Part 5

7.3K 262 0
                                    

Bell pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu. Para murid SMA Galaxy berdesakan dikoridor untuk segera pulang menuju rumahnya masing-masing. Tapi tidak dengan kedua manusia yang berbeda jenis kelamin ini. Mereka Farrel Gionino Ferland dan Gabriella Vellisia Nafasya. Mereka dihukum Pak Budi karena terlambat masuk kekelasnya.

"Bersihin yang sebelah situ" suru Farrel kepada Gabriel yang lagi ngebersihin gudang sekolah.

"Kok lo malah gak ngebantuin gue sih" ucap Gabriel yang mulai kesal dengan Farrel yang daritadi hanya ngeliatin dia.
Farrel hanya menjawab dengan menggidikan bahunya.

Mana mau Farrel melaksanakan hukumannya, belum ada sejarahnya seorang Farrel melaksanakan hukuman barang sedikitpun. Lagipula jika ia melaksanakan hukuman apapun tidak akan mendapat tambahan nilai, yang ada namanya dicatat dibuku bagi siswa yang tidak menaati peraturan.

Farrel terus menatap Gabriel yang serius membersihkan gudang, padahal dipikir-pikir tidak lama lagi gudang itu akan kotor lagi. "Sia-sia dibersihin" ucap Farrel dengan melihat benda persegi yang ada dalam genggamannya.

"Berisik!"

.

Kini mereka sudah berada didepan gerbang sekolah, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dan mereka baru saja menyelesaikan hukumannya. Lebih tepatnya yang mengerjakan hukumannya buka Farrel tapi Gabriel.

"G-gue boleh nebeng lo pulang gak?" tanya Gabriel ragu-ragu.

"Gak" Farrel menjawab datar dan tidak melihat kearah Gabriel sang empu yang sedang bertanya.

"Boleh ya? Plis gue gak ada yang jemput" mohon Gabriel pada Farrel dengan kedua tangan yang terus memilin ujung seragamnya gugup, menunggu jawaban sang empu.

"Lo pikir gue supir lo" sinis Farrel. Gabriel tidak habis pikir dengan Farrel. Kenapa ia sangat pelit jadi orang, tidakkah teman-temannya merasa begitu.

"Ih pelit!" seru Gabriel dengan mengerucutkan bibirnya. Farrel yang melihat itu hanya menatap tajam kearah Gabriel.
Farrel tidak menjawab ucapan Gabriel, ia langsung menjalankan motornya keluar gerbang sekolah.

"Nyebelin banget sih tu Farrel. Sok-sokan cool, datar, dingin pula. Nyebelin!" gerutu Gabriel sepanjang jalan keluar gerbang sekolah.
Ia memutuskan untuk menaiki bus untuk pulang.

Sepanjang jalan menuju halte Ia terus menggerutu tidak jelas. Moodnya agak tidak baik setelah drama 'Farrel tidak mau mengantarkannya pulang' padahal tidak buruk juga bila Farrel mengantarkan Gabriel pulang.

Saat dihalte bus, Gabriel melihat ada Farrel yang sedang berkelahi dengan seorang cowok yang asing baginya. Ia juga tahu bahwa cowok itu bukan satu sekolah dengannya walaupun ia adalah murid baru di SMA Galaxy. Karena terlihat dari seragam cowok tersebut yang berbeda dengan seragam SMA Galaxy. Pasalnya seragam sekolahnya itu tidak ada yang sama seperti seragam yang dikenakan cowok tersebut.

Bugh!
"Bangsat lo" umpat Farrel kepada cowok itu yang masih bisa didengar oleh Gabriel. Kaget, itu yang dirasakan Gabriel. Namun rasa penasarannya lebih mendominasi.

Bugh!
Farrel mendapat hantaman dipipi kanannya. Yang Gabriel yakini pasti bogeman dari lawannya itu. Gabriel meringis seperti merasakan pukulan itu. Pasti sakit pikirnya.

Gabriel mendatangi mereka dan mencoba menolong Farrel yang tersungkur ditanah. Ia segera membantu Farrel bangun dan mencekal lengan cowok itu.

"Farrel lu gakpapa kan?" tanyanya dengan nada khawatir yang sangat ketara diwajah cantiknya.

"Ngapain sih lo!" tegas Farrel yang langsung menepis kasar tangan Gabriel dari lengannya.

"Oh jadi ini pacar lo" cowok itu berucap sambil tersenyum sinis. Yap! Itu adalah Dito Alexander, musuh bebuyuta Farrel. Dan sepertinya akan tetep menjadi musuhnya entah sampai kapan.

