22. Penyesalan Martin.

143 25 10
                                    

Raon menyelusuri koridor rumah sakit menuju parkiran, ia memutuskan untuk menunggu Ika di parkiran. jujur Raon seperti dihempaskan di jurang yang sangat dalam, saat melihat orang tua Martin menceritakan saat Martin bersama Ika.

Raon sangat ingin berhenti lalu melupakan, karena lelaki ini yakin dirinya tak akan bisa menggantikan dia di hati Ika, Raon yakin itu, ia tau Martin telah menyakiti Ika. Namun, Selama gadis itu belum mengenal dirinya, bahagia gadis itu bersama Martin.

Di lubuk hati Raon yang terdalam, Raon tak ingin meninggalkan Ika, gadis yang telah membuat Harinya lebih berwarna, Ikalah yang menulis cerita-cerita indah di lembaran hidupnya yang kosong.

Raon telah terbiasa mendengar ocehan Ika, cerewet Ika, marah Ika, bawel Ika. Raon tak ingin ada rindu yang tak bisa tersembuhkan, ia masih ingin menemani Ika membaca novel, menemani Ika saat cengeng dan menangis, Raon masih ingin memarahi Ika karena kecerobohan gadis itu.

"Gue bakalan terus memperjuangkan kamu, Ka. Meski gue harus ngadepin semuanya,"

"Gue masih ingin terus sama lo, gue masih ingin jagain lo, gue akan terus berjuang." Sambung Raon.

🌸🌸🌸



Ika masih terus berbincang dengan Marta, Abraham dan Martin. jujur ia ingin pulang dan melepas penat ke atas kasur kesayangannya, tapi Ika tidak enak dengan kedua orang tua Martin, mereka sangat bahagia saat ini.

"Ika, kamu jagain Martin dulu yah, mama sama papa mau beliin makanan sama buah-buahan, tadi pak Rendra beliin buahnya banyak tapi nggak ada buah apel, kamu taukan Martin suka banget sama buah apel."

Ika mengangguk, Ia tau itu. Dulu Martin pernah meminta Ika untuk mengupas buah apel sampai jarinya terluka, Ika masih ingat bagaimana Martin terus mengecup jarinya yang mengeluarkan darah.

Kedua orang tua Martin telah keluar dan meninggalkan Martin bersama Ika, sekarang hanya ada hening yang bergeming, kecanggungan.

Ika ingin menangis saat ini, gadis ini  merasa seperti dua orang yang baru kenal, hanya ada kecanggungan di antara mereka. Dulu, mereka selalu tertawa tanpa rasa canggung bagaikan urat malu mereka telah putus saat dihadapkan berdua.

"Kaa?" Panggil Martin.

Merasa di panggil pun menoleh, Ia merindukan panggilan Martin. Namun, sekarang semua berbeda, saat rasa rindu memuncak kepada lelaki itu, ada rasa seperti mengkhianati seseorang selalu datang, separuh dari hati Ika telah dikuasai Raon. ada separuh hati yang harus Ika jaga dan separuh hati lain yang merindukan.

Tubuh Ika menenggang saat tangan yang selalu menggenggamnya selama tiga tahun ini menggenggam tanganya dengan erat, bagian hati yang merindu terasa damai dan hangat. Namun sebagian lain menggrutu dengan hebat.

Ika langsung menarik tangannya menjauhi tangan Martin, ia tak ingin melukai Raon, Raon tak pernah mengatakan mencintainya. Namun, Ika merasa seperti mengecewakan Raon saat Ia bersama Martin.

Martin tersenyum simpul, Ika melihat senyum Martin disela-sela lemahnya, hingga tibalah di mana mata Ika dan Martin bertubrukan, mata Martin dan Ika Seolah-olah saling bertanya.

"Dulu kita deket banget, sem--"

"Hingga akhirnya kamu kasih jarak buat kita." Celetuk Ika cepat, Ika menutup mulutnya, menggrutu atas ucapanya secara refleks tanpa pikir panjang.

The Secret Behind A Smile {COMPLETE}Where stories live. Discover now