PART 8.2 | HYUNG

86 8 0
                                    

Hal menyenangkan dari orang yang hidup dalam kesepian adalah menyadari bahwa dirinya tidak hidup sendirian

______________________________

Rewrite Our Memoriesー

우리의 추억을 다시 쓰다

______________________________

Jika di kamar Hyeong Jin terasa begitu tenang dan hening, maka berbeda pula dengan suasana kamar milik perumahan di samping kiri Hyeong Jin tersebut. Suara seregukan terdengar, begitu juga dengan suara hidung dan tisu seperti ketika orang membuang ingus?

"Yak! Anak muda, kenapa kau menangis di tengah malam seperti ini!"

Dari kamar bernuansa merah muda lembut tersebut tampak Bitna mengangkat kepala. Mata bulat itu tampak sembab begitu juga dengan hidung kecilnya yang tampak memerah. Membuang lagi selembar tisu bekas ke arah tong sampah yang tampak begitu penuh. Menoleh ke arah pintu.

"Ahjuma!" rengek Bitna, gadis itu merebahkan kedua tangan berharap dapat memeluk perempuan paruh baya itu, bukan hanya pelukan namun bisa jadi suatu kehangatan yang dapat membuatnya tenang dalam waktu singkat.

Perempuan paruh baya dengan pakaian tidurnya itu duduk di atas tempat tidur membalas pelukan ponakannya. Bitna menangis kencang, setengah membenamkan wajah di bahu ahjuma.

Sudut alis perempuan paruh baya itu menurun begitu juga dengan raut wajahnya yang tampak bingung, mengusap puncak kepala Bitna dengan lembut. "Hei, ada apa hm? Kau menangis di tengah malam seperti ini apa ada orang yang mengganggumu?"

Bitna menggeleng.

"Teman di kampusmu menyakitimu?" tebak perempuan paruh baya itu seraya melirik hp putih Bitna yang tampak tidak disentuh dari satu hari belakangan ini.

Bitna menggeleng. Mengusaikan benaman wajahnya dari bahu perempuan paruh baya itu lalu mengusap kedua sudut mata dengan punggung tangan. "Bibi, kenapa badanmu selalu bau minyak urut?"

"Yak!" Tak dapat dipungkiri, gepalan tangan menjitak kepala gadis itu dengan kuat. Bitna meringis, bibir bawah itu maju beberapa senti seraya mengusap depan kepalanya. Bibi berdecak, meletakkan tangan ke arah pinggang "Tentu saja tubuhku selalu bau minyak urut! Kau tahu betapa banyaknya pekerjaanku?"

Bitna menggeleng pelan. Sungguh, jika saja Bibi tidak sedang berbicara ingin rasanya ia bertanya mengapa posisinya seperti bertukar sekarang? Bukankah tadi dirinya yang sedang masalah? Kenapa jadi begini?

Gepalan tangan melayang pelan di kepala gadis itu kembali. Bitna meringis, mengusap puncak kepalanya dengan cepat. "Makanya cepat selesaikan tugas akhirmu! Kau harus tahu betapa pentingnya masa depan untukmu, setelah kuliah kau harus bekerja, setelah bekerja kau akan mengurus keluarga. Semua itu benar-benar ada, bukan hanya mimpi yang bias kau lihat."

"Iya iya," ucap Bitna, meraih bantal bintang kesukaannya lalu memeluk dengan erat.

Dagu Bibi terangkat, perempuan itu masih saja tampak penasaran dengan mata sembap yang dimiliki Bitna. "Jadi kenapa kau menangis di tengah malam seperti ini hm?"

Bibir bawah Bitna terangkat, mata bulat itu masih saja terlihat berair seraya mengancungkan sebuah novel dengan cover berwarna ciri khas biru gelap. Tampak dua orang anak kecil seperti hubungan antara bang dan adik berdiri sejajar dengan ekspresi wajah yang sungguh berlawanan.

Si abang terlihat begitu ceria dengan senyum merekah di bibirnya. Sedangkan si adik? Ya, meskipun sudah memegang mobil mainannya dengan erat namun tetap saja tidak kunjung bahagia.

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Where stories live. Discover now