"sok tau!!" ucap Farrel sambil menarik tangan Gabriel untuk menjauh dari tempat tadi. Sebelum membawa Gabriel pergi Farrel melanjutkan ucapannya.

"Urusan kita belum selesai!" Farrel langsung membawa Gabriel pergi dan membawanya ditempat motornya terparkir.

"Tadi lo kenapa? Cowok itu siapa? ada yang luka gak?" tanyanya bertubi-tubi sambil mengecek keadaan Farrel.

"Paan si lo!" ucap Farrel cuek.

"Gue takut lo kenapa-napa" kata Gabriel sambil menunduk dalam.

"Naik!" titah Farrel kepada Gabriel. Gabriel yang mendengar suara Farrel yang menyuruhnya naik langsung mendongakkan kepalanya menatap sang empu yang sekarang sudah berada diatas motor lengkap dengan helm full facenya.

"Hah?" Gabriel bingung dengan kata yang diucapkan Farrel.

"Naik!" ucapnya sekali lagi lebih tegas dari sebelumnya.

"I-iya" hanya kata itu yang mampu Gabriel ucapkan.

.

Sesampainya mereka didepan rumah Gabriel yang tentunya membuang tenaga, sebabnya saat perjalan menjuju rumah Gabriel mereka terus saja berdebat tentang kemana arah yang harus mereka lalui. Mereka tidak menghiraukan tatapan para pengendara lain yang berada dirambu-rambu lalu lintas.

"Makasih ya" ucap Gabriel dengan senyuman tulusnya.
Farrel tidak menjawab ucapan Gabriel, ia langsung tancap gas motornya untuk segera pergi dari pekarangan rumah Gabriel.

"Kebiasaan!" Gabriel berteriak dengan keras yang tentunya tidak dapat didengar oleh Farrel karena cowok itu sudah berjarak sangan jauh dari rumahnya.

Saat Gabriel masuk kedalam rumhanya ia disambut sang Adik. Adiknya tersebut bernama Samuel Matthew Richard yang masih berada dikelas 3 SMP. Umur mereka hanya selisih 2 tahun, tetapi seiring tumbuhnya mereka berdua yang semakin besar atau menginjak masa remaja, mereka selalu saling menyayangi walaupun kadang juga berantem karena hal sepele.

"Kak! Kok baru pulang?" tanyanya yang dari tadi menunggu kepulangan kakanya itu.

"Iya tadi kakak dihukum" jawabnya tidak bersemangat karena ia sudah sangat capek. Ya gimana gak capek tadi cuma dia yang ngerjain hukumannya sedangkan Farrel? Ia hanya duduk-duduk santai saja.

"Kok bisa dihukum?" Samuel tidak henti-hentinya bertanya pada kakaknya itu.

"Ya bisalah. Jangan banyak tanya kakak capek" jawab Gabriel sambil berjalan menuju ruang keluarga yang disana ada kedua orang tuanya.

"Riel! Sini nak" ucap sang Papa yang kemudian diangguki oleh Gabriel.

"Anak Papa kok keliatan lesuh banget sih" sang Papa berucap sambil mengusap rambut sang anak dengan sayang.

"Dia habis kena hukuman, Pa" jawab Samuel tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Paan sih lo" ketus Gabriel yang langsung memberi pukulan dilengan adiknya tersebut.

"Sudah jangan berantem. Kenapa kok kamu bisa dihukum?" Sang Papa bertanya dengan suara lembut.

"Gapapa kok Pa, cuma masalah biasa" ucap Gabriel seraya bangkit dari tempat duduk.

"Yaudah sana mandi dulu. Kamu juga Samuel sana mandi!"

"Memang mau kemana, Pa?" Gabriel yang tidak tau kenapa Papanya menyuruh ia dan adiknya untuk mandi langsung bertanya seperti itu.

"Nanti Papa beri tahu. Yang penting kalian mandi dulu" ujar sang Papa yang langsung memasuki kamarnya.

Mau tidak mau Gabriel tetap harus menuruti perintah sang Papa. Semenjak Ibunya meninggal, Aldeo yang menjadi Papa rumah tangga. Karena semua kebutuhan yang diberika oleh Ibu mereka kini digantikan Aldeo. Beruntungnya Aldeo tidak pernah menekan Gabriel dan Samuel untuk jadi orang yang pintar walaupun keduanya memang sudah terlahir dengan otak pintarnya.

Semoga kebahagiaan mereka tidak sampai disini, itulah doa yang selalu tertanam dihati Aldeo, Gabriel maupun Samuel. Bagaimanapun Gabriel dan Samuel harus sukses dimasa depan sesuai keinginan Ibunya. Dan Aldeo tidak akan pernah melupakan itu.

TBC

FARRELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang