12.Tatapan dan Senyuman.

146 50 20
                                    

Raon memberhentikan mobilnya di depan sebuah tokoh buku yang cukup terkenal di Jakarta.

"Ngapain ke sini?!" tanya Ika ketus.

Raon menoleh Ika, tersenyum kecil sebelum berkata. "Aku mau beli sesuatu, kamu tunggu di sini bentar ya." Ika diam tak menjawab bahkan tak menoleh Raon, kekesalannya belum berkurang bahkan secuil pun.

Tanpa berkata apa-apa Raon turun meninggalkan Ika di dalam mobil dan masuk ke toko Buku itu. Setelah masuk ke toko buku Raon terus melihat satu persatu buku yang berbaris rapi di rak.

Raon pernah tak sengaja mendengar Ika berbicara dengan temannya saat di sekolah bahwa gadis bermata coklat madu itu sedang mengincar sebuah novel yang di baca temanya, Raon tak tau apa judul novel itu. Tapi Raon tau gambar covernya.

Dengan bermodalkan ingat gambar covernya Raon terus mencari novel tersebut, hingga iris hitam pekatnya menangkap apa yang sedang ia cari. "Akhirnya dapet juga." Raon mengambil novel tersebut lalu membayarnya di kasir

Sedangkan disisi lain Ika sedang mengrutu, rasa kesalnya semakin bertambah kala Raon tak berniat untuk keluar dari tako buku itu. Hingga beberapa menit kemudia Ika dapat melihat lelaki jangkung berkaos hitam menuju kearahnya dengan sebuah paperbag di tangannya.

"Maaf ya lama," ucap Raon saat ia telah duduk di kursi kemudi.

Masih tak ada jawaban dari Ika, ia setia memanyunkan bibirnya. Raon tersenyum kecil lalu menyerahkan paperbag yang ia bawa ke arah Ika.

"Apa?" Tanya Ika tanpa menoleh Raon.

"Liat aja."

Ika membuka paperbag tersebut, dan tanpa bisa ia tahan senyum di bibirnya terus mengembang saat tau di dalamnya adalah novel yang tengah ia incar. Tanpa Ika ketahui lelaki jangkung di sampingnya tengah tertegun, untuk pertama kalinya Raon dapat melihat senyum tulus Ika tanpa menyembunyikan sesuatu di baliknya.

Ika menoleh kearah Raon, Raon masih setiap menatap Ika seakan-akan waktu tengah terhenti, Ika menjentikan jarinya. Namun tak ada gerakan dari lelaki di sampingnya. "Kak Raon?" Sebuah senggolan kecil di lengan Raon baru bisa membuat Raon tersadar.

"Kak Raon ngapain beli novel ini? Mau nyogok aku ya?" Tanya Ika dengan tatapan menghunus.

"Awalnya gitu. Tapi sekarang aku berubah pikiran, terserah kamu mau maafin aku atau nggak karena novel ini aku kasih dengan niat tulus bukan untuk bujuk kamu lagi." Raon mengacak rambut Ika sebelum menyalakan mesin mobil dan melaju membelah jalan.

Raon berhenti di sebuah rumah berchat abu-abu. Hening, lama Ika terdiam sebelum sebuah ucapan yang membuat Raon seketika tersenyum. "Aku maafin kak Raon kok, dan makasih buat novelnya. Aku maafin kak Raon tulus juga bukan karena novel ini." Ucap Ika.

"Aku tahu, selamat baca novelnya." Ika mengangguk lalu membuka pintu mobil ingin keluar.

Raon membuka kaca jendela mobil saat Ika hendak membuka pagar, "Ika, senyum kamu cantik."


🌸🌸🌸


Ika duduk di tepi ranjang, memandang novel yang ada di pangkuannya, sebuah senyum terbit saat ia mengingat ucapan Raon tadi.

Ika meletakan novel itu di atas ranjang kemudia berlalu ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Setelah selesai Ika keluar ingin membaca buku. Namun, harapannya pupus saat iris coklat madunya bertemu dengan Alen.

"Kakak, beli buku dongeng Balu?" Alen mengangkat novel itu ke arah Ika.

"Itu bukan dongeng Alen," Ika mengambil novel dari tangan Alen dan ikut duduk di atas ranjang bersama Alen.

The Secret Behind A Smile {COMPLETE}Where stories live. Discover now