Istri Kakak Pertama

4.4K 523 47
                                    

Jangan salahkan bunda mengandung ayahpun ikut urun. Itu mungkin istilah yang cocok untuk melihat reaksi kelima Uchiha yang sedang terbengong di depan istana hujan. Mulut menganga terbuka, badan membeku dan kepala terangkat ke atas karena mengagumi keindahan istana di depan mereka. Mata membesar dan  terus menatap kagum istana hujan membuat ekspresi cantik mereka hancur total. Kini dengan ekspresi wajah seperti itu kelima Uchiha tak jauh berbeda dengan seperti orang idiot tanpa jiwa.

Bisa dimaklumi jika mereka terbengong dengan kemegahan istana, mereka tidak pernah melihat kemegahan semacam ini di desa terpencil. Seumur hidup hanya bangunan yang terbuat dari kayu saja yang ada di desa. Tidak ada bangunan berukir dengan karya seni yang tinggi dan mewah disana. Jikapun ada rumah yang besar itu hanya rumah yang terbuat dari kayu.  Dan rumah kepala desa adalah bangunan yang paling besar dan memiliki ukiran bunga yang indah  yang pernah mereka lihat tapi sekarang di depan mereka telah menjulang tinggi istana beserta kemewahannya. Ukiran halus beserta lukisan karya seni yang luar biasa menghias dinding istana. Lampion bergambar dan bertuliskan puisi berwarna merah, ditambah  bangunan bertingkat seperti menara yang mereka sendiri tidak tau namanya  membuat mereka tak bisa berkata-kata.

"Kakak, apakah kita berada di pintu surga?" Tanya Neji.

"Entahlah aku tidak yakin," jawab Madara dengan wajah yang masih terbengong.

Asyura sungguh merasa geli melihat tingkah kelima Uchiha yang terbengong mengagumi keindahan istananya. Pada saat mereka bertarung, aura mereka sepertinya seperti dewa Yama yang hendak mencari mencabut nyawa, tapi saat melihat istananya sikap mereka berubah seratus delapan puluh derajat menjadi anak kecil polos yang tidak pernah melihat bangunan mewah.

"Saudara dermawan, silahkan masuk ke dalam," ucapan sopan Asyura memulihkan kesadaran mereka kembali.

"Oh, eh baik. Terima kasih yang mulia," jawab Kakashi.

Ia menggaruk kepalanya karena salah tingkah.

Selain Kakashi, keempat saudaranya hanya memalingkan wajah karena merasa malu akan tindakan konyol mereka barusan.

"Silakan saudara,"

Dengan ajakan Asyura kesekian kalinya, mereka akhirnya mengikuti langkah Asyura menuju aula utama.

Di aula utama tempat menyambut kedatangan tamu, para selir dan pelayan cantik berdatangan menyajikan masakan. Gerakan halus semua wanita di istana ini bagaikan sebuah tarian indah karena keanggunan seluruh selir dan pelayan wanita.

Pada saat Asyura hadir, seluruh selir dan pelayan wanita menunduk untuk memberi hormat. Kekompakan dan kelembutan gerak gerik mereka membuat gerakan mereka seperti sebuah protokol yang harus di lakukan setiap hari.

Kelima Uchiha bersaudara bertambah kagum dengan segala hal yang berkaitan dengan istana. Segera mereka berlima menyesuaikan diri dengan bersikap sopan seperti Asyura. Tanpa Asyura sadari, diam-diam mereka meniru gerakan Asyura yang tenang dan berkharisma.

Seorang selir kehormatan menuangkan teh di cangkir Asyura. Begitu pula pelayanan wanita yang berada di samping masing-masing Uchiha. Mereka turut menuangkan teh dan segera meninggalkan mereka berenam menuju luar ruangan.

Asyura mengangkat tangannya mengambil teh dan menikmati teh dengan cara anggun dan beretika. Uchiha bersaudara langsung melirik ke antara satu dengan lainnya. Seolah mereka mengerti apa yang di pikiran saudaranya, mereka mengikuti gerakan elegan Asyura.

"Silakan saudara menceritakan tentang seseorang yang anda cari di kota kerajaan ini?" Tanya Asyura.

Perkataan sang pangeran jika didengar dari oleh orang lain tentu akan terasa ketulusan batin hatinya, namun tidak untuk para Uchiha. Cerita sang ibu semasa hidup masih melekat erat di jiwa mereka.

Too Many HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang