Austin si Anak Baru yang Tampan

Start from the beginning
                                    

Biarkan aku bernapas.

Aku memperhatikannya dari atas hingga bawah hanya untuk memastikan. Mungkin saja aku salah melihat!

Seorang anak lelaki jangkung berambut hitam kecoklatan. Kulitnya sedikit gelap, seperti seorang peselancar. Jujur saja, ia memiliki bentuk badan yang proposional. Sorot matanya tajam, dengan bola matanya yang indah, berwarna hazel. Dia amat manis dengan bibir merah mudanya.

Dia mengenakan jaket kulit hitam dengan kaos putih polos dan celana jeans hitam. Membawa tas di pundak kanannya. Sepatu kirinya tidak berhenti menggesek-gesek lantai. Ia terlihat grogi. Ia tidak berhenti menggigit bibirnya. Entah mengapa, rasanya ia memancarkan aura tersendiri. Seakan-akan ketika kamu menatapnya, kamu tidak akan pernah bisa berpaling. Apakah ini terdengar berlebihan?

Itu memang dia.

"Halo, Semua! Namaku Austin James. Aku berasal dari San Fransisco. Salam kenal! Aku harap kedatanganku tidak memperburuk keadaan," kata Austin dengan senyumannya yang mempesona. Siapa anak ini sebenarnya? Apa dia seorang model? Oh, tidak. Mungkin ia seorang bintang iklan.

"Ah... tidak, kok!" Kata Hailee sambing menggulung-gulung rambut di jemarinya. Dia merupakan gadis paling centil di angkatanku.

"Hati-hati, Austin!" Kata seseorang dari kursi belakang. Seisi kelas langsung tertawa.

"Oke, semuanya sudah cukup! Silahkan Austin duduk di bangku yang kosong!" Kata Mrs. Turner, mempersilakan.

Ada sebuah kursi kosong di sampingku, tepatnya satu meja dengan Branton. Di sekolahku, satu meja terdapat dua kursi. Jadi, kami semua duduk berdampingan dan aku sebangku dengan Larry.

Ia melirik ke kiri dan ke kanan dengan hati-hati. Kemudian memutuskan untuk menempati bangku kosong di samping Branton. Tepatnya antara aku dan Branton.

"Maaf. Apa aku boleh duduk di sini?" Tanya Austin dengan sopan kepada Branton.

"Oh, tentu saja!" Jawab Branton dengan antusias. Akhirnya ia memiliki teman sebangku. Entah mengapa melihatnya aku merasa iri. Andai saja aku berada di posisi Branton.

Jujur saja, aku tidak bisa berhenti menatap Austin selama mata pelajaran biologi berlangsung. Aku tidak tahu kenapa. Tapi sepertinya, aku bukanlah satu-satunya gadis di kelas yang memperhatikannya. Hailee bahkan sampai melemparkan sebuah gulungan kertas ke atas meja Austin. Aku yakin, gulungan itu pasti berisikan nomor ponselnya atau akun instagramnya. Bahkan di hari pertamanya, ia sudah mendapatkan begitu banyak pengemar.

Tenang saja! Aku tidak akan seperti Hailee. Lagi pula, aku hanya kagum saja. Tidak lebih dari itu! Kau tahu? Hanya penasaran saja!

Seperti yang aku bilang sebelumnya. Lelaki itu miliki aura yang berbeda dengan kebanyakan lelaki yang pernah ku temui. Memang terdengar sangat berlebihan, tapi begitulah kenyataannya.

Tidak! Aku tidak suka! Kalian pasti berpikir begitu, bukan?

Di sampingku, aku dapat melihat Austin tertawa bersama Branton. Entah mengapa aku juga ikut tertawa. Tawanya bahkan bisa menular. Aku tidak memahaminya lagi.

"Benar, kan, Malta?" Tanya Larry. "Malta? Hey, Malta!" Lanjutnya dengan keras.

"Ada apa?!" Aku tersentak. Semua orang memperhatikanku. Termasuk Austin. Sepertinya, aku berbicara sedikit keras.

"Apa ada masalah?" Tanya Mrs. Turner heran.

"Oh, tidak. Tidak ada apa-apa!" Jawabku panik.

Mrs. Turner melanjutkan pembahasannya. Untung saja ia tidak memarahiku, kalau iya, itu akan menjadi pengalaman paling memalukan. Apa lagi, Austin baru saja datang kemari.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now