PART 1

5.9K 354 7
                                    

Pagi ini udara terasa sangat hangat, langit terlihat lebih cerah dari biasanya tanpa ada awan yang menutupi. Tahun ajaran baru sepantasnya para siswa akan terlihat bahagia, karena mereka bisa menemukan teman baru dan peralatan sekolah yang baru. Tapi itu tidak berlaku denganku, 2 tahun menjadi siswa di Gang-nam Senior High School bahkan aku tidak punya 1 orang temanpun. Mungkin karena penampilanku yang bahkan enggan orang lain liat. Kacamata tebal rambut yang klimis kebawah baju yang sangat rapih dan akan ada buku yang selalu di pegang. Seperti sekarang, aku bercermin melihat pantulan tubuhku berbalut seragam sekolah, tanpa kacamata dan rambut yang basah karena habis keramas. Mungkin jika Aku berpenampilan seperti ini seisi sekolah akan bersorak menganggumiku.

"Kai... kau sudah siap" suara itu membuyarkan lamunan, aku dengan cepat menyambar kacamata dan kembali menata rambutku. Pukul 9 dan aku harus segera pergi ke sekolah.

Hai aku Kim Jong In, hanya seorang laki-laki berumur 16 tahun yang kini duduk di bangku sekolah menengah. Tubuh tidak tinggi atau bahkan pendek, standar untuk ukuran anak SMA. Mungkin kalian heran kenapa seseorang memanggilku dengan sebutan Kai, karena ada waktu tertentu aku bisa menjadi Kai atau Kim Jong In. tapi untuk saat ini aku hanya siswa SMA biasa yang bahkan tidak pernah dianggap ada oleh siswa lain. Tidak ada yang tau mengenai Kai, yang mereka tau adalah Kim Jong In yang cupu dan hanya menghabiskan waktunya pada tumpukan buku dan imajinasinya terhadap lukisan. Saat ini aku hanya diam sambil membaca beberapa naskah sebuah drama yang aku akan bintangi, ya jika aku menjadi Kai maka semua orang mengenalku dengan begitu baik. Semua akan menjerit ketika aku mengedipkan sebelah mataku. Semua akan terpukau akan penampilanku, dan jika sesuatu yang aku pakai maka beberapa menit berikutnya barang itu akan habis terjual. Berbanding terbalik dengan kehidupanku sebagai Kim Jong In, yang jauh dari kata memukau.

"kita sudah sampai" mataku beralih dari naskah, memandang ke jendela. Aku masukan kertas dan segala hal keperluanku pada tas ransel dan mencoba bersikap seperti Jong In Biasanya. Aku berjalan dengan pandangan yang berpusat pada langkah kakiku, aku tak ingin berandalan sialan itu bertemu dengan ku sepagi ini.

...

Langkah kakinya terhenti saat pucuk kepalanya menbrak sesuatu, atau lebih tepatnya menabrak seseorang. Yang bisa Jong In lakukan adalah berdoa agar bukan tubuh si sialan itu yang ia tabrak.

"apa mata empat itu tidak ada fungsinya?" damn tepat orang yang ia tabrak adalah orang yang ada di fikirannya barusan. Perlahan ia mencoba mengangkat kepalanya dan menatap pria di hadapannya.

"maaf" Jong In membungkuk sedalam yang ia bisa, bukan karena takut hanya karena ia malas berdebat dengan pria sialan didepan bersama dengan teman-temannya.

"jika maaf begitu mudah kenapa harus ada hukum dan juga polisi?" pria dihadapannya berucap dingin, terdengar seperti F4 sih tapi mereka tidak berempat. Pria tinggi berkulit putih pucat itu memandang rendah pria yang lebih pendek darinya, dua temannya di belakang hanya diam sambil mengalihkan pandangannya pada sekitar.

"aku kan sudah minta maaf, lagi pula tidak ada yang terluka kan?" ucap Jong In dengan suara kecil berharap pria sialan di depannya ini tidak mendengar.

"ha tidak terluka? Kau tidak lihat bajuku kotor? Dan berani sekali kau menjawabku" Jong In hampir meninju muka menyebalkan itu. Sabar Jong In perankan peranmu dengan baik, jangan membantah.

"Lalu... apa yang kau inginkan dariku?" ucap Jong In memainkan jari-jarinya pada naskah dan kertas gambarnya. Bukannya menjawab Sehun malah melemparkan tasnya spontan Jong In menangkapnya.

"bawa kekelas" lagi... Jong In hanya membuang nafasnya kasar, andai saja dia bisa menjadi Kai mungkin sosok didepannya ini tak akan berani melawannya. Dalam hati Jong In menyumpah serapahi pria kelebihan kalsium di depannya ini. Jong In meletakan tas yang dipegangnnya beberapa waktu lalu pada kursi yang menjadi tempat duduk Oh Sehun. Pelan-pelan tapi pasti ia berusaha untuk melarikan diri, tetapi belum dua langkah ia merasa ada yang menarik kerah lehernya. Memangnya dia anak kucing

A Star ✅On viuen les histories. Descobreix ara