"Apa dia mau putus hubungan denganku!" Yuna mengumpat kesal.

"Ada apa?"

Yuna terperanjat saat mendengar suara Vian. Pria itu menghampirinya dengan cemas karena melihat amarah pada wajah Yuna. Yuna menunjukan foto Instagram Wanda yang sedang selfie di depan Kafe.

"Dia membuka kafe tapi nggak mengundang kita!" umpat Yuna. Vian. Kening Vian mengerut menatap foto tersebut. "Siapa?" tanya Yuna tertegun melihat ekspresi bingung Vian. Dia lalu menatap foto itu dan Vian secara bergantian. "Ini Wanda, kamu nggak kenal?" tanya Yuna.

Vian menggeleng lalu duduk di depan Yuna. Yuna memegang dahinya sembari menatap foto Wanda dan menggumam. "Nggak mungkin ... bagaimana bisa kamu nggak kenal?" Yuna mengawasi Vian yang tak tampak berbohong. Kenapa pula Vian harus berbohong?

"Masa aku nggak pernah mengenalkan dia? Dia sahabat karibku sejak kecil," kata Yuna.

Vian kembali menggeleng lalu memegangi dagunya. "Sahabat karibmu yang kutahu itu Silvi dan Desi. Aku baru dengar nama Wanda," akunya.

"Ini Aneh!" seru Yuna, "apa jangan-jangan aku juga nggak ngundang dia ke acara pernikahan kita?" tebak Yuna. Kali ini Vian mengangguk.

Yuna tertegun. Bagaimana mungkin dia tidak mengundang Wanda ke acara pernikahannya! Waktu dua tahun ternyata telah mengubah seluruh hidupnya. Bukan hanya pernikahannya dengan Zaki yang batal, dia juga putus hubungan dengan Wanda! Padahal mereka masih berada dalam kota yang sama.

"Ini mustahil," gumam Yuna sembari mengawasi akun

Instagram milik Wanda.

Dia lalu melihat-lihat komentar pada akun itu. Tak ada satu pun komentar darinya, padahal dia dan Wanda biasanya bertukar komentar beberapa kali dalam sehari. Rupanya benar, mereka memang putus hubungan.

Melihat raut wajah Yuna yang bingung, Vian berseru, "Bagaimana kalau kita kunjungi saja Kafenya?"

Yuna mengangguk setuju. Dia perlu mencari tahu, apa saja yang terjadi selama dua tahun terakhir dalam hidupnya.

***

Lalu lintas kota Surabaya yang padat, membuat mobil yang dinaiki Yuna harus bersabar menunggu lampu merah di perempatan Merr. Vian menyalakan musik sebagai mengusir rasa sepi. Lagu-lagu Raisa pun mengiringi mereka.

Yuna melirik tumpukan CD Raisa di bawah dasbor sembari tersenyum. "Kamu penggemar Raisa juga?" tanya Yuna.

"Aku lebih suka irama country dari pada jazz. Itu semua milikmu," kata Vian.

Yuna tertegun lalu memandangi tumpukan CD itu lagi. "Ini nggak adil," keluh Yuna.

Vian melirik istrinya dengan bingung. Apa maksudnya tidak adil?

"Kamu tahu banyak hal tentang aku, tapi aku sama sekali

nggak tahu apa-apa tentang kamu," tambah Yuna sembari memberengut.

Senyum Vian menggembang. "Apa yang ingin kamu tahu?" tanyanya.

"Berapa umurmu?" tanya Yuna dengan serius. Vian tergelak. "Pass, ganti pertanyaan!" serunya.

"Memangnya kuis! Ayolah kasih tahu aku!" Yuna mulai merajuk.

"Menanyakan umur orang lain itu tindakan yang nggak sopan."

"Memangnya kamu perempuan!" "Sekarang jamannya emansipasi."

Vian dan dan Yuna saling bertatapan lalu terbahak. Yuna merasa lega dia mulai bisa mengobrol akrab dengan suaminya. Perlahan pria itu tak lagi asing baginya.

"Apa kita sering bertengkar gini?" tanya Yuna.

"Sangat sering. Kamu itu cerewet, keras kepala dan suka merajuk!" olok Vian.

Yuna terdiam karena apa yang dikatakan Vian memang benar. Yuna ingat dia berkali-kali putus dengan mantan-mantannya karena sikap cerewetnya. Hanya Zaki yang mampu bertahan dengan sifatnya itu selama lima tahun. Yuna meruntuk saat sadar dia kembali mengingat Zaki. Tak seharusnya dia mengingat mantan kekasihnya itu ketika sedang bersama suaminya.

"Kenapa tiba-tiba diam?" tanya Vian cemas, menilik perubahan mimik Yuna.

"Cerewet itu tandanya peduli!" dengus Yuna, pura-pura merajuk.

Lampu hijau akhirnya menyala sehingga Vian kembali fokus menyetir. "Wanda itu orangnya seperti apa?" Vian tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

"Dia sangat baik dan perhatian," sahut Yuna, "mungkin juga agak perfesksionis," tambahnya.

"Perfeksionis?" Vian mengerutkan dahi.

Yuna mengangguk. "Mungkin dia menderita OCD. Terkadang dia sangat terobsesi pada kebersihan, tapi itu baik karena profesinya seorang koki."

Vian melenggut lalu kembali berkonstrasi pada lalu lintas kota Surabaya. "Apa yang bikin kamu kehilangan kontak dengan dia?"

Yuna menggeleng pelan. "Aku juga ingin tahu."

***

Votes dan komen ya guys...

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Rewrite memories (Ongoing) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant