Berjuang.

4.2K 578 61
                                    

Su..suamiku...

Butiran bening itu tidak lagi mampu di tahan. Itu mengalir deras meluncur dari pipi Sakura yang sedang berjalan perlahan. Wajahnya memerah dihiasi butiran air membuat wajahnya seperti buah persik yang tersiram air.

Madara berdiri membuka tangan bersiap menyambut Sakura.  Tubuh tegap miliknya seperti gunung tak tergoyahkan adalah tempat teraman untuk berlindung saat ini. Sakura tidak ragu melangkah meninggalkan Indra dan Asyura yang sedang berhadapan. Sesuatu yang ia butuhkan ada di depan mata. Para suami yang memberinya kebahagiaan sejati yang belum pernah ia rasakan. Walaupun melawan dunia Sakura tidak ingin terpisah dari mereka semua.

Grep

"Suamiku hik suamiku..aku takut hik."

"Tenanglah, aku sudah di sini," jawab Madara.

Pria ini nampak tegas dan tenang dipermukaan. Sosoknya sebagai si sulung menuntutnya untuk selalu tegar dan tenang dalam menghadapi apapun. Sayangnya fisiknya tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang malu dan berdebar hebat. Telinganya memerah sebagai bentuk ungkapan perasaannya.

Hal yang wajar mengingat dia adalah pemuda perawan yang belum pernah menyentuh gadis manapun. Hanya gadis yang diperlukannya ini yang pernah jadi korban kejahilan dirinya dan saudaranya. Yah, mengabaikan balasan dari saudaranya yang lain nantinya karena telah memeluk istri mereka, yang penting saat ini Madara ingin memanfaatkan kesempatan langka dipeluk oleh istri.

Uchiha yang lain tetap berdiri tak bergerak. Mereka tidak akan melupakan hukum di kota kerajaan yang melarang wanita bersuami lebih dari satu. Menahan rasa cemburu dan kebutuhan untuk memeluk sang istri karena rasa rindu. Mereka diam sambil menatap penuh rindu pada sang istri yang seolah meluapkan keluhannya pada sang kakak pertama.

Sakura menyadari jika dirinya hanya memeluk sang sulung, wajahnya terangkat dan melihat ke arah belakang. Seolah bisa menebak pertanyaan yang timbul dari hati Sakura. Mereka berempat hanya tersenyum dan memberikan tatapan menyakinkan.

'Pasti mereka telah mendengar hukum di masyarakat kota kerajaan,' batin Sakura.

Pantas saja sedari tadi mereka berempat hanya diam di tempatnya. Biasanya saat salah satu dari mereka bersedih secara spontan Uchiha yang lain mengerumuni dan memberi semangat. Tak pernah sekalipun mereka saling menyalahkan antara satu dengan lainnya.

Dalam pelukan Madara, Sakura melemparkan tatapan bersyukur pada keempat suaminya. Mereka ternyata bukan pria polos yang bodoh. Mereka juga suami sejati yang melindungi reputasi sang istri.

"Jadi kamu adalah pemuda yang berani mengambil milik pangeran ini?"
Suara dingin dari arah belakang Sakura menghapus suasana haru melepas rindu istri dan suami. Keempat Uchiha yang berada di belakang Madara memasang sikap waspada pada sosok dingin yang mengeluarkan aura mematikan. Sakura juga langsung bergidik ngeri ketika suara menyeramkan itu menghampiri telinganya.

Suasana tegang langsung tercipta di ruangan utama ini. Masing-masing pihak memasang wajah waspada antara satu dengan lainnya. Sayangnya, ada satu orang yang masih terlena oleh kehangatan sang istri. Madara masih setia menutup mata dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Sakura.

"Kakak pertama, sekarang bukan saatnya melepas rindu. Ada masalah yang harus di selesaikan."

Itachi menepuk bahu Madara untuk menyadarkan sang kakak. Tingkah bodoh kakaknya saat ini membuat urat nadi di pelipis Itachi berkedut. Walaupun dilihat dari mata telanjang Itachi tidak menepuk bahu Madara dengan keras. Nyatanya Madara merasa tepukan sang adik terasa membakar dan panas. Madara yakin jika bahunya terdapat cap tangan milik Itachi.

Dengan tidak rela, Madara melepas pelukan Sakura. Dia memutar mata pada pria agung yang nampak dingin.

"Petani ini menikah dengan gadis  yang tersesat di hutan. Mana mungkin seorang tunangan dari pangeran kerajaan berada di hutan kecuali telah dibuang oleh seseorang," Madara menjawab tuduhan Indra.

