Aku dan Jason yang Menyebalkan

Start from the beginning
                                    

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tetapi ia bertingkah aneh sekali. Sudah beberapa hari ini ia terus membangunkanku di awal pagi. Matahari bahkan belum terlihat sama sekali. Ia selalu mencari cara untuk bisa merusak hariku.

"Malta..." kata Jason bersikukuh.

"Sudah Jason... pergi sana! Sial! Seharusnya aku mengunci pintu sebelum tidur. Aku selalu melupakan hal itu!" Aku melemparkan sebuah boneka kearahnya untuk mengusirnya pergi. Boneka itu berhasil mengenai pundaknya sedikit. Ia memang cukup ahli dalam menghindar. Terutama menghindar dari masalah.

"Malta..." Jason tampaknya tidak mau menyerah. Ia menarik selimutku secara perlahan. Aku mencoba merebutnya kembali.

"Jason!!!" Kataku sambil menarik selimutku yang ia tarik. Kami saling tarik menarik hingga akhirnya Jason pun terjatuh. Aku tidak bermaksud mencelakainya. Itu salahnya sendiri.

Kemudian ia bangkit dan keluar dari dalam kamarku. Aku merasa lega. Orang ini memang keras kepala. Sangat tidak mirip denganku.

Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Malta Farr Armchair dan Jason adalah kakakku. Dia lebih tua dariku 2 tahun. Saat ini, aku berusia 15 tahun. Jujur saja, aku tidak suka dengan Jason. Ia sok disiplin dan sangat pengatur. Benar-benar sangat pengatur. Melebihi guru konseling di sekolahku atau ibuku sendiri.

Aku harap ibu dan ayah bisa segera kembali pulang. Sudah 2 minggu mereka pergi ke Berlin untuk menjalankan tugas, meninggalkan aku dan kakakku yang menyebalkan itu. Hanya ada kami berdua di rumah.

Menyedihkan sekali. Saat ini, aku merasa seperti kucing kecil yang dikurung bersama seekor beruang ganas dan menyebalkan. Aku tidak pernah dengar ada beruang yang menyebalkan, tetapi hal ini pantas disematkan kepada kakakku.

Sekarang, kantukku sudah hilang sepenuhnya. Percuma saja jika aku paksakan untuk kembali tidur. Sebaiknya, aku gunakan waktu ini untuk mengerjakan tugas. Lagi pula, tadi malam aku tidak sempat melakukannya.

Ternyata, ada baiknya juga Jason membangunkanku sepagi ini. Saat sarapan nanti, mungkin aku perlu berterima kasih padanya.

Tunggu! Mungkin sebaiknya tidak perlu. Jika aku melakukan itu, bisa-bisa ia terus membangunkanku di awal hari. Sebaiknya aku diam saja.


***


Pukul 06.05 pagi. Jason memberikan semangkuk sereal kepadaku. "Maaf, cuman makan sereal, belum sempat masak," jelas Jason. "Sebenarnya persediaan dapur memang sudah habis, sih."

Yang benar saja.

"Jason, apa tidak ada yang lain? Aku ingin sarapan yang asli," kataku sedikit ketus. Sudah berhari-hari ini kami sarapan hanya dengan semangkuk sereal. Itu bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan giziku per harinya.

Setelah menghabiskan sarapan kami yang amat sederhana, kami berdua berangkat ke sekolah dengan Chevrolet yang ayah dan ibu hadiahkan kepada kami tahun lalu. Ceritanya, sih, hadiah sebagai anak yang patuh. Tapi, apakah kami memang patuh? Menurutku iya. Tidak tahu dengannya.

Saat aku mengatakan kalau kami hanya tinggal berdua saja di rumah, itu memang benar. Tanpa seorang pengasuh atau sejenisnya.

Oh, bukan...bukan...

Kami memang tidak memerlukan seorang pengasuh. Maksudku, kami sudah cukup besar untuk bisa mengurus diri kami sendiri. Hanya saja, mungkin kami masih memerlukan tambahan tangan untuk membantu kami membersihkan rumah, bukan?

Sebetulnya, kedua orang tua kami sempat bertanya apakah kami membutuhkan seorang pengasuh atau wali di sini. Setidaknya hingga mereka selesai melaksanakan tugas mereka di Berlin. Tetapi, seperti biasanya, Jason menolak tawaran itu seperti seorang pria dewasa, "Sudahlah...kami tidak memerlukan seorang pengasuh di rumah ini. Lagi pula, kami sudah cukup dewasa."

Maksudku, perkataannya memang benar. Tapi, tetap saja, karenanya kami harus sarapan dengan sereal setiap pagi dan makan malam dengan pizza sisa. Rumah tidak serapi dan sebersih biasanya karena kami juga sibuk mengerjakan tugas sekolah. Grandma Noela sempat bilang akan mengunjungi kami segera tetapi kelihatannya ia tidak akan benar-benar datang dalam waktu dekat. Jadi, kami berdua benar-benar dalam situasi "Lakukan Apa yang Kami Bisa Lakukan".

Jason adalah tipikal anak yang terlalu percaya diri. Ia merasa bahwa ia sangat hebat dalam hal apapun. Ia mengira jika ia bisa menangani masalah apapun. Tetapi, pada akhirnya, kami berdualah yang menanggung akibatnya.

Dalam perjalanan ke sekolah, kami sempat berhenti untuk membeli permen pelega tenggorokan di mini market. Akhir-akhir ini, Jason memang sering batuk dan hal itu tidak bisa dikontrolnya. Oleh karena itu, ia selalu merasa bersalah jika ia batuk di dalam kelas dan tak bisa menghentikannya. Hal itu mungkin akan mengganggu konsentrasi teman-teman sekelasnya ketika mereka sedang belajar. Jadi, permen itu mungkin akan sangat berguna.

Ketika aku sedang berdiri di depan mini market sambil mengemut permen lolipopku, aku melihat seorang anak lelaki jangkung, mungkin seusia dengan Jason, turun dari motor harley-nya. Wajahnya sangat tampan hingga aku mengira bahwa ia merupakan seorang model dari brand ternama, atau mungkin seorang aktor muda yang baru memulai karirnya. Aku bersumpah, jika kalian berada di sana, kalian pasti tidak akan bisa melepaskan tatapan kalian dari wajahnya.

Lelaki itu masuk ke dalam mini market, entah ingin membeli apa. Aku berniat untuk ikut masuk ke dalam karena masih ingin melihatnya. Tetapi, sebelum aku sempat, Jason sudah keluar lebih dulu.

"Ayo, kita berangkat!" Ajak Jason.

"Jason, apa kau melihatnya?!" Tanyaku dengan antusias.

"Lihat siapa?"

"Lelaki yang tadi baru masuk sebelum kau keluar! Apa kau benar-benar tidak melihatnya?"

Jason terlihat berpikir.

"Entahlah, aku sedang membayar belanjaanku. Jadi, mungkin aku tidak sempat memperhatikannya. Memang kenapa?"

"Yah...sayang sekali! Padahal lelaki tadi sangat tampan! Sepertinya ia seorang model atau aktor! Mungkin saja kau mengenalnya di salah satu film yang pernah kau tonton. Kau kan pecinta film!"

"Memang betul. Tetapi, aku tidak begitu mengenal banyak aktor. Oh, sial!"

Jason melihat jam tangannya.

"Sebentar lagi kita akan terlambat! Sebaiknya kita pergi sekarang!" Lanjut Jason.

Aku segera berlari mengikuti Jason dan masuk ke dalam mobil kami. Sayang sekali! Padahal aku masih ingin melihatnya. Jika ia benar-benar seorang aktor atau semacamnya, mungkin aku bisa memiliki kesempatan untuk foto bersama, bukan?

Setengah jam kemudian, kami sampai di sekolah. Di sinilah kami berada, Valencia High School.

Hari yang membosankan pun dimulai.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now