"Pokoknya lo harus—"

Brak....

Ucapan Jesy terhenti karena Zeta lebih dulu menutup pintu kelasnya rapat-rapat.

'Awas aja tuh anak,' batin Jesy.

☔️☔️☔️

"Terserah kalian mau milih siapa, yang jelas besok lampirannya sudah ada di tangan Ibu. Assalamualaikum," jelas bu Kashi yang tengah mengajar di kelas Zeta. Selepas itu, Bu Kashi keluar dari sana.

Zeta memilih mengabari Fio lewat handphone meski Fio sendiri masih satu kelas dengannya.

To: Fioo
Gue pergi. Gak lama.

From : Fioo
Oke. Hati-hati.

Kaysa yang melihat Zeta beranjak pun bertanya, "Ta mau kemanaaa?!" Namun pertanyaannya tidak mendapat respon.

Di lain tempat, Zeta tidak sengaja berpas-pasan dengan kakaknya, ia hendak berbalik. Tapi apalah daya, Kakaknya lebih dulu mencegahnya.

"Zeta," panggil Dafrel.

Zeta tidak merespon sedikitpun, bahkan untuk menoleh saja enggan. "Ta gue tau gue salah, maafin gue," kata Dafrel.

Zeta berbalik, omongan Dafrel barusan seketika mengingatkannya pada seseorang. Zeta menatap Dafrel dengan tatapan sengit.

"Pergi! Gue udah bukan siapa-siapa lo mulai hari itu," sarkas Zeta dingin.

Dafrel menatap Zeta tak percaya. "Ta, waktu itu gue gak tau harus ngapain. Gimana pun juga gue kakak lo Zeta," jelas Dafrel.

"Terserahlah. Gue udah capek," jawab Zeta seadanya. Zeta melenggang pergi meninggalkan Dafrel dan menuju rooftop.

Hawa dingin menyeruak, cuaca memang sedang mendung saat ini, seakan menyesuaikan perasaan Dara sekarang.

"Mah, i miss you so much," lirih Zeta.

"Bolos?" tanya Dean yang tiba-tiba masuk ke rooftop.

"Ck, ada aja yang ganggu," batin Zeta  sambil melengos.

"Udah tau duduk," ketus Zeta.

Dean mendudukkan dirinya di sofa yang sudah usang tepat di sebelah Zeta.

"Kenapa?" tanya Dean.

Zeta menggeleng. "Gapapa."

"Cerita kenapa!" desak Dean.

"Banyak tanya ya lo, lagian ini juga bukan urusan lo," ketus Zeta.

Dean memilih diam dan pergi begitu saja dari tempat itu, ia merasa mungkin Zeta terganggu oleh kehadirannya.

"Kayak tuyul aja tuh anak," gumam Zeta yang ditujukan untuk Dean.

Saat menuruni tangga ia tak sengaja menyenggol bahu laki-laki bertubuh tegap, bukan laki-laki itu yang terjatuh. Justru Zeta sendiri yang terbentur tembok disebelahnya dan berakhir dengan posisi jatuh.

"Aduh, kepala gue!" pekik Zeta.

"Sorry,"  ucap cowok tadi sambil berjongkok memegang kepala Zeta yang sedikit memar.

Zeta menepis pelan tangan laki-laki itu, ia hanya berkata "Harusnya, gue yang minta maaf."

Cowok itu hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum menampilkan lesung di pipinya, tak lupa ia berkenalan dengan Zeta.

"Oh kenalin gue Axel. Anak kelas 12 Ips 2." Axel mengulurkan tangannya.

"Zeta," jawab Zeta tanpa membalas uluran tangan Axel dan hanya menatap Axel datar. Zeta berdiri dan pergi dari sana.

"Menarik," batin Axel.

~TBC~

Sesuai janji nih ya:^

can I get more than 150 votes in this part?

Selamat membaca❤️

GIZLITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang