28. Akhir Perjuangan Martin.

104 15 3
                                    

Di balik kaca mobil Ika dapat melihat seorang lelaki duduk di atas kursi roda di tengah-tengah taman.

Sekuat apa pun Ika menutupi semua masalahnya dengan senyuman, pada kenyataanya ia hanya gadis biasa seperti yang lain. Kesabaran, pertahanan, senyuman semua yang Ika lakukan juga ada batas.

Ika turun perlahan dari dalam mobil, langkah demi langkah terus mendekatkan Ika dengan Martin. Takdir memang unik, dulu mereka sangat dekat dan sekarang walau mereka telah berdekatan tapi terasa sangat jauh.

Ika duduk di kursi kecil yang terletak di samping Martin. Hening yang terjadi, suara Martin dan Ika bagai tercekat hingga membuat kebisuan di gelapnya malam.

Martin perlahan memutar kursi roda untuk menghadap Ika, Tangannya terulur, menggenggam tangan mungil gadis di sampingnya, untuk merasakan kembali kehangatan jari-jari itu, tangan yang selalu menggenggam Martin saat Martin terjatuh dan terpuruk, tangan yang selalu sigap saat Martin terluka, tangan yang selalu terulur untuk membantunya dengan tulus.

Ia merasakan kehangatan itu lagi, kenyamanan karena cinta tulus Ika yang tanpa memperdulikan setiap kekurangannya, gadis yang selalu mendampinginya tanpa kenal lelah.

Tapi kini, Ika lelah mencintainya, gadisnya lelah berjuang tanpa balasan, sangat lelah. Dan semua itu karena kebodohan Martin sendiri yang melepas bahkan lebih tepatnya menyakiti Ika hingga ke titik terdalam.

"Kembali, Ka. Aku mohon kembali. Temani aku kembali, genggam tangan aku kembali, tulislah kartu untuk ku lagi, mari kita lalui bersama lagi kebahagian yang pernah kita lalui." Martin menatap dalam manik coklat madu yang ikut menatap iris hitamnya. Entah mengapa Martin sangat percaya bahwa masih ada cinta untuknya, masih ada kesempatan untuk dirinya memperbaiki semua.

"Mart..." Ika bingung ingin mengucapakan apalagi agar Martin mengerti bahwa semuanya tak bisa di ulang.

"Aku mohon, untuk kali ini. Kembali Ka, masih banyak hal yang harus kita lalui bersama." Diam, Ika hanya bisa diam untuk respon ucapan Martin.

"Kamu ingat Ika, kita pernah ingin bersama-sama untuk selamanya, Aku mohon bantu aku untuk menghujudkannya." Genggaman tangan semakin erat, tatapan mata semakin dalam menyelami iris coklat madu itu.

"Mart, Mengertilah, semuanya telah usai. Kini, semuanya hanya kenangan dan akan tetap seperti itu, Aku gak pernah benci sama kamu, tapi untuk kembali itu mustahil," Ika berkata perlahan di hadapan Martin, sangat pelan, sepelan hembusan angin yang melingkupi udara malam hari ini.

"Kenapa Kaa? Kamu bilang setiap orang berhak bangkit." Martin terus menatap Ika, bagi Martin objek paling penting sekarang hanyalah Ika.

"Kamu berhak bangkit, tapi tidak dengan aku,"

"Kaa? aku janji semuanya akan membaik." Raut takut Martin sangat mendominasi saat ini, harapannya masih ada kesempatan seakan mengambang entah ke mana.

"Martin, kamu selama ini ke mana? Kenapa baru sekarang kamu datang? Kenapa saat aku udah bangkit kamu berbalik? Kenapa gak dari dulu? Kenapa kamu tinggalin aku kalau kamu sayang sama aku? Mengertilah Mart, semuanya telah berlalu, Semuanya telah usai. Pada kenyataanya kita di pertemukan bukan untuk di satukan, setidaknya kita pernah menikmati senyum Masing-masing...." ucapan Ika terhenti saat isak mulai malu-malu muncul di bibir mungilnya.

Ika menetralkan napasnya, kembali untuk melanjutkan ucapanya "Setidaknya kita pernah bahagia bersama, Aku pernah berpikir kamu lelaki satu-satunya untuk ku, tapi ternyata salah. Di saat aku menangis agar kamu kembali, pengelihatan kamu bagai membuta untuk melihat semuanya. Di saat aku seperti orang bodoh yang terus berjuang untuk kamu, hati kamu bagai membeku untuk merasakan perjuanganku. Kesempatan kedua tidak dimiliki oleh setiap orang dan kamu salah satu orang yang tak memiliki kesempatan kedua itu." Ada secuil rasa bersalah saat ia mengucapkan itu. Namun, ia berusaha menekankan dirinya bahwa semuanya telah usai kini ia telah memilik seseorang yang mampu mendekapnya lebih erat.

The Secret Behind A Smile {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang