Kencan dengan Austin?

Mulai dari awal
                                    

"Sudahlah, Jason! Jangan menggodaku terus! Keluar sana! Keluaaaar!!!" Aku mendorongnya keluar dari dalam kamar. Jason terus menertawaiku.

Sebelum pintu tertutup sepenuhnya, Jason memperingatiku, "Tetapi jika itu Austin, sebaiknya kau lupakan saja!" Kemudian ia pergi.

Maaf, Jason. Untuk kali ini, sepertinya aku tidak bisa menurutimu.


***


Aku kira, aku tidak akan terlambat. Tapi ternyata, dari kejauhan, aku dapat melihat Austin yang tengah menungguku di kursi taman.

Dia mengenakan kaos berwarna hitam, jaket Adidas bergaya retro dan celana cargo selutut. Baru kali ini aku melihatnya berpakaian casual seperti itu. Karena sekolah kami adalah sekolah swasta, kami selalu memakai seragam sekolah di sekolah. Kecuali untuk acara-acara tertentu.

Jujur saja, aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Ia duduk dengan santai di bawah sinar mentari, di sore hari, dengan dedaunan yang terjatuh dari tangkainya, membuat pemandangan ini terlihat sangat mempesona. Dia terlihat lebih tampan dari biasanya.

Um...aku tidak tahu kenapa aku bicara begini.

Kemudian, aku membandingkan penampilanku dengannya.

Aku sendiri hanya mengenakan floral dress merah muda dengan cardigan putih dan sneaker putih. Terdengar sederhana, bukan? Aku mengikatkan rambutku kebelakang. Sebetulnya, aku tidak benar-benar ingin memakai pakaian ini. Tetapi, karena Jason menguras waktuku, jadi aku asal ambil saja. Semoga saja aku tidak akan terlihat aneh!

Austin melihat ke arahku. Aku berusaha untuk bersikap santai, kita kan hanya jalan-jalan saja! Iya...hanya jalan-jalan. Aku dan Austin. Hanya berdua.

Tidak! Aku tidak bisa! Rasanya aku gugup sekali. Aku bahkan tidak sanggup untuk menatap matanya.

"Kau terlambat 5 menit!" Tegur Austin.

"Maaf! Tadi ada sedikit masalah. Lagi pula, itu hanya 5 menit saja, kan? Bukan 5 jam!" Elakku.

"Walau hanya terlambat 5 detik sekalipun, jika terlambat tetap saja terlambat!" Ia bersikukuh.

"Iya...iya...aku minta maaf." Aku bilang saja begitu agar lebih cepat.

Hening.

"Hahahahaha..."

"Eh? Kenapa kau tertawa?" Aku bingung, tiba-tiba saja ia tertawa seperti orang gila.

"Habisnya kau lucu sekali saat cemberut!" Katanya sambil mengusap-usap kepalaku. "Tenang saja! Aku cuman bercanda, kok!" Lanjutnya.

"Ih! Kau ini!" Aku memukul lengannya.

"Aww!" Ia mengernyit kesakitan atau mungkin hanya berpura-pura. Kemudian, ia menatap wajahku.

Aku membalas tatapannya.

"Hahahahaha..." Ia kembali tertawa.

"Ada apa sih denganmu hari ini!"

"Sepertinya sebelum berangkat kemari kau berdandan dulu, ya? Pantas saja kau telat!"

"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah? Aku kan perempuan! Apa terlihat jelek?"

Aku tidak percaya, dia memperhatikan wajahku sedetail itu. Aku bahkan tidak memakai make up yang tebal. Maksudku aku belum cukup dewasa, aku tidak mungkin berias berlebihan.

"Tidak...bukan begitu! Perempuan itu kalau sudah dandan bisa habis berjam-jam. Padahal tidak dandan pun kau sama saja," jelasnya.

"Sama saja? Jadi, maksudmu aku jelek, kan!"

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang