PART 24

1.2K 233 6
                                    

Centra Dimensi

Jimin kembali membawa Yoongi ke apartemennya. Ia melangkahkan kakinya sesekali melirik pada Yoongi yang mulai mengigil dalam pelukannya. Ia sedikit berlari, membawa Yoongi kedalam kamarnya, namun lelaki berkulit pucat itu menggeleng begitu pelan.

Jimin menghela nafasnya, mengerti maksud dari Yoongi yang ingin tidur di sofabed yang menghadap pada kaca besar dengan pemandangan Seoul. Jimin hanya menurutinya, tak ingin berdebat dan membuatnya semakin lama mengobati kekasihnya itu.

Jimin merebahkan Yoongi disana, menyelimutinya dengan selimut hangat. Lalu, Yoongi menggenggam pergelangan tangannya, membuat Jimin menatap sosok yang dicintainya itu begitu lembut.

"Ada apa hyung?" ucap Jimin yang kemudian duduk di tepi ranjang itu. Merapikan poni Yoongi yang sedikit menutupi kelopak matanya.

"Aku kedinginan .." Lirih Yoongi.

Jimin menatap sendu pada sosok yang dicintainya itu. Kemudia ia merebahkan tubuhnya disamping Yoongi dan memeluknya dengan hangat. Jimin menatap Yoongi yang mulai terpejam disana, lalu ia mengeluarkan ponselnya, menghubungi anak buahnya untuk kembali mengantarkan peralatan medis yang ia butuhkan untuk merawat Yoongi.

Senja mulai menyapa. Langit berwarna jingga itu menjadi pemandangan Jimin yang baru saja selesai memasangkan infusan dan juga ventilator pada Yoongi.

Jimin menatap sendu pada Yoongi, menatapnya bersama dengan siluet kerinduan dan juga rasa tak mengerti.

"Kenapa hyung semakin kurus?" Lirih Jimin.

Jimin meraih sebuah thermometer lalu ia meletakkannya pada ketiak Yoongi.

Ting

Jimin membulatkan matanya ketika suhu tubuh Yoongi mencapai 40 derajat celcius. Ia menangkupkan jemarinya pada pipi Yoongi, mengusapnya begitu lembut dengan air mata yang mulai menetes.

"Hyung kau bisa mendengarku? Hyung?" Lirih Jimin sambil menempelkan keningnya pada kening Yoongi yang terasa begitu panas.

Jimin segera meraih ponselnya, menelpon seseorang yang bisa membantunya.

"Aku membutuhkan mu data—"

Tatapan Jimin begitu kosong, ia memuturskan sambungan teleponnya itu ketika ia dapat meliaht manik yang milik Yoongi yang menatapnya begitu sendu padanya.

"Jimin-ah .." Lirih Yoongi begitu pelan.

"Jangan dulu bicara, aku akan memberikan beberapa suntikan lagi, itu akan terasa sedikit sakit .." Lirih Jimin dengan air matanya yang tak bisa berhenti mengalir. Namun, Yoongi kembali menggenggam jemari Jimin ketika lelaki itu hendak bangkit.

"Ku mohon. Kau membutuhkan perawatan. Kita akan bicara setelah ini .." Lirih Jimin lagi yang kemudian bangkit dan meraih beberapa suntikan dan juga obat suntik.

Ia menggenggam jemari Yoongi, lalu menginjeksikan obat- obat itu melalui infusan dan juga beberapa yang langsung melalui kulitnya. Jimin menaruh suntikan itu, lalu ia kembali menggenggam jemari Yoongi begitu lembut.

"Jimin-ah? Saranghae .." Lirih Yoongi.

Jimin menundukan kepalanya, mengecup jemari Yoongi dengan air mata yang bahkan tak bisa berhenti menetes.

"Hyungie .." Lirih Jimin.

"Kau—tahu radio vintage yang selalu terpajang disana?—" Lirih Yoongi membuat Jimin mengangguk pelan sambil mengusap jemari Yoongi pada wajahnya.

"Radio itu—memperlihatkan padaku—bahwa kau akan—mati jika terus—bersamaku Jiminie" Lirih Yoongi sedikit gemetar dengan air matanya yang menetes.

RADIO DIMENSION [TAEKOOK X MINYOON]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz