Aku Menyukai Malta

Mulai dari awal
                                    

"Sampai jumpa!"

Aku segera berlari ke kelas sebelum guru datang.

Aku masuk ke ruang kelas Fisika dan memilih tempat untuk duduk. Aku dapat melihat Branton yang berjalan menghampiriku dan kemudian memutuskan untuk duduk di sampingku.

"Dimana Malta?" Tanya Branton sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Tidak tahu. Memang aku ibunya?" Jawabku.

"Kau bahkan lebih dekat dari ibunya."

"Diamlah!"

"Ya sudah..." kata Branton yang kemudian memutuskan untuk mengurusi hidupnya sendiri.

"Apa kau lihat Austin?" Tanyaku. Aku sedikit penasaran karena belum melihatnya dari pagi.

"Mana aku tahu. Memang aku ibunya?" Jawab Branton meledekku.

"Huh..."

Percuma saja menanyakan hal ini padanya.

Aku merasa aneh. Jika seandainya Austin benar-benar tidak masuk sekolah hari ini, mengapa bisa ia tidak masuk di waktu yang bersamaan dengan Malta? Apakah ini suatu kebetulan? Atau memang benar-benar direncanakan? Apakah mereka pergi ke suatu tempat bersama?

"Ahhh!!!" Kataku sedikit berteriak sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Mana mungkin."

Semua mata tertuju padaku. Seakan-akan mata mereka berbicara: Ada apa dengan bocah gila satu ini?

"Larry? Ada apa denganmu?" Tanya Branton.

Aku meliriknya sebentar. "Bukan apa-apa."

Tak lama guru Fisika kami datang memasuki kelas.

"Tutup buku kalian! Kita adakan Pre-test!" Suruh Mr. Jacob sambil nyengir sebelah. Rasanya dia memang sudah lama merencanakan rencana jahat ini.

"Tidak!!!" Kata anak-anak di kelas menandakan ketidaksetujuan.

Aku belum membaca sedikitpun mengenai materi hari ini. Tadi malam aku sibuk memikirkan cara untuk menjauhkan Austin dari Malta. Semua ini hanya berakhir sia-sia.

Saat pulang nanti, aku akan segera menelepon Malta untuk mencari tahu keadaannya. Semoga dia benar-benar tidak bersama dengan Austin.


***


[MRS. ARMCHAIR]

Perutku terasa mual sekali. Aku sudah lupa ini hari apa. Badanku juga sudah sangat bau. Kapan terakhir kali aku mandi? Aku benar-benar tidak tahu.

Tempat ini bau amis ikan. Aku tidak tahu ini dimana. Mataku ditutup dengan kain. Aku hanya bisa melihat secercah cahaya dari balik kain ini. Namun, menurut analisisku, sepertinya aku sedang berada di atas kapal. Sebab tempat ini bergoyang-goyang. Hembusan angin yang kencang mengibaskan rambutku. Suara deburan ombak terdengar di telingaku. Kepakan sayap burung pelikan ikut meramaikan suasana. Sepertinya mereka sedang mencari ikan di laut ini.

"Buka penutup mata mereka!" Perintah seseorang di depan kami.

Seseorang melepaskan penutup mataku. Akhirnya aku bisa kembali melihat langit biru yang cerah. Aku mengambil nafas dalam-dalam melalui kedua hidungku kemudian menghembuskannya.

Di hadapanku, berdiri seorang pria bertubuh kurus tinggi dengan jubah hitam dan tudung yang menutupi seluruh wajahnya. Aku kira orang-orang seperti ini hanya ada di dalam buku cerita. Sebab, bukankah itu terlalu jelas, jika menggunakan jubah serba hitam dan tudung yang menutupi wajahnya, membuat ia terlihat mencolok dan lebih seperti penjahat?

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang