10. Hari Pertama.

165 53 15
                                    

Ika duduk di tepi ranjang, ia terus saja berusaha memantapkan hati untuk melupakan semua, ia terus mengulang kata-kata Raon.

Gadis bermanik coklat madu ini pun mengambil ponsel menatap fotonya dan Raon saat menonton bioskop tadi siang.

Ia bahagia bisa bertemu dengan Raon, seketika Ika merasa mempunyai kakak lelaki yang selalu ia impikan. Saat melihat Zain yang selalu melindungi Angel, Ika ingin mempunyai kakak seperti kak Zain, kakaknya Angel. Sekarang ia merasakannya saat bertemu dengan Raon.

Saat Ika bersama Raon, Ika merasa Raon seperti kakak yang selalu melindungi adiknya.

"Astaga! PR gue," Ika langsung menuju meja belajar dan mengambil buku matematika.

"Kok gue bisa lupa sih, untung aja PR- nya nggak banyak." Ika langsung mengerjakan PR matematika.

Saat Ika melihat angka-angka, Ika melihat semua kenangannya bersama Martin.

Bolehkah malam ini Ika mengingat kenangan itu lagi?
Bolehkah Ika berharap seperti dulu?
Bolehkah Ika merindukan Martin lagi?
Hanya untuk malam ini, Ika sangat ingin mengingat masa itu lagi.

"Nggak Ika! Lo nggak boleh inget dia. Sedikit pun, gak boleh." ujar Ika menyemangati dirinya sendiri.

Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Tapi bukan tentang Martin.

"Kok kak Raon tau semua tentang Bintara yah?" Ika merasa heran

"Yah, walaupun kak Raon lulus di sana, tapi nggak mungkin juga kan kak Raon tau semua tentang Bintara. Terus yang paling aneh lagi kak Raon kok sering banget keluar dari ruangan pemilik sekolah."


🌸🌸🌸


Hari ini, hari pertama Ika berusaha melupakan Martin, seperti biasa pemilik manik coklat madu ini selalu berangkat lebih awal. Banyak siswa-siswi yang belum datang terlihat jelas saat Ika memasuki gerbang sekolah, hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang.

"Oke Ika lo harus kuat! Lupain Martin mulai dari hari ini!" Ika terus bergumam menyemangati dirinya melalui hari pertama melupakan Martin dan berlaga seperti tak terjadi apa-apa meski itu sangat berat untuknya.

Rasa sesak bila harus melupakan semua kenangan manis saat bersama Martin, gadis berkulit seputih susu ini pun tak ingin mengubur kenangan itu. Semua terlalu manis untuk Ika lupakan.

"Woy! Lo kok melamun sih? Entar kesambet lho." Ucap Farel tiba-tiba

Ika tersenyum menutupi segala yang ia rasakan. Senyum yang menipu segala orang.

Mungkin setiap orang berfikir Ika adalah gadis yang sangat ceria, tersenyum hangat menampilkan bibir berwarna merah muda alaminya. Namun, tanpa orang ketahui di balik senyum itu ada sebuah rahasia yang tak akan orang ketahui.

Ika mengerjapkan mata berkali-kali, agar bola mata berwarna coklat itu tak menunjukan sebuah butiran bening yang ia benci.

"Gak apa-apa, lagian juga kan ada lo sang pawang setan," kata Ika sambil memaksa tertawa, orang yang mendengar tawanya mengira itu tawa yang sangat lepas dan bahagia.

"Udah deh ngurusin lo yang kayak bocah mending gue makan di kantin," Farel pergi meninggalkan Ika, Ika menatap kepergian Farel pun merasa lega.

Melupakan Martin adalah sesuatu yang sulit, setiap inci sekolah ini menyimpan kenangan yang manis bersama Martin. langkah pastinya terus berjalan di koridor yang sepi. Sebuah kenangan itu melintas dibenak Ika.

''Martin'' panggil Ika pada seorang lelaki yang sedang berjalan sendiri di koridor.

Panggilan itu sontak membuat sang pemilik nama menoleh. Ika terus mendekat ke arah Martin lalu mengulurkan tangannya.

"Apa?" tanya martin melihat Ika mengulurkan tangan.

"Jabah dulu dong tangan aku, aku mau ucapin selamat ulang tahun" Ika masih setia mengulurkan tangan menanti Martin menjabah uluranya.

Martin yang mendengar itu bukan segera menjabah tangan Ika. Tapi mengacak rambut Ika. Membuat Ika kesal pada Martin.

''Kamu udah ngucapinya berapakali lho sayang, semalem yang kamu ucapin selamat terus,''

Ika menggerakan tanganya memberi kode agar Martin mau mendekatkan wajahnya.

Martin yang bingung pun menuruti, sampai Martin merasa suara bisikkan kecil ditelinganya.

"Aku mau kasih sesuatu sama kamu." bisik Ika.

Martin diam memandang gadis dengan senyum lebar di depannya lalu menjawab ucapan Ika.

"Mana? "

"Tapi aku malu entar diliat orang."

"Yampun sayang," Martin mengacak rambut Ika, lagi-lagi Martin membuat Ika kesal karena mengacak rambutnya."Kamu itu pacar aku kenapa harus malu." sambung Martin.

Ika pun melirik kiri, kanan, depan, belakang memastikan tidak ada yang melihat mereka berdua.

"Berbalik," printah Ika. Martin diam kebingungan.

"Berbalik Martin." akhirnya Martin mengingkuti Perintah Ika,

Ika segera membuka tasnya dan mengabil sebuah kotak kado lalu membuka tas Martin dan memasukan kado itu.

"Apaan?" Martin berbalik kearah Ika.

"Liat ajah nanti." jawab Ika cengengesan.

"Cukup Kaa, cukup! Lupain dia." tegas Ika pada dirinya sendiri.

Saat Ika sedang berperang dengan ingatan bersama Martin, tiba-tiba ada suara empat gadis yang teriak-teriakan memanggil dirinya, tanpa menoleh pun Ika tau itu siapa.

"Woy! Orang panggil juga dari tadi, jangan bilang Lo udah bermetamorfosa jadi orang budeg," Sella memicingkan mata mengahadap Ika.

Dapat Ika lihat ketiga sahabatnya yang lain sedang ngap-ngap ingin menimbali ucapan Sella.

"Bodo!" Ika berlari menghindari celotehan sahabatnya.

🌸🌸🌸

Jangan lupa tinggalin jejak:)

The Secret Behind A Smile {COMPLETE}Where stories live. Discover now