PART 25 | PLAY

59 3 0
                                    

Terkadang aku benci ketika menyadari bahwa dunia ini suka mempermainkan seseorang. Ya, terkadang apa yang menurut kita baik belum tentu akan selamanya baik, dan ketika aku menganggap hal itu buruk, ternyata tidak semua kenyataan itu buruk.

_________________________________

Rewrite Our Memoriesー

우리의 추억을 다시 쓰다

_________________________________

Tubuhku mendingin...

Hatiku membeku...

Waktuku seakan terhenti begitu menatap punggungmu

Sorot matamu yang dulu menghangatkan kini berubah seakan terlihat menyakitkan

Apa salahku?

"Tidak ada yang perlu kau ketahui," Kau menjawabnya dengan tersenyum lembut ke arahku.

Kau membawaku dalam kebingungan...

Ya, bersama kegelisahan di dalam hati itu.

Suara bass yang terdengar lembut kini mengalun memenuhi pusat taman kota Seoul, dari atas panggung dengan lautan manusia yang berada di bawahnya tampak seseorang tersenyum, menikmati setiap alunan nada dan menghayati setiap lirik yang terkandung dalam sana.

Tak jauh dari taman tampak Bitna, gadis dengan kemeja biru langit itu menarik tangan lebar seseorang, begitu erat dan terkesan memaksa. Ah, mungkin tepatnya gadis itu tengah menyeret seseorang. "Ayolah Hyeong Jin! Kau tidak mau membuang kesempatan ini bukan?"

Hyeong Jin bungkam, bulir keringat dingin tampak membasahi dahi lebarnya. Heran, padahal langit masihlah biru, matahari bersinar cerah menyinari kota Seoul, harusnya ia merasa kepanasan kan? Tapi kenapa jadi dingin seperti ini?

"Hyeong Jin, ayo! Kita sudah terlambat lima belas menit," ucap Bitna terus menyeret Hyeong Jin untuk menerobos kerumunan manusia yang berada di bawah panggung, sesekali gadis itu melirik jam tangan dan memerhatikan secarik kertas yang berisi daftar lagu yang akan dinyanyikan oleh si penyanyi.

"Jujur Bitna, dari awal aku memang tidak berminat datang ke konser ini," tekan Hyeong Jin, menatap gadis dengan tinggi sebahunya itu dengan serius.

"Sesekali Hyeong Jin," ucap Bitna, masih saja menarik lengan Hyeong Jin dengan kuat. "Ayolah! Aku mau melihat Kim Seung Dae! Aku ini penggenar beratnya "

"Memang apa bagusnya dia?" tanya Hyeong Jin datar, melirik penyanyi di atas panggung itu lalu beralih ke arah Bitna. "Dia tersenyum ke semua penggemarnya. Jika dia tersenyum kepadamu, berarti kau hanya orang biasa, kau bukan orang yang spesial baginya."

Bitna menepuk lengan Hyeong Jin, berhasil mmebuat kulit yang berwarna cerah kepucatan itu tampak memerah. Hyeong Jin mendesis, secepat mungkin Bitna menyengir, lalu mengusap lengan jenjang itu dengan cepat. "Maafkan nuna, Hyeong Jin. Tapi disitulah letak spesialnya. Ayo adikku yang manis, temani nuna-mu sekarang, oke?"

Entah untuk berapa kali cowok itu mendesis, dengan setengah hati pemilik sepatu hitam bertali itu berjalan malas, menerjunkan diri bersama lautan yang di penuh manusia itu.

Diam-diam mata bundar itu melirik Bitna dengan datar, gadis itu sekarang memeluk lengannya dengan erat, seperti membayangkan tengah memeluk artis bergigi kuda itu sekarang. 

Bitna bernyanyi kencang, sama seperti gadis-gadis di samping dan belakang lainnya. Diam-diam Hyeong Jin berdecak, berusaha melepaskan pelukan gadis itu dari lengannya. Nihil, yang namanya Bitna tidak akan melepaskannya dengan mudah.

Sungguh, Hyeong Jin mengembus napas pasrah, memasang wajah datar. Ada begitu banyak hal yang benar-benar menbuatnya tidak nyaman sekarang.

