuki kelas dengan keadaan murung, semuanya pergi meninggalkan Ika secara berlahan membuat Ika merasakan sesak setiap mengingat sisa-sisa kebahagiaanya dulu.

"Woy! Murung mulu, kenapa?" Lia datang secara tiba-tiba, merangkul pundak Ika.

"Biasa Ika nggak ngopi." Balas asal Sella.

"Sok tau Lo." Angel melepar tissu bekas ke arah Sella.

Sella memungut kembali tissu bekas itu, di lemparkan kembali ke Angel.

"Udah, udah, kalian jangan Ribut. Ika murung karena mikirin gue, yah Nggak. kaa?" Ujar Leo teman sekelas Ika.

Ika sama sekali tak menghiraukan ucapan teman-temannya.

"Wah, wah, Kaa. Jangan mau mikirin dia, dia itu cowok jadi-jadian." Rindu ikut menyelah.

"Iya, Kaa. Janganlah, cowok banyak kali, kenapa mau mikirin ujung kutil kayak dia." Seru Sella.

Menghela napas panjang, ia mulai jengah mendengar pertengkaran tak bermanfaat itu.

"Ika, Lo mau ke mana?" Tanya Lia saat melihat Ika berbalik, kembali ke arah pintu keluar kelas.

Ika tak mendengarkan panggilan di belakangnya, terus melangkah menuju pintu ke luar.


🌸🌸🌸


Ika menghela napas saat melewati Ruang kepala sekolah. Seperti hari-hari kemarin Ika tak juga melihat Raon, Kini Raon menghilang seperti di telan bumi.

Ika terus Menyangkal bahwa Kejadian tiga minggu yang lalu adalah pelukan terakhir. Ika tak ingin semua Itu terjadi, Ika selalu berpikir bahwa Raon sedang sibuk.

Hanya Itu yang membuat hatinya terasa sedikit terhibur. Ia sengaja tak bercerita kepada teman-temanya, Ika ingin menyelesaikan semuanya sendiri.

Dan seperti hari-hari kemarin Ika selalu berangkat paling awal. Memutuskan untuk duduk di perpustakaan sekolah. Perpustakaan tempat yang paling tepat untuk menenangkan pikiran, karena perpustakaan adalah satu-satunya tempat yang paling sepi.

Ika duduk di meja perpustakaan, di meja itu terlihat sebua inisial MS. Menghela napas, kini Martin sudah ia anggap sahabat yang pernah membuat kenangan bersama walau dulu Martin adalah lelaki yang selalu Ika perjuangkan hingga Ika lelah.

Ika merogoh saku kemeja Putihnya, mengambil ponsel, mencari kontak seseorang yang ada di benda pipih itu. Setelah menemukanya, Ika menuliskan pesan Kepada nomor Raon yang telah mati.

"Di sini aku masih bisa merasakan kehadiranmu. apapun yang terjadi aku harap kamu selalu mengingatku sebagai seseorang yang pernah ada dalam hidup kamu. Aku ingin mengucapkan terimakasih, tapi aku takut, kata terimakasih pernah aku ucapakan untuk dia. Namun, kata itu menjadi kata perpisahan, aku gak mau kata itu menjadi kata perpisahan untuk kita. Jika memang kamu ingin pergi aku mohon ucapkan 'Sampai bertemu lagi'  aku gak mau mendengar kata 'Selamat tinggal' dan jika memang kamu ingin pergi yakinkan aku bahwa kamu akan kembali. Kamu boleh berbohong saat meyakinkan aku, setidaknya aku bisa bahagia sesaat ketika mendengar kebohongan itu."

Ika mengirim pesan itu, dengan air mata yang menyeluruh Ika menggenggam erat ponselnya. Ia akan bertekad setelah kali ini Ika tak ingin mengenal cinta yang selalu menyakitkan baginya.


🌸🌸🌸


"Lo beneran mau pindah kuliah?" Tanya Tio ---Teman Raon.

"Sumpah yah, lo udah nanya ini hampir seribu kali. Pusing gue." 

"Boong lu, boong. Gue emang nanya ini terus tapi nggak seribu kali, wah lo. Pantes aja tu gebetan lo milih matan dari pada lo yang suka bohong."

Mendengar ucapan Tio, Raon kembali teringat dengan Ika. Gadis yang mampu membuat Jantungnya menggila, gadis yang selalu menyita segala fokusnya, bahkan mata Ika selalu jadi objek yang sangat Raon sukai.

"Sorry bro, gue nggak maksud." Sesal Tio.

"Santai aja. Sebentar lagi gue bakalan jauh dari dia."

"Kenapa nggak lo tunggu aja sih? katanya lo cinta." 

"Gue nggak yakin mereka pisah lagi, karena yang gue tau Ika sayang banget sama dia dan gue cuma orang baru, nggak sepadan sama dia yang selalu bersama Ika dari dulu." Raon menatap kopi yang mulai dingin di hadapannya.

"Gue harap keputusan lo buat pergi ninggalin dia sama mantannya adalah keputusan terbaik."

"Gue harap juga gitu karena cuma ini jalan satu-satunya."

Sekarang pikiranya kembali ke Ika, meski berat hati untuk Raon meninggalkan gadis itu, Raon akan berusaha.

🌸🌸🌸

Dua chapter lagi ceritanya bakalan tamat 😘


The Secret Behind A Smile {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang