Austin si Anak Baru yang Tampan

Start from the beginning
                                    

"Ada apa denganmu? Kau tampak aneh sekali!" Larry terlihat bingung. "Apa kau bahkan mendengar perkataanku barusan?" Lanjutnya.

"Maaf...maaf...aku sedikit melamun tadi." Aku merasa tidak enak.

"Memangnya apa yang kau pikirkan?"

"Oh, bukan hal penting!"

Larry memicingkan matanya. Ia merasa sedikit curiga terhadapku. "Apa...kau memikirkan si murid baru itu!?"

Bagaimana ia bisa tahu?

"Bukan! Bukan!"

"Kamu menyukainya bukan!"

"Tidak benar! Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Dasar! Jangan bicara macam-macam!"

Seseorang mengetuk pintu kelasku kemudian membukanya. Lalu, muncul seorang pria yang ternyata adalah salah satu guruku. Ia memberi isyarat kepada Mrs. Turner untuk meninggalkan kelas.

"Anak-anak, tunggu sebentar! Aku akan kembali lagi," kata Mrs. Turner. "Jangan ribut!" Lanjutnya.

"BAIK, BU!" Kata kami serentak.

Beberapa detik kemudian, seisi kelas menjadi ribut. Tentu saja mereka tidak melakukan apa yang Mrs. Turner katakan.

"Ayolah...mengaku saja! Lagi pula, jika dilihat-lihat, aku masih jauh lebih tampan darinya," kata Larry dengan percaya diri.

"Oh...begitu, ya!" Kataku menahan kesal. "Sebaiknya kau membeli cermin sana di Walmart!" Lanjutku.

"Untuk apa?" Tanya Larry. Tentu saja ia tidak akan paham. Ia cukup lama dalam mencerna kalimat sindiran.

Aku menatapnya untuk sesaat dengan wajah pokerku, "Terserahlah..."

"Hey, Malta! Jelaskan dulu mengapa aku harus membeli cermin!"

Aku tidak menghiraukannya. Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Tanpa disangka, tak lama kemudian, Austin menghadap ke arahku dan mengulurkan tangannya padaku.

Ada apa ini?! Aku sangat bingung!

"Hai! Aku Austin," katanya dengan tatapan menghipnotis.

Entah mengapa, mulutku terasa lumpuh. Sedikit terdengar konyol. Memang... Tetapi, memang seperti itu rasanya.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku benar-benar mati kutu. Hanya sanggup memperhatikan wajahnya saja.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Austin kebingungan.

"Malta, kamu dipanggil, tuh!" Kata Larry sambil menyenggol bahuku.

"Oh...kamu Malta, ya? Salam kenal!" Kata Austin.

"Oh...iya. Sa..salam kenal juga," kataku sambil nyengir. Akhirnya, aku bisa kembali bicara. Tadi itu memalukan sekali.

"Kelihatannya...kalian sedang asyik ngobrol! Apa aku mengganggu?" Tanya Austin.

"Iya! Sangat mengganggu," jawab Larry blak-blakan.

Aku menginjak kaki Larry. Dia sudah bertingkah keterlaluan. "Oh, tidak-tidak! Kami sudah selesai bicara, kok!" Jawabku dengan riang. "Kamu boleh bergabung kalau mau!"

"Baiklah kalau begitu!" Kata Austin sambil tersenyum. Ia menarik kursinya agar bisa duduk lebih dekat denganku.

Suasana menjadi canggung.

Larry berusaha memecahkan suasana. "Jadi, Austin, bagaimana dengan kota barumu? Apa kau betah tinggal di sini?"

"Um...entahlah. Aku baru beberapa hari saja di sini. Jadi, masih belum bisa menyimpulkan. Tetapi, sejauh ini, kelihatannya aku baik-baik saja," jawab Austin.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now