___

Mungkin benar-benar tidak nyaman dan ini pertama kali dalam seumur hidupnya Hyeong Jin menyesali apa yang ia perbuat beberapa hari lalu.

Seandainya saja ia tidak membiarkan Bitna masuk ke kamarnya, mungkin Bitna tidak akan menemukan album artis bergigi kuda itu. Seandainya saja ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak dengar, mungkin ia tidak akan menuruti keinginan Bitna yang ingin datang ke konser ini.

Seandainya saja ia tidak memiliki ide untuk meminta tiket konser ini dari editor Kim, seandainya...

Seandainya...

Begitu banyak kata seandainya yang ia pikirkan. Bukankah, hyung pernah memintanya untuk melupakan kata terkutuk itu?

"Kyaa!!"

Refleks Hyeong Jin menutup telinga, memejamkan mata dengan erat. Gila, Hyeong Jin membulatkan mata, memerhatikan Bitna tidak percaya. Bagaimana bisa gadis berisik itu menjadi semakin berisik sekarang? Sebenarnya berapa banyak tingkat keberisikan gadis itu.

"Hyeong Jin! Lihat Hyeong Jin!"

Dengan malas Hyeong Jin memerhatikan panggung. Artis berwajah tirus yang selalu saja memamerkan giginya itu tak henti tersenyum menyapa para penggemar. Bukan hanya menyapa, tampak beberapa gadis yang berada di atas panggung sana berteriak histeris begitu mendapatkan sekotak cokelat dari artis bergigi kuda tersebut.

Sungguh berbanding terbalik, Hyeong Jin menatap Bitna dengan datar. "Terus?"

Bibir bawah Bitna terangkat, entah berapa kali gadis itu melayangkan tatapan khas anak anjingnya. "Aku mau seperti mereka."

Hyeong Jin mengalihkan pandangan, musik dan alunan lirik lagu kini mulai terdengar, begitu lembut berhasil membuat Hyeong Jin memejamkan mata berusaha untuk tidak menutup telinga akibat suara histeris dari para gadis kurang kerjaan ini. "Kita bisa membeli lima atau sepuluh kotak cokelat pulang nanti."

Bitna menggeleng, setengah berjinjit gadis itu agar suaranya terdengar di telinga Hyeong Jin. "Akan lebih menyenangkan bila orang yang kau anggap spesial memberinya."

"Oh..." jawab Hyeing Jin tidak selera, wajah bundar itu selalu memalingkan pandangan seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana untuk menenangkan dirinya.

Jika kamu pergi tolong beritahu aku

Jika dirimu tidak mencintai lagi tolong tinggalkan aku.

"Aa~~" Bitna memeluk lengan Hyeing Jin erat, disandarkannya kepala ke lengan cowok itu seraya melambaikan sebelah tangan mengikuti alunan musik. Hyeong Jin tidak menggubris, seperti biasa cowok itu selalu kaku seperti kayu.

"Yak! Gadis yang di bawah sana!"

Sontak kedua alis Hyeong Jin terangkat, memang gila dirinya merespon ucapan dari artis bergigi kuda itu. Karena yang ia tahu pertama adalah dirinya seorang laki-laki dan kedua, dirinya-tidak-menyukai-artis-bergigi kuda-itu. Uh, apalagi menjadi penggemar seperti orang-orang di sekelilingnya ini, sungguh ia tidak ingin.

Wajah bundar Hyeong Jin tertunduk begitu merasakan jari dingin Bitna kini mencengkram lengannya dengan erat. Gadis itu tercengang, tanpa pergerakan, dan sungguh...

Hyeong Jin mengernyit. Sejak kapan gadis ini mempunyai ekspresi polos khas anak-anak itu?

"Aku?" tanya Bitna tanpa suara, gadis berkucir satu itu menunjuk diri sendiri dengan polos.

Musik masih saja mengalun, artis bergigi kuda yang tadi memanggil gadis polos dan berisik itu kini turun dari panggung, seraya berlutut, menjulurkan sebelah tangannya dengan tulus.

"Mau bernyanyi bersamaku?"

____

Thanks for reasing. I hope you enjoy it!

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Where stories live. Discover now