Rasanya tangannya sangat gatal ingin meninju wajah sok dingin pada pria di depannya ini.

"Kakak Indra, aku telah mendengar anda memutuskan pertunangan dengan nona Sakura di saat keluarga Haruno terkena musibah, apakah setelah bencana itu terlewati anda ingin kembali dengan kata-kata anda?" Asyura berkata dengan tersenyum sinis. Membuat Indra ingin merobek adiknya menjadi seribu keping.

"Hal itu diucapkan dengan impulsif, pangeran ini bahkan tidak menulis pembatalan pertunangan dengan Sakura," sanggah Indra, "karenanya pangeran ini ingin memberikan kompensasi dengan segera memberikan posisi permaisuri pangeran padanya."

"Tapi sekarang Sakura sudah menjadi istriku, itu tidak bisa dibatalkan oleh hubungan masa lalu."

"Kumohon lepaskan aku, pangeran Indra. Istri petani ini tidak mampu bersanding dengan anda," pinta Sakura dengan nada memohon.

Sebagai orang tua Sakura, Mebuki dan Kizashi turut memohon pada Indra. Melihat ketulusan sang putri yang sangat mencintai suaminya, membuat Mebuki terharu. Dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Sakura. Lebih baik dia mati daripada hidup tanpa Kizashi. Entah iblis apa kau yang merasukinya saat bersikeras menentang pernikahan Sakura dengan petani itu.

"Semua sudah seperti ini yang mulia, jika anda bersedia melepaskan putriku maka pejabat ini akan selalu di pihak anda di pengadilan istana," tawar Kizashi.

Melihat situasi yang tidak berkembang sesuai keinginannya maka Asyura turut menawarkan kesetiaannya. Berdirinya Kizashi di sisi Indra merupakan hal yang luar biasa bagi Indra. Bukan Kizashi yang perlu diperhitungkan tapi Sasori yang saat ini tengah mengatur pasukan kerajaan merupakan pion terpenting.

Jika dia berdiri di sisi Indra, setidaknya ia akan menjalani hidup damai tanpa ancaman dari kakaknya ini.

"Adikmu ini juga menawarkan kesetiaannya kepada mu kakak," sahut Asyura.
Indra terpana dengan tawaran dua kekuatan yang luar biasa di depannya. Hanya orang bodoh yang melepas kekuatan hanya untuk mendapatkan istri seorang petani. Meskipun terlihat enggan akhirnya Indra menyetujui tawaran Kizashi dan Asyura.

"Kuharap kalian tidak mengingkari janji yang kalian buat," ucap Indra. Kemudian pria itu meninggalkan kediaman Haruno dengan wajah penuh kemenangan.

Satu masalah besar telah usai. Sakura bisa tersenyum dan menatap penuh syukur pada Asyura dan Kizashi.

"Yang mulia, ayah..."

Mebuki memeluk erat Sakura. "Gadis bodoh jangan menangis lagi. Berbahagialah dengan suamimu," nasehat Mebuki.

"Pangeran Asyura, dengan ikrar anda untuk pangeran Indra maka kesempatan untuk menjadi putra mahkota jadi..." Kizashi agak ragu melanjutkan ucapannya.

"Justru dengan begini aku bisa bersantai dan menikmati hidup dari pada bertarung di pengadilan. Aku lega bisa terlepas dari ancaman pembunuhan."

Selagi mereka semua bercakap-cakap. Keempat Uchiha merasa bosan karena tidak mendapatkan tontonan yang seru. Awalnya mereka mengira bisa bertarung dengan pengawasan pangeran Indra. Tanpa di duga justru semua berakhir dengan damai.

"Kita perlu mendiskusikan tentang malam pertama dengan istri," bisik Kakashi.

"Benar aku juga tak tidak mau kalah," jawab Sasuke.
"Jangan bicarakan sekarang, masih ada mertua," bisik Itachi.
"Aku tidak ingin kakak pertama menyerobot tanpa ijin kita," keluh Neji.
"Nanti malam kita ikat kakak pertama agar tidak macam-macam," ide Kakashi.
"Setuju," jawab mereka berempat.

Tiba-tiba Madara merasakan bulu rambutnya berdiri, dia menduga jika adik-adik tengah merencanakan sesuatu padanya.

"Apalagi yang akan mereka lakukan, oh tidak."

TBC

Too Many HusbandWhere stories live. Discover now