Masak

7.7K 729 60
                                    

Neji berjalan mengendap-endap di menuju pintu ke arah Sakura yang tertidur di kursi bambu. Sasuke hanya tetap tidak bersuara melihat kelakuan saudara bungsunya. Namun setelah melihat Neji mencolek pipi tembem Sakura dia jadi ingin melakukannya juga.

'Sepertinya menyenangkan' Batin Sasuke.

Neji tersenyum geli saat tangannya mencolek pipi istrinya itu. Pipi itu terasa lembut dan kenyal. Pandangannya mengarah ke arah lain. Pipinya langsung bersemu melihat dada legendaris milik seorang gadis. Dari  dulu ia bertanya-tanya bagaimana rasanya buah persik seorang gadis jika berada di tangannya. Niat pun memuncak, kedua tangannya kini bersiap memegang buah persik legendaris itu. Semakin lama semakin dekat dan...

Bletak...

"Aduh..."

"Jaga pikiranmu, Neji." Sasuke memasang wajah horror pada Neji. Meskipun demikian wajahnya juga sama merahnya dengan Neji.

"Ck, kau mengganggu Sasuke."

"Kau ingin istri kita ketakutan dan melarikan diri?".

"..."Neji berdiri dengan mengerutkan bibirnya dan berniat membantu Kakashi di dapur.

'Untunglah aku berada di sini.'
'...'

Sayangnya Sasuke juga penasaran dengan istri kecilnya ini. Dia perlahan meraih rambut Sakura dan mengendus baunya. Aroma manis bercampur kesegaran menguar dari rambut istrinya itu. Jantungnya merasa melompat-lompat kegirangan karena berhasil mencium rambut istrinya. Karena ketagihan, Sasuke menjadi lebih berani, dia baru mengerti perasaan Neji yang sempat ia pukul tadi. Sebab Sasuke sekarang berniat mencium bibir Sakura.

Perlahan Sasuke menutup matanya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Sakura. Semakin lama semakin dekat, dan...

Cup

'Kenapa bibir istri banyak bulunya?' Sasuke membuka matanya. Alangkah terkejutnya ia, saat menyadari jika dirinya mencium tupai yang sudah mati.

"Huaaaa."

Sasuke tersadar jika Madara menghentikan niatnya dengan menjadikan tupai mati itu tameng bibir Sakura. Karena merasa malu Sasuke pergi ke dapur untuk membantu Neji dan Kakashi. Tak lupa ia membawa ayam liar dan tupai yang sudah mati hasil dari buruan Madara.

"Dasar anak-anak nakal." Gerutu Madara. Ia kemudian berjalan menjauh dan meletakkan alat berburunya. Di saat itulah Sakura terbangun dari tidurnya.

"Ah... Aku ketiduran."

Madara yang mendengar suara agak bingung dengan tingkah Sakura.

"Bla bla bla bla." (Aku tadi habis mencuci selimut dan pakaian kalian. Setidaknya aku di sini tidak terlalu merepotkan dan membebani kalian. Jadi maafkan aku jika tertidur. Baiklah apa yang bisa aku lakukan lagi?"

Madara tidak mampu berkata-kata melihat gerak tubuh Sakura yang seolah memberi bahasa isyarat tubuh. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Sakura. Ternyata di halaman belakang tergantung banyak sekali cucian. Lalu Sakura berpose seperti orang menyapu. Madara pun melihat sekeliling ruangan. Ruangan ini sekarang menjadi bersih dan rapi. Tidak ada lagi debu-debu yang menempel di dinding dan kursi. Akhirnya Madara tau jika Sakura yang membersihkan rumah ini.

"Bla bla bla bla " ( Aku juga bisa memasak, tenang saja, masakanku sangat lezat. )

'...'

Madara masih diam memperhatikan Sakura yang bertingkah seolah-olah sedang memasak. Posenya sangat imut,  apalagi bibir merah basah Sakura yang terus berbicara meskipun dia tidak mengerti artinya membuatnya tidak tahan lagi. Madara maju dan memeluk Sakura. Gadis itu membeku tapi tidak berani bergerak. Sesuai perkiraan Madara, tubuh Sakura Benar-benar lembut dan nyaman untuk dipeluk. Aroma manis dan segar khas perempuan menguar dari tubuhnya membuat Madara semakin nyaman.

Tapi....

Bletak
Bletak
Bletak

Tiga jitakan langsung mendarat di kepalanya.

"Jangan membuat istri takut." Ucap Sasuke, neji dan Kakashi.

Sakura memekik kecil melihat tiga bersaudara itu memukul kepala Madara. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap-usap kepala Madara. Madara yang mendapat perlakuan lembut itu memerah karena malu. Hal yang berbanding terbalik dengan Sasuke, Neji dan Kakashi. Mereka merasa cemberut karena cemburu.

Sakura yang menyadari jika mereka bertiga cemberut. Ekspresi wajah itu mengingatkan pada ekspresi wajahnya sendiri saat merajuk pada orang tuanya.  Ia jadi teringat dengan ibunya. Jika dia cemburu karena ibunya tidak memeluk dirinya seperti ibunya memeluk ayahnya. Maka Sakura juga memasang wajah cemberut seperti mereka. Akhirnya Sakura tersenyum geli dan mengelus kepala mereka bertiga secara bergantian.

Alhasil, mereka berempat memasang wajah berbinar seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

'Mereka sungguh apa adanya dan polos.' Batin Sakura.

'Istriku baik sekali.' Batin Kakashi.

'Memang istriku yang terbaik."' Batin Madara.

'Hn', imut.' Batin Sasuke.

'Aku berterima kasih kepada takdir.' Batin Neji.

"Aku pulang." Itachi muncul dari arah depan. Dia nampak berseri-seri karena mendapatkan imbalan dari keluarga Sabaku.

"Lihatlah, aku membawa empat keping perak. Kita bisa berbelanja untuk membeli beras di kota." Ucap Itachi bangga.  Melihat mereka semua diam, Itachi agak bingung. Seperti ada yang tidak beres, apalagi mereka semua memegang kepalanya.

"Kenapa wajah kalian semua merah?" Pertanyaan Itachi membuat kelima orang tadi sadar.

"Oh tidak apa-apa... Itu bagus. Kita bisa berbelanja nanti." Jawab Madara.

'....' Itachi masih curiga.

"Ayo makan, makanan sudah siap. Hari ini nasi beserta ikan."

"Iya, betul." Jawab Neji.

"Hn." Sasuke hanya bergumam.

"'Istri, ayo kita makan. Kami memasak spesial hari ini." Ajak Kakashi.

Kakashi menarik tangan Sakura. Sedari tadi gadis itu hanya diam mendengarkan lima bersaudara itu mengoceh.

Sakura di suruh duduk di kursi yang terbuat dari kayu yang agak besar. Lalu mereka semua mengikuti Sakura dan duduk di tempat masing-masing.

"Makanlah daging ini,istri." Madara mengambil sumpit dan menaruh daging ikan di mangkuk Sakura.

"Benar,makan yang banyak." Sasuke yang biasa diam tidak mau kalah. Ia juga mengambil daging ikan untuk Sakura.

"Ma..ma...makan." Sakura berusaha meniru ucapan mereka.

"Hei lihat istri kita belajar bicara bahasa kita. Bagus sekali." Kakashi bersemangat melihat sakura yang mulai belajar bahasa mereka.

"Benar, makan." Itachi mengajari Sakura sambil memperagakan artinya.

Sakura mengangguk. Karena memutuskan untuk tinggal di sini ia harus belajar bahasa mereka.

TBC

Too Many HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang