Menghilang

5.3K 610 39
                                    

Perasaan nyaman dan kehidupan yang damai merupakan salah satu bentuk harta yang tidak bisa dinilai dengan perak. Sakura menyadari jika dirinya jauh lebih bahagia hidup bersama dengan para suaminya di desa terpencil ini. Ada banyak sekali hal yang sederhana namun menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Hal yang dulu sangat sulit didapatkan Sakura sewaktu masih berada di kota kerajaan.
Contoh sederhana dari hal yang berharga itu diantaranya adalah rasa saling berbagi rasa senang maupun susah, persahabatan dan kepolosan para suaminya. Kadang kala Sakura agak khawatir jika suaminya ditipu oleh orang jahat ketika berada di kota sebab mereka semua termasuk kategori orang yang mudah percaya. Bagaimanapun para suaminya mudah percaya terhadap orang karena mereka tidak memiliki niat jahat. Jadi dalam benak mereka orang tidak akan berbuat jahat karena menganggap semua orang itu sama yaitu berhati bersih. Hanya beberapa orang saja yang memiliki sifat usil dan itu juga tidak berniat untuk menyakiti dan membuat orang celaka. Sakura tidak bisa menyalahkan pemikiran polos mereka sebab memang seperti itu kehidupan di desa terpencil ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ramah hanya beberapa yang usil dan sombong. Namun tidak ada yang berhati dengki hingga ingin mencelakakan pihak lain.

"Istri, kita mendapat undangan jamuan makan di rumah kepala desa," Sasuke mendatangi Sakura yang sedang menyeduh teh dan madu.

"Ini adalah tradisi desa untuk menghormati dewa bumi." Itachi menjelaskan perkataan Sasuke yang kurang menjelaskan maksud dari jamuan itu.

"Apa yang dii baawa wargaa untukk hadirr di jamuan ituu," tanya Sakura.

"Biasanya para istri akan membawa makanan untuk dihidangkan di meja besar untuk dimakan bersama." Madara datang dari arah depan. Ia membawa lima ekor ayam hutan hasil perburuannya.

"Bagaimana jika kita membawa telur rebus? Akku rasaa banyaak yang tidak pernah maakan teluur rebus." Sakura menyampaikan idenya pada para suami yang duduk dan menikmati teh madu. Sebenarnya Madara ingin menyajikan ayam pengemis yang lezat untuk jamuan sebab ia yakin jika tidak ada satu orang pun didesa ini yang pernah makan ayam pengemis yang lezat dan harum. Oleh karena itu, dari tadi pagi Madara bekerja keras berburu ayam hutan di bukit.

"Apapun itu jika istri yang masak pasti hasilnya akan luar biasa," Kakashi memuji Sakura. Tiba-tiba Neji datang dan berseru dalam arah depan." Kakak apakah anda sudah memesan istri untuk memasak ayam pengemis untuk jamuan!" Mereka yang berada di ruang tengah langsung melihat ke arah Madara.

"Sakura "..."
Sasuke "..."
Itachi "..."
Kakashi "...."

"Ah itu, itu awalnya rencana...em maksud ku." Madara bingung bagaimana cara menjelaskan.

"Jika suami berniat menyajikan ayam pengemis itu juga baik-baik saja."

Neji kemudian bergabung dengan saudaranya yang lain. Ia mengambil cangkir dan menuangkan teko yang berisi teh madu tersebut.
"Bagaimana ide kakak Madara? Pasti semua orang akan terkesan dengan ayam pengemis resep dari istri." Neji sangat bersemangat hingga tidak menyadari raut wajah tegang keempat saudaranya. Ide dari Madara memang baik tapi mereka takut jika menyinggung perasaan istri kecilnya, sudah pasti mereka takut jika istri marah dan pergi meninggalkan mereka berlima. Madara hanya bisa melotot ke arah Neji yang tersenyum lebar dan tanpa dosa.

"Ide kak Madara bagus tapi ide istri untuk menyajikan telur juga sangat bagus." Itachi mencoba memecah suasana yang menegangkan. Neji akhirnya sadar jika istrinya memiliki ide yang lain mengenai jamuan desa.

"Oh benar- ayam pengemis luar biasa tapi masakan istri yang lain pasti juga istimewa," Kata Neji.

"Benarkah seenak itu masakan ayam pengemis ku?" Mata Sakura berbinar mendengar pujian mereka yang setinggi langit.

"Benar sangat lezat bahkan kami tidak pernah makan ayam selezat itu seumur hidupku."

"Baiklah, kita masak ayam pengemis dengan isian istimewa ditambah bumbu istimewa, " ucap Sakura bersemangat.

Too Many HusbandWhere stories live. Discover now